I Did [VMin]

By WinAshaa

6.7K 840 304

Ada yang tahu arti kebetulan? Berapa kebetulan yang pernah terjadi dalam hidupmu? Apakah kebetulan itu beraki... More

Prolog 00
Chapter 1 - Nama
Chapter 2 - Pertama
Chapter 3 - Nomor
Chapter 4 - Tak Tidur
Chapter 5 - Bait kata
Chapter 6 - Canggung
Chapter 7 - Ingatan
Chapter 9 - Aku cantik?
Chapter 10 - Hangat
Chapter 11 - Pintu
Chapter 12 - Api Unggun
Chapter 13 - Saingan
Chapter 14 - Kuyup
Chapter 15 - Aksi
Chapter 16 - Kakak datang!
Chapter 17 - Kembali
Chapter 18 - Pulang Bareng.
Chapter 19 - Kangen
Chapter 20 - Peduli
Chapter 21 - Jenguk
Chapter 22 - Pulang
Chapter 23 - Diikuti
Chapter 24 - Sibuk
Chapter 25 - Kembali
Chapter 26 - Makan Siang
Chapter 27 - Latu
Chapter 28 - Dia siapa?
Chapter 29 - Puzzle bertambah
Chapter 30 - Bercak Merah
Chapter 31 - Menyelamatkan
Chapter 32 - Dua orang aneh
Chapter 33 - Rahasia mulai terungkap
Chapter 34 - Jati diri
Chapter 35 - Penculikan
Chapter 36 - Barter
Chapter 37 - Terluka
Chapter 38 - Lengah
Chapter 39 - Titah
Chapter 40 - Nekat
Chapter 41 - Disekap
Chapter 42 - Tertangkap
Chapter 43 - Pertarungan
Chapter 44 - Dalang
Chapter 45 - Pembalasan
Chapter 46 - Kemarahan
Chapter 47 - Ganjaran
Chapter 48 - Rumah
Chapter 49 - Awal yang baru
Chapter 50 - Epilog

Chapter 8 - Roti Isi

139 25 12
By WinAshaa

#Day8 
#kapibara 
Kapibara atau kapibara besar merupakan jenis hewan pengerat terbesar yang masih ada di dunia yang merupakan anggota genus Hydrochoerus. Kapibara merupakan hewan asli daerah tropis dan lembap di Amerika Selatan


Axcel Pov

Keributan yang terjadi semalam cukup berdampak dengan acara yang kami buat, Dekan memutuskan untuk mengundur semua kegiatan yang bersangkutan dengan acara kampus. Kami sebagai anggota BEM hanya bisa pasrah akan keputusan ini, tapi satu hal yang kusadari sejak malam itu, senyum di wajah Aruna menghilang. 

Aku berusaha agar Aruna tidak melihat secara langsung peristiwa itu, namun saat melihat siapa yang menjatuhkan diri Aruna terlihat sangat terpukul, mengapa? Karena nyatanya dia mengenal sosok yang tergeletak bersimbah darah di bawah gedung fakultas kami. 

Dia sempat bercerita padaku jika gadis yang melompat dari atap gedung itu, sebelumnya pernah menyatakan perasaan kepadanya. 

Itu terjadi sebelum mereka semua masuk ke aula untuk berkumpul membahas apa saja yang dibutuhkan sukarelawan nanti. 

Runa meyakinkan dirinya dihadapanku jika dia menolak gadis itu dengan cara baik-baik, namun kejadian ini membuatnya menyalahkan dirinya sendiri. 

Dan untuk pertama kalinya, aku melihat Aruna menangis. Ku yakinkan bukan dia yang bersalah, bahwa seseorang tidak bisa memaksakan perasaan mereka pada orang yang tidak mereka sukai bukan? Aku pun yakin Aruna juga menyampaikan penolakannya dengan senyum dan nada ramahnya yang khas itu. Tapi sepertinya itu tak terlalu membantu.

Saat ini yang ku tahu, ada seseorang dibalik ini semua, tapi siapa dan untuk apa aku belum tahu, ku perhatikan semua seolah sengaja menyingkirkan siapapun yang mencoba mendekati Aruna, namun pencarian ku selama ini tidak membuahkan hasil apapun. Sampai kejadian ini terjadi di hadapan Aruna aku masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.

Awalnya kupikir dia yang melakukan ini adalah untuk melukai Aruna, tapi nyatanya hingga sekarang Aruna baik-baik, tidak ada penyerangan terhadap Aruna seperti yang ku khawatirkan, Aruna tidak tergores sedikitpun. 

Malam itu sepertinya aku melewati batas, aku memeluknya untuk yang pertama kali. Berusaha mengucapkan kata penenang namun akhirnya hanya kata-kata aneh yang keluar dari mulutku, aku memang tidak hisa menghibur siapapun semoga Aruna memakluminya toh ini juga pertama kali aku melakukanya. 

 Yah~ setidaknya Aruna tertawa saat mendengar ucapanku, meski canggung bukankah itu termasuk berhasil? Aku berharap dia segera pulih dan tidak terlalu memikirkan hal ini, karena tak rela rasanya melihat senyum di wajahnya menghilang begitu saja. 

"Cel, Kak Runa gimana?" Arkan duduk dihadapanku, menatap dengan wajah khawatir. 

"Seperti yang lu liat, udah satu minggu, dan dia masih murung." 

"Yah~ Mungkin kalau gue di posisi Kak Runa, gue pasti lebih parah dari itu sih, pasti shock banget kan, nah elu pokoknya harus  hibur dia terus Cel."

"Gue? Hibur orang?" 

Tolong jangan mengharap apapun, aku bahkan hanya bisa diam ketika melihat Aruna meninggalkan makan siangnya begitu saja tanpa disentuh. 

"Iya juga. Gue nyuruh Felix aja deh, gue denger dia kan suka tuh sama Kak Runa," ucap Arkan yang cukup membuatku kesal, aku sebenarnya tahu jika Felix menyukai Runa, tapi aku juga tidak mungkin melarangnya untuk itu.

Oke suasana hatiku buruk, terimakasih Arkan. Tanpa banyak bicara, aku memutuskan untuk meninggalkan kelas, mengabaikan teriakan Arkan yang diselingi tawa puas setelah menjahili ku. 

o0o

POV Normal

Ada sekitar 50 orang termasuk panitia penyelenggara yang datang hari ini, semua sudah siap dengan barang-barang mereka dan ada satu truk berukuran sedang yang akan mengangkut tanaman yang mereka tanam nanti di sana. Axcel dan Brianna sibuk dengan absensi anggota yang akan ikut dan membagikan name tag kepada mereka. 

Setelah semuanya masuk ke dalam bus, Axcel baru bisa bernapas lega dan berharap acara 3 hari 2 malam ini akan lancar.  Di sisinya  ada Aruna yang tiba-tiba memberikan sebotol air mineral, tentu Axcel terima dengan senang hati. 

"Capek banget ya?" Runa tersenyum ketika air dalam botol itu dihabiskan oleh Axcel. 

"Lumayan, lupa sarapan juga tadi," jawaban Axcel membuat Runa segera membuka ranselnya. Melihat itu Axcel ingin bertanya kenapa Aruna pindah dan duduk di sampingnya karena seharusnya Arkan yang ada di sana.

"Aku gak apa-apa kan duduk di sini?" tanya Aruna yang seolah tahu apa yang Axcel pikirkan.

"Ya?" 

"Aku tanya, gak apa-apa kan aku di sini, atau kamu-" 

"Gak apa-apa kok." 

Dengan senyum polosnya, pria manis itu memberikan kotak berisikan roti isi yang ia ambil dari ranselnya kepada Axcel.

"Aku bawa ini buat jaga-jaga, makan gih."

"Gak usah, kamu aja yang makan, aku takut nanti kamu gak kuat jalan di sana."

Aruna tertawa, dia memukul pelan lengan Axcel karena ucapannya yang terlalu jujur. 

"Kenapa? Kan kalau aku pingsan ada kamu yang gendong atau menurut kamu aku berat gitu jadi kamu gak mau-"

"Bukan gitu," Axcel menunduk, tiba-tiba ia merasa terpojok dengan ucapannya sendiri. Matanya enggan bertatapan dengan Aruna dan mencari objek lain yang lebih menenangkan, seperti sepatu yang ia pakai misalnya. Oh oke ini mulai canggung.

"Lalu?"

"Karena- " 

"Cieee yang duduk berduaan," goda Arkan tiba-tiba muncul dari kursi belakang.  

"Karena itu," tunjuk Axcel tepat ke depan wajah Arkan. 

"Apa? Kok gue." 

Axcel mendengus lelah, menyamankan duduknya kembali dan mengabaikan Arkan yang bertingkah bodoh. 

Arkan pasti akan terus menggoda Axcel selama acara di setiap dia berduaan dengan Aruna, itu pasti. Dan Axcel sangat malas meladeni sahabatnya yang satu itu.

 "Gak apa-apa kamu aja yang makan. Aku udah biasa telat makan kok," final Axcel kepada Aruna karena ia masih memegang roti isi yang tadi di tawarkan padanya.

"Cel, Nih buat lu." 

Brianna tiba-tiba melemparkan satu buah apel pada Axcel, yang ditangkap dengan gesit olehnya. 

Axcel menoleh ke belakang, melambaikan tangan berisi apel itu  untuk mengucapkan terima kasih. Tapi kemudian Axcel menyadari perubahan wajah pada orang di sampingnya.

"Mau apel juga?" Axcel menawarkan apel itu pada Runa. 

"Nggak kok,  kamu aja yang makan gak apa-apa, aku makan ini aja."

Runa hampir membuka tutup kotak itu, sebelum Axcel mengambilnya dan menggantinya dengan apel di tangan Aruna. 

"Aku makan ini aja deh biar kenyang," tanpa basa basi lagi Axcel membuka kotak itu dan langsung memakan isinya. 

Melihat senyum itu kembali, bolehkan Axcel berprasangka baik bahwa senyum yang hilang tadi adalah karena sebuah apel yang ia terima?

"Cel bagi dong," suara menyebalkan Arkan terdengar lagi di belakangnya. 

"Gak cukup buat di bagi."

"Dasar pelit! Kak Runa gak ada lagi gitu?" Arkan sedikit merengek meminta roti yang sama seperti yang di makan Axcel.

"Gak ada, huss! Balik sana," usir Axcel dengan tak manusiawi, sebab Arkan tiba-tiba berhasil mengambil satu potong roti dari pangkuannya. 

"Kamu tuh kalau sama Arkan lebih banyak ngomong ya, aku jadi iri."

Axcel mencerna maksud ucapan Aruna, iri? Kepada siapa? Hal apa yang membuat iri? Tak menemukan jawaban yang tepat, Axcel  hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, entah apa yang harus di setujui. 

Bagaimanapun dia dan Arkan sudah bersahabat sejak lama bahkan mungkin sejak mereka sebelum SMA, Entahlah, Axcel tak begitu ingat hal itu, yang ia sadari Arkan selalu berada di sekitarnya bahkan saat ia kembali lagi ke sekolah setelah kejadian itu. Arkan juga tidak bertanya apapun perihal absennya Axcel. 

Jadi apa boleh Axcel berpikir jika Aruna cemburu soal kedekatannya dengan Arkan? 

"Ngapain iri, orang yang aku suka itu kan kamu," Axcel mengucapkannya tanpa sadar dengan wajah datar, tanpa menoleh ke arah Runa. 

"Ha? Kamu bilang apa?"

"Enggak, bukan apa-apa, tidur aja gih perjalanan masih jauh."

Axcel sadar dengan ucapannya  yang sangat berbahaya untuk mereka, lengkap dengan debaran jantung yang menggebu itu membuatnya malu setengah mati. Syukurlah Aruna tidak mendengarnya begitu pikir Axcel. 

oOo

"Gimana ceritanya si kapibara itu bisa lompat sih?" tanya Arkan tiba-tiba membuat Feyra mematung mencerna. 

"Ck, itu cewe kemarin. Untung pihak kampus nutupin jadi gak melebar ke mana-mana," jelas Arkan tapi Ferya masih diam.

"Ya kan dia mirip kapibara, hewan pengerat gendut warna coklat, kayaknya tu cewek juga gak punya ekor, sama kan tuh udah gitu nyerang dengan cara merunduk, kukunya juga berselaput, asli mirip banget. Gak liat juga tuh kemaren tiba-tiba wajahnya juga kaya berbulu. Salah makan kali dia," bisik Arkan gemas dengan respon Ferya yang hanya melongo. 

"Astaga, bisa-bisanya ngatain orang kapibara," jawab Feyra menepuk keningnya dan tertawa karena akhirnya menyadari maksud dari Arkan. 

"Ditanya malah ketawa," protes Arkan.

"Ngomong-ngomong kayaknya level si kapibara setingkat lebih di atas dari yang sebelumnya deh. Kita kudu ati-ati," balas Ferya mengecilkan suaranya.

"Iya, kemarin orang yang kaya kapibara, mana tau besok muncul yang kaya vole¹ kan." 

Dan pembicaraan di akhiri dengan tepukan lagi di kening Feyra yang pening dengan ucapan Arkan yang tak pernah serius.

Tbc 

Vole : hewan pengerat kecil yang menyerupai tikus, namun memiliki tubuh yang lebih gemuk, ekor berambut yang lebih pendek, kepala yang agak bundar, dan mata dan telinga yang lebih kecil

Yey Chapter 8, gimana nih. Udah mulai kepo belum. Hayoo kira-kira tu cewek siapa ya. Feyra sama Arkan keknya tahu sesuatu yang kalian ga tau, apa tuh? Cus ikutin terus update-tannya yah

Yok IfaDita lanjut chapter 9. Kerja yok kerja. Mikir yok mikir
#AutoDilemparGayung ama ifa.

Continue Reading

You'll Also Like

295K 29.4K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
3.1M 211K 60
CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI GAES ‼️‼️⚠️ KALO ADA KESAMAAN YA MBOH Mungkin akan banyak typo, salah nulis nama atau semacamnya jadi kalo mau t...
1.3M 103K 34
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
490K 25.1K 45
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.