Tanjiro terbangun, ia kebingungan ketika membuka mata namun tak bisa. Ia Merasakan sesuatu menutup matanya, tangan tanjiro bergerak hendak membuka penutup matanya. Namun, tangan lain menahan pergerakan tanjiro
"Ung? Siapa?"
Namun tak ada sahutan, tanjiro kembali hendak membuka penutup matanya. Namun lagi lagi, tangan lain menahan pergerakan tanjiro
"Tu-tuan, bisakah saya membuka penutup mata ini? Rasanya aneh, saya tidak nyaman" ujar tanjiro lembut
Tak ada sahutan, membuat tanjiro mendadak gelisah. Ia tak berbohong tentang mengatakan tak nyaman dengan penutup matanya
Tuan, sosok yang tanjiro panggil tadi tak lain adalah muzan. Pria yang menyewa tanjiro, muzan mendatangi tanjiro setelah nenahan hasratnya cukup lama. Ia bergerak layaknya pelanggan dan menyewa tanjiro dengan harga mahal, tak lupa menyembunyikan hawa iblisnya
Pria memiliki surai ikal itu menatap tanjiro intens sedari ketika belum bangun dari pingsan nya. Bibirnya tersungging senyum menawan namun di saat bersamaan terlihat menyeramkan
Ia terus menatap tanjiro yang duduk gelisah, kuping tanjiro bergerak kecil berusaha menangkap suara apapun di sekitarnya
"Tu-tuan?"
Mendengar panggilan tanjiro, muzan hanya diam. Ia menatap bibir mengkilap tanjiro, tanpa sadar menjilat bibirnya sendiri
Muzan bergerak mendekat, tangan lebarnya mengusap pelan pipi tanjiro yang kebingungan dan gugup?
"Tu-tuan. Ada yang ingin saya katakan"
"Katakan" suara yang di buat asing, akhirnya keluar. Membuat kegugupan tanjiro berkurang, ia sempat berpikir orang menyewanya adalah seorang hantu
"Begini, sa-saya seorang pria. Jadi saya tidak akan melayani anda. Jika anda merasa di rugikan, anda bisa kembali mengambil uang anda" ujar tanjiro
'a-apa dia shock? A-apa ia akan memukul ku?' Batin tanjiro saat tak mendapat jawaban dari orang di depannya
Sapuan pada bibirnya membuat tanjiro terkesiap, namun tak menghindar
"Tu-tuan.. sebenarnya saya memiliki urusan di sini. Ka-karna itu saya menyamar, jadi tolong urung niat anda untuk men-jamah s-say—"
Benda kenyal terasa di bibir tanjiro, membuat perkataan tanjiro terhenti. Bulu kudu tanjiro meremang ketikan benda lunak basah menyapu permukaan bibirnya, tanjiro bergerak mendorong muzan, dan membuka penutup matanya. Namun pemuda yang memiliki luka di dahi nya ini kalah cepat oleh tangan muzan
Muzan dengan gesit menahan kedua tangan tanjiro yang kini ia dorong untuk berbaring telentang
Tanjiro mendadak ketar ketir, ia tak bisa menggunakan tenaga dalamnya. Ia takut orang yang menyewa nya ini terluka, tanjiro memutuskan untuk berbicara lagi
"Tu-tuan. Anda salah paham, s-saya benar benar mengatakan tak dapat melayani anda. J-jika tuan ingin malam panas, saya harap anda menyewa orang lain.."
Tanjiro mencoba mendorong tubuh di atasnya, namun entah mengapa begitu berat
Muzan di atasnya tersenyum aneh, ia menunduk dan mencium kembali bibir menggoda tanjiro
Membuat tanjiro tersentak dan mengeluarkan tenaga dalamnya, karna berpikir tuan di depannya tak masalah dengan jenis kelamin. Tanjiro tak mau melakukan seperti yang ia pikirkan sebelumnya
Muzan bergeming, tetap pada posisinya menahan pergerakan tanjiro yang mulai meliar
"Tu—"
Muzan kembali membungkam bibir tanjiro dengan bibirnya, ciuman kali ini lebih intens dan panas
'sial! Kenapa tenaganya kuat sekali! Padahal aku sudah menggunakan tenaga dalam ku. Apa ia hasira? Tapi siapa?' batin tanjiro menebak nebak.
Tak ada seorang warga biasa memiliki tenaga dalam, hanya seorang pemburu iblis dan iblis itu sendiri yang memiliki tenaga dalam
Di sela sela ciuman panas, tanjiro berkata "tuanmmh– sayaghhh— normal anghh—"
Tanjiro memukul pelan tangan yang memegang tangannya, memberitahu bahwa ia kehabisan nafas
"Hah hah hah... Tolong hentikan ini tuan, atau tuan akan mendapat konsekuensinya!" Ujar tanjiro dengan sekali tarikan nafas
Muzan tak berniat membalas ocehan tanjiro, matanya terus menatap tanjiro yang sedang mengatur nafasnya
Wajah yang memerah dengan bibir penuh Saliva, benar benar terlihat menggoda di mata muzan. Dada rata yang naik turun mengais oksigen benar benar membuat perasaan muzan di penuhi kesenangan. Dengan pasti, tangannya terulur menyentuk puting tanjiro dari luar baju. Membuat tanjiro mengerang tertahan
"Mngghhh—"
Tanjiro menggeliat, masi berusaha melepaskan diri dari orang yang tak tau siapa mengukung nya
Muzan sekarang lebih intens menjamah tubuh tanjiro, setelah cukup sabar membuang buang waktu
"Tu-tuan nghh— aku benar benar akan melukai mu jika kau tidak berhenti sekarang!"
"Aku tak peduli" muzan mengembalikan suara aslinya. Membuat tubuh tanjiro menegang
Tanjiro seakan hafal dengan suara muzan, ia lebih memberontak dari yang tadi. Tanpa tanggung tanjiro mengeluarkan seluruh kekuatannya. Namun aneh nya, muzan bahkan tak bergeser barang sedikit oun dari atas tubuhnya
"Sial! Muzan sialan! Lepaskan aku!"
Meski mata tanjiro tertutup, ia sangat yakin dengan orang yang menyewa nya ini adalah muzan. Iblis yang ia cari selama ini, dada tanjiro dipacu adrenalin di iringi rasa takut. Bagaimana pun, muzan bukan sosok yang bisa ia lawan saat ini, karna tanjiro masi begitu lemah. Tanjiro sadar akan kekurangannya itu..
"Tidak sebelum aku mendapatkan apa yang aku mau"
Muzan dengan kasar menyobek baju tanjiro menggunakan kekuatannya, hingga menampakkan puting merah yang menggoda
Muzan kemudian mengarahkan kekuatannya untuk menahan pergerakan tanjiro, sedangkan ia mulai menggerayangi tubuh tanjiro yang terekpos
"Muzan sialan! Berhenti–AGHH—" Tubuh tanjiro menggelinjang saat merakan tangan kasar menyentuh penisnya yang setengah tertidur
"Apa yang kau lakukan, jangan menyentuh milik ku!" Tanjiro berteriak, tubuhnya meremang merasakan sensasi asing pada miliknya yang kini telah bangun dan mengeras karna tangan cabul yang bermain di sana
"Lepasngghh— ahhh—"
Muzan terus memainkan benda pusaka tanjiro, ia terlihat menikmati setiap erangan dan ekspresi yang tanjiro buat
"Berhentilah merengek, cukup mendesah saja" muzan berkata dengan nada datar
Tanjiro terus memberontak tak memperdulikan perkataan muzan, ia harus melawan muzan. Entah itu demi harga dirinya sebagai seorang pria, atau untuk keluarganya
"Nghh— ahhhh— ughhh— sialanngghhh—" umpatan dan desahan saling menyatu, muzan menikmati raut tersiksa tanjiro ketika ia memainkan benda puasa tanjiro
Tangan yang bebas mulai tertarik untuk menyentuh lubang yang akan ia masuki, membuat tubuh tanjiro menggelinjang takut
'sialan! Aku tak bisa menggerakkan tangan dan tubuh ku!' batin tanjiro frustasi
Jari dengan ruas panjang itu mulai masuk, membuat tanjiro tak nyaman. Tanjiro bergerak untuk menjauhkan pantatnya, alih alih menjauh jari muzan kian masuk makin dalam
"Kau benar benar binal, apa kau benar benar tak sabar untuk hidangan pertamanya?" Tanya muzan main main, kemudian menambah satu jari lagi. Kemudian merenggangkan lubang tanjiro dengan cara menggunting jari, membuat erangan kesakitan tanjiro keluar
"Akhh! Sialan, keluarkan itu. Keluarkan!" Tanjiro sedikit berteriak
Muzan menatap kesal ke arah tanjiro, pemuda ini terlalu berisik. Pikirnya
Kemudian menyumpal mulut tanjiro menggunakan baju yang telah muzan sobek
Muzan kembali berkutat pada lubang tanjiro, merasa lubang tanjiro sedikit rileks. Muzan mulai membuka celananya, memposisikan miliknya tepat di depan lubang tanjiro
Merasakan benda asing yang ia ketahui hendak menerobos lubangnya, mata tanjiro terbelalak. Ia bergerak lebih brutal dari gang tadi, muzan yang kesusahan memasukkan miliknya mencengkram kaki tanjiro
Dan dengan sekali hentak, muzan memasukkan miliknya. Membuat tanjiro menjerit sakit. Mata tanjiro berembun, kemudian meneteskan air mata tak kuasa menahan rasa sakit pada lubangnya
Kepala muzan menadah ke atas, menikmati sensasi pijitan lubang tanjiro pada miliknya
"Ini dia, akhirnya kau masuk ketempat seharusnya. Hahh..." Ujar muzan, mendesas di akhir kalimat
'lubangnya memijit milikku kencang, sial! Seharusnya aku melakuannya lebih cepat. Ini benar benar nikmat...'
"Aku akan bergerak" ujar muzan. Yang mendapat gelengan keras dari tanjiro
Muzan mulai bergerak, tak memperdulikan tanggapan tanjiro dan juga air mata yang di keluarkan tanjiro
Tanjiro benar benar membenci muzan sekarang, hidupnya kacau karna pria ini. Namun tanjiro benar benar bersyukur, muzan menutup matanya. Dengan begitu, ia tak akan melihat bagaimana muzan menggancurkan hidupnya yang kedua kali
Muzan bergerak lebih cepat, membuat tubuh tanjiro tersentak sentak. Desahan tanjiro mengalun lebih indah dan keras, membuat muzan bersemangat untuk terus menghujam lubang tanjiro dengan kasar
Malam itu, kesenangan terlukis jelas di wajah muzan. Namun berbeda dengan tanjiro, malam itu adalah kehancuran untuk harga dirinya sebagai seorang pria...
Bersambung....