✔[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

Von DeaPuspita611

372K 23.1K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... Mehr

[Day 00] ㅡ PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 4] HIS ANGEL
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 7] ALSTROEMERIA

11K 823 16
Von DeaPuspita611

Happy Reading in #Day7

#Alstroemeria

Alstroemeria
Bunga ini mewakili makna pengabdian dan persahabatan. Ada pula simbol dari bunga ini juga untuk memberikan dukungan kepada penerimanya

Aksa langsung membersihkan diri setelah sampai di mes. Tidak lupa ia juga menyiapkan air hangat untuk memandikan kucing yang ia bawa. Berhubung keperluan kucing sudah diberikan oleh bosnya, Aksa tidak pusing lagi. Pemberian Xavier cukup lengkap, jadi untuk sementara ia tidak akan mengeluarkan biaya untuk merawat kucing ini.

"Gue kasih nama apa ya buat lo? Mochi? Choco? Lily? Eh, bentar anjir! Lo jantan apa betina, ye?" Aksa berguman pelan sambil mengelus perut kucing yang tengah anteng tertidur.

"Misi, ya... Gue ngintip bentaran," izin Aksa untuk mengintip jenis kelamin kucing yang ia adopsi, "Cewe ternyata."

"Lily? Lily aja kali, ya?"

Aksa bangkit menuju kamar mandi, di sana sudah ia siapkan sabun khusus kucing, handuk, dan hair dryer untuk mengeringkan bulunya nanti.

"Lily~ waktunya mandi..."

Kucing itu hanya menggeliat saat Aksa mengangkatnya, bahkan saat Aksa memasukkannya ke bak mandi kecil, kucing itu hanya terbangun sebentar dan tertidur lagi.

Aksa sendiri bingung, ini benar-benar kucing atau bukan. Bahkan, tidak ada drama saat mandi seperti cakar-cakaran.

"Dasar, Putri Tidur."

~~~~

Kali ini, dengan berat hati Aksa harus meninggalkan Lily kecil yang tertidur di kasur kecil yang tadi diberikan Xavier. Ia akan berkumpul bersama teman-temannya malam ini.

Setelah mengecek tempat makan dan minum Lily yang sudah siap, Aksa segera keluar dan mengunci pintu. Ia pergi ke basement untuk mengambil motornya. Gerbang perusahaan Adhiyaksa memang tidak tertutup sampai pukul 10 nanti, namun penjagaannya sangat ketat. Apalagi, Adhiyaksa dikenal memiliki keamanan tingkat tinggi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain.

"Pak, saya mau keluar dulu."

Aksa berhenti untuk menyempatkan diri menyapa para penjaga malam ini. Hanya ada satu pria paruh baya dan beberapa pemuda yang ditugaskan di gerbang.

Setelah itu, Aksa melajukan motornya membelah jalanan malam yang tampak masih ramai. Malam ini, mereka memutuskan untuk berkumpul di rumah besar Danuar. Karena, pemuda itu juga mengatakan ada sesuatu yang harus ditunjukkan.

Perjalanan memakan waktu satu jam, satpam di rumah Danuar sudah sangat mengenal Aksa. Jadi, saat motor Aksa sampai di depan gerbang, satpam yang berjaga langsung membukanya. Aksa pun tidak lupa mengucapkan terima kasih.

Ternyata, ia yang datang paling akhir. Terbukti dari motor Ozarn dan Ben yang sudah terparkir di garasi rumah Danu. Saat Aksa memencet bel, seorang wanita paruh baya yang bekerja sebagai maid membukakan pintu untuk Aksa.

"Den Aksa, sudah ditunggu Den Danu di kamarnya."

Aksa mengangguk, "Makasih ya, Bi. Aksa ke atas dulu."

Kamar Danuar terletak di lantai tiga, dengan pintu bewarna dark brown. Aksa yang memang sering datang pun langsung masuk ke kamar Danuar.

Saat Aksa membuka pintu, dirinya sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Kamar Danuar yang biasanya didominasi warna putih dan abu-abu, kini tampak ramai dengan hiasan balon menyusun kata 'selamat' dan juga teman-temannya yang tampak tersenyum ceria.

Ozarn memegang sebuket bunga, Ben memegang sebuah kanvas, dan Danuar memegang kue coklat yang mana itu coklat black forest kesukaan Aksa.

"Gue sama sekali gak ingat kalau gue ulang tahun hari ini." Aksa tertawa saat melihat teman-temannya itu.

"Kok, masuk Adhiyaksa buat lo makin bego ya, Sa. Bukannya tambah pinter." Ozarn dengan mulut frontalnya menjawab dengan santai.

Tawa Aksa semakin keras. Ia sudah disuguhkan banyak kejadian mengejutkan satu hari ini, dan teman-temannya mampu mengembalikan mood-nya.

"Selamat atas diterimanya lo di Adhiyaksa, Sa. Gue dari awal emang udah percaya sama lo, kalo lo bakal lolos tanpa masalah." Danu tersenyum menatap Aksa di depannya.

Seperti biasa, senyum Danu yang dapat menular, bahkan membuat Aksa ikut tersenyum juga.

"Gue awalnya malah gak yakin kalo lo bisa lolos di Adhiyaksa karena susah banget masukin CV ke sana," sahut Ben, yang membuat Danu menatap tajam ke arahnya.

"Sorry, Bro." Ben mundur perlahan karena takut. Tatapan Danuar itu sangat mengerikan, membuatnya takut. Walaupun sedikit.

"Gapapa juga, toh memang sesusah itu buat masuk ke Adhiyaksa." Aksa memeluk teman-temannya itu penuh rasa rindu padahal mereka hanya beberapa hari saja tidak bertemu.

Ozarn melepaskan dirinya dari pelukan teletubbies itu. Sesaat setelah ia mengingat sesuatu.

"Bunga gue rusak, oi!"

Danu memukul kepala Ozarn untuk yang kesekian kalinya hari ini, "Bunga lo atau bunga buat Aksa?"

"Hehe, buat Aksa. Nih buat lo, Sa. Orang yang paling baik, paling kalem dan satu-satunya yang punya hati malaikat di grup kita. Gak kaya Danuar si raja iblis ini," ucap Ozarn yang disusul dengan pukulan dari Danuar. Lagi.

"Lo gak bosen mukulin gue mulu, Dan?"

"Nggak! Lo beneran bikin darah gue naik soalnya."

"Eleh, bilang aja lo suka sama gue," cibir Ozarn, enak saja wajahnya yang menggoda ini dikatakan buat orang naik darah.

"Najis banget gue suka sama..."

"DIAM!"

Semuanya langsung terdiam menatap Ben yang berteriak, bahkan detik jarum pun enggan bersuara.

"INI SEBENARNYA ACARA BUAT LO BERDUA ATAU ACARA BUAT AKSA, SIH?!"

Ben tipe orang yang kalem, tapi jika bertemu hal-hal seperti ini, dia bisa menjadi luar biasa mengerikan melebihi Danuar.

Istilahnya the power of introvert.

Aksa hanya bisa menahan tawanya. Diambilnya bunga dari tangan Ozarn dan menatap bunga alstroemeria di tangannya.

Suasana yang tadinya tegang, kini diselimuti dengan senyuman dari Aksa yang membuat Danu, Ben dan Ozarn juga ikut tersenyum.

Aksa benar-benar seperti matahari, tanpa melakukan apapun Aksa tetap bisa menenangkan situasi apapun dengan senyuman manisnya.

Ben menyenggol pundak Danu yang terdiam menatap Aksa. Disodorkannya kanvas yang ia pegang ke Danu dan mengisyaratkan sesuatu ke temannya itu.

Danu memantapkan hatinya untuk memberi lukisan yang hampir satu bulan penuh ia kerjakan khusus untuk Aksa. Awalnya, ia berniat tidak memberikannya kepada Aksa, namun karena paksaan dari Ben, ia akhirnya setuju untuk memberikannya.

"Aksa... " Ucap Danu terjeda sebentar, ia memikirkan kata-kata yang bagus untuk diucapkan.

Aksa dengan setia menunggu kata yang keluar dari bibir Danu.

"Ini, gue sengaja ngebuat lukisan ini khusus buat lo. Mohon diterima dan semoga lo suka," lanjutnya dengan wajah tersenyum.

"Bunga alstroemeria?"

Danu mengangguk, "Bunga ini punya arti sebagai simbol untuk memberikan dukungan pada si penerima. Dan, di sini kita selalu ada buat dukung lo di manapun lo berada."

"Dan juga simbol pengabdian," ucap Ben cepat.

"Hah? Tadi lo bilang apa, Ben?" Aksa tidak terlalu jelas mendengar ucapan Ben karena terlalu cepat Ben mengatakannya.

Ben hanya menggeleng karena Danu terus mencubiti pinggangnya. Itu terasa menyakitkan, sialan!

"Dan jangan lupa hadiah dari gue, nih." Ben menyodorkan sekotak coklat kesukaan Aksa.

"Terima kasih semuanya. Kalian emang benar-benar sahabat terbaik yang gue punya." Aksa meletakkan barang-barang yang ada di tangannya dan memeluk sahabatnya kembali yang kini disambut hangat oleh semuanya.

Sedangkan di tempat lain, Xavier sedang terduduk mendengarkan percakapan mereka melalui penyadap suara yang Mattheo letakkan di tas Aksa.

Tangannya mengepal, darahnya seakan mendidih. Matanya juga berkilat tajam, seakan menemukan sebuah mangsa yang empuk.

"Walaupun kalian sahabatnya, aku tidak suka kalian dekat dengan malaikatku, dia milikku." Xavier berguman tajam, bahkan Mattheo yang berdiri di sampingnya juga merinding.

Xavier mengambil pistol yang tergeletak di meja tepat di hadapannya.

Dor dor dor

Darah segar terciprat ke segala arah bahkan sampai ke wajahnya. Mattheo yang berada di samping Xavier langsung menyeka cipratan darah di wajah bosnya itu.

"Ada berapa lagi yang perlu kita singkirkan, Theo?" Xavier bertanya pada asistennya itu, setelah melempar kembali pistol di tangannya.

Mattheo lebih sering dipanggil dengan nama Theo oleh Xavier, terutama di saat mereka tengah berada di organisasi.

"Saya mendapat informasi dari mata-mata kita, kalau ada bandar narkoba kita yang kabur ke luar negeri," ujar Mattheo, tangannya tidak berhenti menari di atas layar handphone-nya.

"Mereka ada 6 orang, Pak." Mattheo menjatuhkan tatapannya ke arah Xavier.

"Lacak mereka secepatnya, dan bawakan ke hadapanku."

Matanya berkilat tajam, "Hidup ataupun mati."

~~~~~

"Lo beneran gak bisa nginap di sini hari ini?" tanya Danu dengan wajah memelas ke Aksa.

"Gue mau aja, Dan. Tapi gue ada cewek di mes yang perlu gue rawat. Ini aja gue khawatir ninggalin dia sendiri."

"Cewe?" Danu seketika merasa patah hati mendengar hal tersebut.

Ozarn langsung merangkul pundak Aksa. "Lo ternyata bad boy juga, ya. Baru hari pertama udah bawa cewek aja ke mes lo."

Aksa menggeleng keras, "Gue melihara kucing di mes, anjir! Bukan cewek kayak yang kalian pikirin."

"Gue hampir kena serangan jantung, Sa. Ternyata cuma kucing." Danu ikut merangkul pundak Aksa dan disusul oleh Ben.

Mereka bersama mengantarkan Aksa sampai ke garasi tempat Aksa memarkirkan motornya.

Aksa meletakkan kotak yang berisi hadiah dari teman-temannya itu di jok belakang dan mengikatkannya kuat.

"Gue balik dulu, ya. Makasih ya acaranya." Aksa mengendarai motornya keluar dari garasi. 

"Lusa jangan lupa datang ke opening galeri gue ya, Sa!" Danu mengingatkan temannya itu, takut jika temannya akan lupa.

"Pastinya, Bro!" Aksa melajukan motornya keluar dari rumah mewah milik keluarga Yudhistira.

Aksa tidak memikirkan hal yang lain selain pulang ke mes dan bertemu anak gadisnya.

Dengan suasana hati yang senang Aksa menancapkan gasnya hingga tidak terasa ia sudah sampai di depan gerbang Perusahaan Adhiyaksa yang tertutup.

Di atas sepeda motornya, Aksa mengernyit. Tidak biasanya gerbang ini ditutup tanpa penjagaan, maka dari itu Aksa memutuskan turun untuk sekedar mencari satpam penjaga.

Benar-benar tidak ada orang.

Aksa melihat ke sekelilingnya, namun aneh tidak ada satupun penjaga yang terlihat. Padahal, di jam ini biasanya ada beberapa pemuda yang berlalu lalang berjaga.

Aksa kembali ke sepeda motornya dan mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.

Tertera satu-satunya nama karyawan yang ia kenal dan menekan tombol 'call' di layar.

Terdengar bunyi dering yang disusul dengan suara perempuan di ujung sana.

"Ada apa, Sa? Kenapa nelpon malam-malam gini? Larut pula." Suara lembut mengalun dari ponsel itu.

"Gue lagi di depan Adhiyaksa nih dan ga ada penjaganya sama sekali." Sesekali Aksa melihat sekitarnya dan berharap melihat satu penjaga yang berlalu lalang, namun hasilnya nihil.

"Gue bisa minta tolong panggilin satpam yang ada di mes, gak? Gue gak tau mau minta tolong sama siapa lagi selain lo, Nad."

Nada yang sedang berbaring di kasurnya langsung bangkit saat Aksa meminta tolong padanya.

"Oke, Sa. Bentar gue panggilin, ya." Nada membalas perkataan Aksa.

Setelah sambungan telepon mereka terputus, Aksa kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Di satu sisi, Aksa benar-benar merasa ada yang janggal dengan perusahaan Adhiyaksa malam ini.

Perusahaan Adhiyaksa terkenal juga dengan penjagaannya yang ketat dan aman. Namun, kali ini ia tidak menemukan satupun penjaga.

"Sa!" panggil Nada dari balik gerbang bersama seorang satpam. Aksa bergegas menghidupkan motornya, dan berjalan melewati pintu gerbang yang dibukakan untuknya.

"Terima kasih, Pak." Aksa sedikit menunduk sembari mengucapkan terima kasih saat melewati seorang pria paruh baya yang menggunakan seragam satpam itu.

Aksa mengajak Nada untuk naik ke motornya dan mengantarkannya juga ke dalam bangunan mes.

"Makasih banget loh, Nad. Kalo gak ada lo, gue udah pasti bakalan tidur di luar malam ini." Aksa memarkirkan motornya.

"Santai saja. Untung juga gue masih bangun."

Aksa tersenyum, lalu wajahnya seketika berubah serius.

"Lo ngerasa gak kalo ada yang aneh?"

"Aneh?"

"Ada yang aneh malam ini sama perusahaan Adhiyaksa."

Nada menatap ke arah Aksa dengan mata penasaran.

Apa hal yang aneh itu?

Gimana? Bagaimana tanggapan kalian sampai chapter ini?

Komen yaww kasih saran dan kritikan juga gak papa 😍😍

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

My sekretaris (21+) Von L

Aktuelle Literatur

332K 3.2K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
836K 31.4K 34
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
Balance Shee(i)t Von Raa

Aktuelle Literatur

67.6K 5.7K 43
Padahal kan ingin Mosha itu agar mereka dijauhkan bukan malah didekatkan. -·-·-· Mosha, mahasiswi jurusan akuntansi ingin kehidupan kuliahnya seperti...
87.6K 473 5
cerita-cerita pendek tentang kehamilan dan melahirkan. wattpad by bensollo (2024).