The One And Only [END]✓

By TriaPutri-

141K 11.7K 1.4K

Nabila mengira, selama ini ia hanya mengagumi pria itu, tapi lambat laun ia menyadari kalau kekaguman itu tel... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
THR UNTUK KIDZZZ (19)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40[END]

33

2.7K 270 23
By TriaPutri-

"enak gak?"

Alvin mengangguk, dia kembali menggigit jagung Syarla dengan suapan besar. Iiii, Syarla merengut melihat jagungnya yang habis setengah.

Alvin mengunyah dengan mulut penuh, tangannya sibuk mengipas-ngipas jagung yang lagi di bakar. Dia melihat Syarla "kenapa?"

"Nah, jagungya buat kamu aja. Aku mau yang itu" Syarla menunjuk jagung yang masih di bakar, Alvin mengambil jagung yang di sodorkan Syarla ke arahnya, dia tertawa dan kembali memakan jagungnya

"Vin jangan kencang-kencang ngipasinnya! Liat tuh arangnya beterbangan" dumel Anggis, keningnya sudah sedikit berkeringat karena berhadapan dengan arang. Dia mengilap dahinya dengan punggung tangan

"Duhh" gerutunya, Anggis menyesal karena tidak mengikat rambutnya, sekarang rambut itu malah mengganggunya ketika dia ingin menunduk. Anggis juga tidak bisa mengikat rambutnya karena tangannya kotor bekas saus

Rony datang dengan semangkuk saus yang barusan di racik Nabila lagi, dia meletakkannya di samping panggangan. Tangannya berkacak pinggang melihat Anggis dan Alvin yang fokus mengipas-ngipas dan membalik-balik kan jagung

Lalu Rony melihat kalau Anggis sedikit terganggu dengan rambutnya, jadi dia mendekat dan mengambil ikat rambut Anggis yang melingkar di tangan gadis itu

"Sini"

Di raihnya beberapa helai rambut Anggis yang jatuh ke depan dan menyatukannya dengan rambut yang lain. Karena telapak tangan Rony besar, rambut itu langsung terkurung di tangannya. Rony menyisir rambut Anggis dengan jari-jarinya, di lihatnya sudah sedikit rapi, baru dia mengikatnya

Ya walaupun tidak terlalu rapi, tapi okelah, Rony menatap hasil kerjanya dan mengangguk puas. Dia mengambil alih jagung yang ada di tangan Anggis

"Sini biar gue aja" ucapnya. Anggis langsung menyerahkannya tanpa ada basa-basi untuk menolak, bagus kalo Rony menawarkan diri, karena kakinya sudah pegal berdiri sedari tadi

"Tengkyu, gue mau duduk dulu" ucap Anggis, dia menepuk pundak Rony sekali dan duduk selonjoran.

"Giss!" Panggil Rony

"Apaa?" Jerit Anggis

"Nih dah mateng. Mau gak?"

"Mauu"

Rony berbalik dan memberikan jagungnya ke Anggis "pelan-pelan, panas" ingatinya, Anggis mengangguk mengiyakan dengan tangan berbentuk oke

Di dapur, Nabila sibuk memasak air untuk membuat teh. Dia mencari-cari gula bungkusan yang baru, karena gula yang ada di toples sudah habis

Nabila menunduk dan membuka lemari di bawah kompor, tidak ada. Dia berjinjit membuka lemari kecil yang tergantung di atas wastafel, tidak ada juga

"Dimana ya?" Gumamnya

Masih sibuk mencari-cari, Paul datang dengan rambut yang sedikit basah, di lehernya terkalung handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya. tadi baju beserta tangannya ketumpahan saus, dan Paul memutuskan untuk sekalian mandi

Nabila menoleh, dia melihat Paul menggunakan kaos putih oversize dengan celana ponggol hitam. Wajah pria itu bersih dan tampak segar, Nabila jadi salah fokus. Dia mengerjap sesaat "nyari gula, kamu tau gak di mana letaknya?"

"Gula?" Paul bergumam, dia berfikir sebentar dan berjalan menuju lemari di samping kulkas, Paul melihat-lihat sebentar dan menemukan Gula di antara bumbu lainnya. Paul mengambilnya dan memberikannya ke Nabila

"Makasihhh" ucap Nabila. Nabila menyusun gelas di atas nampan, dia mengisi setiap gelas dengan gula dan teh. Sedangkan Paul hanya berdiri senderan di kulkas di samping memperhatikannya

Nabila melirik Paul sekilas

"Panas gak tangannya?" Tanya Nabila mengenai tangan Paul yang terkena saus tadi. Nabila mendekat dan meraih tangan Paul untuk di lihat lebih jelas, ternyata tangan Paul sedikit merah

"Udah enggak kok" jawab Paul sambil tersenyum, dia memperhatikan Nabila yang masih memeriksa tangannya

"Aku laper" ucapnya, Nabila mendongak

"Laper lagi?"

Paul mengangguk

"Yaudah sebentar" Nabila melepaskan tangan Paul dan melihat apakah ada sisa lauk yang bisa di panasinnya, ternyata sudah tidak ada apa-apa. Nabila teringat kalau Rony dan Alvin makan lagi sehabis maghrib

Jadi dia melihat kelemari gantung yang ada di atas wastafel, tadi saat dia mencari gula, Nabila merasa dia melihat ada beberapa mie instan di sana. Dan benar saja! Nabila mengambil mie itu dan menunjukkannya ke Paul

"Yang ada mie, mau?"

Paul mengangguk lagi

Nabila berjalan untuk mematikan kompor karena airnya sudah mendidih, Paul mendekat dan mengambil alih

"Panas, biar aku aja"

Paul mengangkat panci air dan menuangkannya ke setiap gelas, Nabila mengucapkan terimakasih dan mengambil panci untuk merebus mie

"Ini mau di taruh di depan?" Tanya Paul, Nabila menoleh dan mengangguk

"Iya, kasih ke yang lain. Hati-hati ya bawanya"

"Iyaa" jawab Paul lembut, tidak butuh lama Paul kembali lagi dengan nampan kosong. Paul menyimpan nampan itu di tempat biasa

Dia mencuci tangan dan mengintip Nabila yang sedang menuangkan telurnya ke dalam panci

"Dua ya telurnya" ucapnya sambil mesem-mesem, Nabila meliriknya sekilas, dia tersenyum kecil dan mengambil telur lagi

"Jangan di kasih sayur ya--

Pup!

Sayurnya sudah masuk ke dalam panci. Nabila menutup mulutnya, dia pura-pura tidak mendengar ucapan Paul tadi

"Yah? Udah masuk" ucapnya seraya mengaduk mie itu agar sayurnya tercampur

Paul cemberut, dia memicing menatap Nabila dengan bibir yang di tekuk ke bawah. Pfft..Nabila menahan tawanya

"Maaf ya" ucapnya lembut. Paul masih menatap Nabila dengan cemberut, lalu dia mengangguk pelan

"Maaf ya, sayang. Coba bilang"

Nabila mengernyit kan dahinya, dia mengambil mangkuk dan menuangkan mie itu

"Maaf ya, Powl" Nabila tidak mengikuti suruhan Paul, dia berjalan dan meletakkan mie itu di atas meja bar dapur, Paul mengikutinya

"Iss.." desisnya "sayang Nabila, bukan Powl"

"Iya, Powl" ucap Nabila lagi

Paul duduk dengan wajah yang di tekuk, dia makan dengan sekali lahap dan langsung kepanasan. Paul lupa kalau mie itu baru di sajikan. Efek kesal dia sampai lupa

Pfft.. haha

Nabila berbalik dan tertawa kecil agar Paul tidak mendengarnya, dia menuangkan minum dan memberikannya ke Paul

"Mangkanya makan itu baca doa dulu, basa-basi dulu, tiup dulu, jangan jengkel" perkataan Nabila seperti mengajari, tetapi juga di selipin dengan sindiran

Paul minum sambil melirik Nabila

"Iya, maaf" ucapnya, Paul mengaduk mie itu dan meniupnya, lalu dia mengunyah sambil ngangguk-ngangguk kan kepala

Nabila duduk di depan Paul, dia tersenyum kecil

"Enak?"

"Enak"

"Sayurnya di makan dong" ucapnya, Nabila melihat Paul menepikan setiap sayuran dan hanya memakan mienya saja.

Paul menatap Nabila sambil geleng kepala "gak usah ya?" suaranya terdengar lemah, dia merasa serba salah. Dia tidak suka makan sayur, tetapi menolak perintah Nabila dia juga tidak mampu

"Yaudah kalau gak mau di makan. Tapi mubazir tau"

Nabila menopang dagunya masih terus menatap Paul. Paul mengerutkan dahinya dengan bibir yang di tekuk ke bawah

"Yaudah, iya.."

Nabila tersenyum manis, lagi-lagi Nabila mem puk-pukkan kepala Paul membuat Paul mematung sesaat.

Paul tersenyum senang, sayuran yang tidak ingin di lihatnya, sekarang di makannya dengan sangat lahap

"Pelan-pelan, nanti keselek" peringati Nabila, Paul mengangguk sebagai jawaban. Dia menggenggam tangan Nabila yang ada di meja dan makan dengan satu tangan. Nabila membalikkan telapak tangannya hingga mereka saling menggenggam

"Kamu mau gak?"

Nabila menggeleng "enggak, kamu aja"

"Wedede... Makan aja sambil pegangan tangan, mau nyebrang?"

Anggis yang baru datang sedikit terkejut melihat mereka berdua, Anggis membawa beberapa tempat yang kotor sekalian dia ingin mencuci tangan. Tapi siapa sangka ketika baru memasuki dapur sudah di suguhi pemandangan dua orang yang lagi kasmaraan

Nabila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia ingin melepas pegangannya, tetapi sama Paul semakin di pererat. Nabila menatap Paul, tetapi Paul seperti pura-pura tidak tau dan masih fokus menunduk untuk makan

Nabila tersenyum kecil, dia kembali menopang dagunya dan juga mempererat genggaman mereka

*

Di ruang tengah saat ini, walaupun jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi dari mereka belum ada yang tidur. Nabila duduk di salah satu bangku memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain ludo.

Mereka bertelungkup sambil menopang dagu, ada Syarla, Anggis, Alvin dan Rony. Kalau Paul? Nabila melihat ke sampingnya, Paul sedang duduk sambil membaca Novel yang pria itu dapat dari salah satu ruangan milik kakeknya

"Ih, jangan curang dong Ron!" Anggis menepis tangan Rony yang ingin menekan bidak ludonya, jika di hitung maka bidak itu akan mengenai bidak Anggis sehingga Anggis akan balik ke kandang.

Rony mengernyit dengan tangan yang tergantung, dia menatap Anggis dengan aneh "idih? Siapa yang curang? Terserah gue mau maini yang mana? Kok jadi lu yang ngatur?"

Anggis menunjuk bidak Rony yang lain "yang lain kan masih ada, yang penting jangan yang itu. Nanti gue masuk kandang" ucapnya lagi, pokoknya Anggis tidak akan membiarkan Rony memainkan bidaknya yang tadi, karena Anggis sudah hampir finish, dia tidak ingin mengulang

Ctak!

Duh!

Anggis mengusap keningnya yang di sentil Rony, dia melirik sinis, tapi Rony balas melirik lebih sinis

"Lu yang curang! Ngatain gue curang" walaupun ngedumel, Rony tetap mengikuti perkataan Anggis, dia tidak jadi menekan bidaknya yang tadi dan memilih bidak yang lain

Walaupun kesal di sentil, tapi Anggis tetap ber hehe senang, sekarang giliran dia menekan dadu

"Semoga 5" gumamnya berharap, dia mengatupkan tangannya saat ludo itu berputar, Anggis ingin masuk ke garis aman agar tidak jadi target di tendang  lagi dan balik ke kandang

Rony geleng-geleng kepala, kompetitif kali dia, padahal tidak ada hadiah juga.

Syarla menguap, matanya sudah berair tapi dia tidak ingin tidur. Dia menopang dagunya dan senyum-senyum melihat pertengkaran kecil di antar Anggis dan Rony, lalu dia melirik ke Alvin yang duduk di sampingnya

"Yang menang duluan dapat hadiah, mau?"

Alvin menunduk melihat Syarla, dia tersenyum kecil "oke" ucapnya mengiyakan

"Masa berdua aja? Aku juga mau dong!" Seru Anggis mendengar perkataan Syarla dan Alvin. Alvin langsung menggeleng dengan jari telunjuk di goyangkan ke kanan dan ke kiri

"No, No, No"

Anggis cemberut, tetapi dia segera mengerti ketika Alvin mendelik ke arahnya seperti memberikan kode, biar saja ini menjadi urusannya dengan Syarla, kapan lagi Syarla mengajaknya bertanding serius? Jika dia menang, dia bisa memanfaatkan ini untuk mengajak Syarla keluar berdua suatu saat nanti

Anggis mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti, dia memberikan tanda oke dan lanjut fokus melihat ludo yang ada di handphonenya

Anggis melihat Rony

"Kalo gitu elo deh Ron, kalo gue menang kasih gue hadiah ya?"

"Enggak!" Ucap Rony tegas, masalahnya Anggis sendiri tidak mau di kalahkan, ya udah pasti dia bakal menang. Rony tidak mau rugi dengan permainan yang sudah tidak jujur lagi gara-gara Anggis.

Anggis berdecih dan menyewotkan bibirnya, Syarla tertawa

"Kamu gak ngantuk?" Bisik Nabila, dia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, menatap Paul yang sekarang menutup Novelnya dan juga menatapnya

"Belum. Kamu ngantuk?"

Nabila menggeleng "belum sih"

Katanya belum, tapi matanya sudah sayu, bahkan Nabila berkedip lambat beberapa kali. Paul tertawa, dia mengusap pipi Nabila dan mendekat

"Mau tidur?"

"Enggak, yang lain masih ngumpul masa aku tidur?"

"Ya emang kenapa? Kalau yang lain jangan di ikuti. Mereka sampe subuh juga tahan gak tidur" Paul menggenggam tangan Nabila dan mengajaknya berdiri

"Yuk, aku antar ke kamar"

Nabila bangkit, mereka melewati yang lain, Syarla mendongak

"Mau ke mana?"

"Ngantar Nabila ke kamar" jawab Paul

"Kak Nabila udah ngantuk?"

Nabila mengangguk "iya, aku tidur duluan ya" ucapnya ke semua, Anggis menoleh dan mengangguk "yaudah kamu tidur aja, nanti aku sama Syarla nyusul. Tanggung ini, aku udah mau menang"

"Oke" jawab Nabila

Mereka berjalan di koridor kecil menuju kamar tamu, berbelok ke kiri dan kamarnya ada di paling ujung, sedangkan kamar Paul, Rony, dan Alvin berada di sampingnya

Mereka berdiri berhadapan di depan pintu kamar, Paul menatap wajah Nabila yang sudah sayu menahan ngantuk. Paul membungkuk sedikit untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Nabila

Dia tersenyum dan menatap mata Nabila

"Udah ngantuk berat begini, masih mau di tahan?" Godanya, Paul memegang kepala Nabila masih terus menatap wajah itu

"Jangan lupa cuci muka" peringatinya

Nabila mengangguk

"Cuci kaki"

Nabila mengangguk

"Cuci tangan"

Nabila mengangguk lagi dengan mata yang sudah mulai terpejam-pejam

"Gosok gigi" tetapi Paul masih terus melanjutkan perkataannya,

"Baca doa, mimp--

"Iya, sayang" ucap Nabila sedikit gemas dan penuh penekanan, dia sudah sangat mengantuk dan ingin tidur.

Nabila tidak sadar dengan ucapannya, jadi ketika dia melihat Paul yang membatu dengan pipi yang bersemu, Nabila langsung melek dengan sempurna. Dia mengatupkan bibirnya dan berbalik ingin melarikan diri masuk ke dalam kamar

Tetapi Paul segera menahan pergelangan tangannya

"Coba bilang lagi"

"Apa?" Tanya Nabila pura-pura tidak mengerti, Paul tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya

"Yang tadi.." ucapnya sedikit gemas

"Yang mana?"

"Nabila...."

"Yang mana, Powl?"

Paul mengangguk kecil. Haa.. sudahla.. Nabila tidak akan berkata untuk yang kedua kalinya, Paul berdiri dan akan masuk ke kamarnya, dia mengusap kepala Nabila pelan

"Selamat tidur ya" ucapnya dengan sangat lembut, Nabila mengangguk. Paul berjalan ke arah kamarnya sendiri, baru ingin membuka kenop pintu, suara Nabila yang berbisik membuat Paul menoleh dengan cepat

"Iya, sayang"

Paul melihat Nabila langsung masuk ke kamar setelah mengatakan itu, Paul mengusap mukanya sambil tertawa kecil. Dia geleng-geleng kepala

Dia mengetik pesan ke Nabila

Paul: lain kali ngomongya jangan sambil kabur ya🤣🤏

****

Telat kan?? Hehe sori🙏🙌

Continue Reading

You'll Also Like

998K 19.1K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
1M 31.8K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
665K 19.5K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...