HWA GI-SSI (END)

firma_afika

6.4K 1.5K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... Еще

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

9. Masa lalu

117 30 1
firma_afika

#Clue day9
#Derana = tabah, menghadapi segala sesuatu.

***

Hari ini cuaca cukup terik, di sebuah lapangan golf terlihat seseorang tengah berkonsentrasi menatap menatap bola yang berada di atas tee, semacam alat kecil penopang bola golf di atas rumput. Lelaki itu nampak gemetar, peluh menetes di pelipis, jelas sekali kini dia dilalanda ketakutan.

"Ayo lakukan lagi," perintah Takada terdengar santai memerintah orang di depannya untuk memukul bola.

Tangan gemetar sedikit mengayun tongkat golf tapi belum menyentuh bola, dia hanya memperkirakan pukulan agar tepat sasaran namun golf bukan lah olah raga yang dikuasainya jelas gerakan nampak canggung. Lalu detik berikutnya ia mengayun lagi sekuat tenaga tapi meleset.

Bola putih itu tetap berada di tempat semula, sementara rumput-rumput yang terkena pukulan terlihat berhamburan.

Sebenarnya ini adalah pukulan  ke dua yang dilakukan orang itu.

Beberapa orang di sekitar Takada tak berani bersuara, hanya senyuman canggung yang bisa mereka lakukan. Tidak ada gadis-gadis caddy cantik yang biasa berdiri membantu pemain golf yang ada hanya beberapa bodyguard berbadan kekar dengan wajah suram.

"Ampun Tuan!" ucap pria yang sudah gagal memukul bola.

Takada berjalan mendekat "Kuberi satu kesempatan lagi, ayo pukul lagi bola itu!" tunjuk Takada pada bola di atas rumput.

"Tuan Takada," panggil seseorang yang baru datang.

"Hwa Gi, akhirnya kau datang juga. Kemarilah." Takada tersenyum dan melambai pada Hwa Gi namun bagi orang yang  sudah nengenal bagaimana temperament Takada, senyuman itu umpama senyuman penyambut sebelum kematian.

Hwa Gi melenggang datang tubuhnya yang dibalut sweter putih itu terlihat proposional dengan pinggang yang kecil. Dia sedikit takut.

"Hwa Gi tadi malam aku menyuruhmu untuk mengawasi dia, tapi mengapa kau malah tidur dengannya?" Takada geram lalu segera merampas tongkat golf dari tangan pria sebelumnya, tanpa aba-aba pukulan menghantam kepala si pria yang tadi gagal memukul bola.

"Aarghh!" Pekikan kesakitan menggema di lapangan.

Bugh! "Sudah kukatakan lakukan dengan benar!" Takada memukul lagi.

Hwa Gi terbelalak saat darah memercik mengenai wajahnya, bahkan sweater putih itu pun juga terkena cipratan darah. Hwa Gi bungkam ketika Takada memukul orang secara brutal di depannya. Pemandangan ini sudah sering dia lihat tapi tetap saja Hwa Gi masih terkejut dan ucapan yang keluar dari mulut Takada terasa tertuju untuknya meski tanganya memukul gusar pada orang lain.

Cukup lama Takada melakukan aksi brutal memukuli orang hingga tak sadarkan diri, akhirnya dia melempar tongkat golf ke tanah lalu berseru, "Bereskan sampah ini! dia sungguh tidak berguna!"

Beberapa bodyguard itu pun melakukan perintah tuannya, menyeret manusia penuh darah yang tergeletak di tanah. Menyerahkan handuk kecil untuk menyeka tangan Takada yang kotor karena keringat dan noda darah.

Hwa Gi masih mematung di tempat, tidak dipungkiri tubuhnya juga sedikit gemetar namun dia harus menghadapi ini dengan derana, entah kesalahan apa yang diperbuat pria malang itu hingga dia dipukuli sebegitu parahnya, bahkan Hwa Gi sedikit ragu apakah orang tadi masih bernafas atau tidak.

"Bersihkan wajahmu!" Takada melempar handuk putih yang tadi dia gunakan.

Hwa Gi reflek menangkapnya lalu berucap, "A-arigatou ... " sambil menyeka noda darah di wajah.

"Kau temani aku bermain." Tunjuk Takada pada Hwa Gi.

Dengan perasaan was-was Hwa Gi menyahut, "Ha'i."

Seperangkat alat golf yang baru sudah disediakan, kini giliran Hwa Gi memegang stik golf sedikit canggung. Dia bertanya-tanya dalam hati apa nasibnya akan sama seperi orang tadi? apa hari ini adalah akhir hidupnya? rasanya dia ingin lari tapi meskipun dia melarikan diri para bodyguard itu tidak akan melepaskannya. Hwa Gi hanya bisa derana dalam kepanikan

"Apa kau baru pertama bermain?" tanya Takada terdengar lembut seakan-akan aksi brutal sadis yang barus saja terjadi bukan lah dia pelakunya, bahkan kini dia dengan telaten memberi petunjuk untuk melakukan tee shoot pada Hwa Gi. Sedangkan Hwa Gi hanya mengangguk-angguk sambil menatap bola golf dengan cemas. Ternyata tidak semudah itu berlatih golf dengan mentor psikopat.

Takada pria berusia 40 tahun, memiliki tubuh atletis tegap berisi, meski wajahya sudah memiliki sedikit kerut penuaaan namun itu tidak cukup manutupi karismanya yang dingin tapi terkadang juga agak gila.

Hwa Gi melakukan ancang-ancang seperti arahan Takada dan mengayun tongkat golf dengan sekuat tenaga berharap akan membuat bola itu melambung tinggi lebih dari 400 yard sehingga dia lepas sejenak dari kungkungan Takada yang kini memeluknya dari belakang, memegang kedua tanganya untu mengarahkan pukulan.

"Kau harus memakai tenaga seminimal mungkin. Jangan dipikiran apakah kau akan bisa memukul atau tidak, lakukan saja dan lihat." Takada mundur membiarkan Hwa Gi melakukannya sendiri.

Hwa Gi mengayunkan tongkat golf dengan santai dan bola pun melesat tinggi ke depan hingga tak terlihat. "Woah daebak!" ucap Hwa Gi dalam bahasa korea.

"Sepertinya ini hanya masalah waktu, bukan tentang memakai tenaga seminimal mungkin, sebentar lagi aku akan menyaingi anda Tuan." ucap Hwa Gi semakin berani.

"Ya, ya terserah ayo pukul lagi." perintah Takada.

Hwa Gi kembali mengayunkan sticknya sekuat tenaga meski merasa canggung diantara beberapa pasang mata yang kini terang-terangan mengamatinya terutama Takada dan kali ini Hwa Gi melakukan lebih parah dibandingkan tidak bisa memukul bola melainkan tongkat golfnya terlepas dari pegangan dan terlempar ke kolam yang ada di dekat sana.

Semua menoleh pada air kolam beriak setelah tongkat golf milik Hwa Gi tenggelam dengan gemilang.

Takada mengerjap beberapa kali. "Aku tidak ragu lagi kau memang berusaha keras untuk mencapai yang kau inginkan." Takada bertepuk tangan sambil menggeleng dan tertawa lepas, " Hahaha ... bahkan ini terlalu keras."

"Serahkan stick golf milikku," Pinta Takada pada bawahanya.

"Tapi Tuan, dia menghilangkan stick golf kesayangan anda." ucap salah satu anak buah Takada.

Takada menatap nyalang pada Hwa Gi. "Baiklah ini akan kumasukkan di list hutang-hutangmu."

Hwa Gi hanya bisa derana, tidak apa hutangnya bertambah dari
pada dia di suruh tenggelam di kolam dan tak diizinkan keluar lagi, itu lebih mengerikan.

"Hwa Gi apa kau tau tujuanku memanggilmu ke sini." tanya Takada.

Hwa Gi hanya menggeleng lalu kemudian Takada menjelaskan lebih detail siapa pria yang tadi malam datang ke Bloomsbury dan Hwa Gi mendapat tugas untuk mengawasi namun akhirnya malah berakhir dia tidur dengan targetnya.

Mereka adalah putra dari pengusaha Go enterprise yang bernama Go Jae Han dan satu orang lagi bernama Go Shin Woo.

Mendengar nama dua orang itu otak Hwa Gi jadi mati rasa, pantas saja orang tadi malam merasa mengenal dirinya dan mengoceh hal tentang nama Hwa Gi sama dengan nama seseorang yang dia kenal. Ternyata memang benar dia adalah Jae Han dari keluarga Go.

Flashback

Gwangju korea selatan 2018

Sekarang memasuki musim dingin. Musim dingin tahun ini menjadi musim paling ekstream di Gwangju. Orang-orang lebih memilih untuk tinggal di rumah, karena hujan badai terjadi setiap saat. Salju-salju tebal menutupi jalanan, hingga sebagian besar jalanan besar di Gwangju terpaksa ditutup.

Bagi mereka yang memiliki banyak uang, mungkin salju bukanlah masalah. Mereka akan tetap hangat karena memiliki pakaian dengan bahan kualitas tinggi yang menciptakan hawa hangat bagi si pemakai. Tapi tidak Hwa Gi, badai salju adalah neraka. Dia harus memikirkan berapa banyak won yang harus dikeluarkan untuk membeli briket batu bara yang semakin hari semakin mahal. Pakaian musim dingin pun terbilang sederhana.

Hwa Gi hanya mempunyai mantel berbulu yang tidak begitu tebal dan sepatu boots yang sudah ketinggalan zaman. Bahkan untuk syal pun hanya memiliki satu.

Salju-salju tipis mulai turun menampaki tanah, Hwa Gi menengedahkan kepala guna melihat salju yang berterbangan bak kapas putih, "Huftt... turun salju lagi." Hwa Gi menghela nafas lalu terciptalah kepulan uap hangat keluar dari mulutnya.

Kini pandangannya jatuh pada sebuah kertas ucapan berwarna biru tua, dia tersenyum lagi ketika membaca ulang tulisan yang baru saja dibuat.

"Jika cinta itu sebuah harapan, aku ingin berharap aku bisa selalu mencintaimu selamanya. Walaupun kau hanya ada di dalam anganku. Aku rela selalu berada di alam khayalku. Go Shin Woo Happy Valentine'sday." Hwa Gi menyelipkan kartu ucapan itu dalam helain buku lalu memasukkannya kedalam saku mantel.

Hwa Gi sedang berada di halte pemberhentian bus namun hampir 15 menit tak ada bus yang lewat. Setelah pulang sekolah dia tidak pulang kerumah, namun segera pergi bekerja ke toserba yang berada di kawasan kota Gwangju. Dia lirik jam tangan tak bermerk yang melingkar di pergelangan tangan. "Pukul 2.35, akh! sial aku bisa terlambat masuk kerja!"

Jarak toserba tempat dia bekerja tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 20 menit jika berjalan kaki namun berjalan kaki di tengah salju yang turun sungguh siksaan tersendiri baginya, dinginnya luar biasa menusuk tulang tapi Hwa Gi tetap harus melakukannya. Karena jika tidak, pemilik toserba siap sedia untuk memecatnya.

Ketika tengah asyik berjalan dia mendengar suara orang mengerang menahan sakit dan bunyi pukulan bertubi-tubi. Hwa Gi berhenti sejenak guna melihat apa yang terjadi di balik gang sempit tertutupi beberapa drum dan barang-barang bekas. Awalnya dia ingin mengabaikan tapi jiwa penasaran lebih mendominasi. Di sana terlihat dua pemuda tengah menghajar seseorang berseragam sama dengannya. Salah satu pemuda menghajar sangat brutal, bahkan siswa yang dikeroyok itu jatuh tertelungkup ke tanah.

Hwa Gi terbelalak saat mata tajam itu menangkap persembunyiannya. Reflek Hwa Gi segera berlari menjauh, berlari secepat yang aku bisa menerobos jalanan licin bersalju beruntung dia tidak tergelincir.

"HEY! TUNGGU!" teriak siswa pelaku pengeroyokan itu, namun Hwa Gi terus berlari, jangankan untuk berhenti menoleh pun dia tidak berani.

Hwa Gi membuka pintu toserba dengan napas masih ngos-ngosan, " Neuj-eoseo mianhabnida (maaf saya terlambat)." Hwa Gi mebungkukkan badan saat sang pemilik toko sudah berada datang.

"Gwaenchana, lain kali jangan terlambat lagi, cepat ganti pakaian mu," Perintah pemilik toko.

"Kamsahamnida." Lagi-lagi Hwa Gi membungkuk lalu setelahnya bergegas keruang ganti.

Saat ingin berganti pakain, dia meraba saku mantelnya guna mengambil buku catatan harian. Tapi nihil yang dicari tidak ada meraba-raba saku yang satunya juga tidak ada. "Di mana buku itu?"

Brakk... Hwa Gi menumpahkan semua isi tas, "Bukuku! di mana bukuku?" ucapnya panik.

Tbc

Продолжить чтение

Вам также понравится

615K 52K 23
Sequel : SINFUL Roda kehidupan semua makhluk hidup terus berputar, tidak terkecuali Gilbert dan An-Hee. Meski roda kehidupan berputar, dosa mereka ti...
17.7K 2.2K 5
Season 1 (Bab 1-103) udah tamat. Tersedia Novel (CLOSE) & Pdf Kehidupan setelah menikah dan penuh kebusukan antara Rain yang masih kelewat polos bers...
[REVISI] Yakuza, My Boyfriend? ✔️ In ~

Художественная проза

1M 65.3K 34
Yakuza, My Boyfriend? : My Boyfriend is a Yakuza~ COMPLETE [15 November 2017] DALAM TAHAP REVISI -------- WARNING ------- KONTEN AKAN B...
Morosis asher

Подростковая литература

105K 15.5K 27
[Spin-off Stoic : Geraldy dan Ezravine.] Artito tuh cuma fudan yang suka homo pada umumnya, tapi dia yakin kalo dia ini lurus banget selurus rambut D...