Nabil & Nabila

By UciAngsti

1.8K 1.4K 155

Rumah yang berdekatan dan orang tua yang akrab membuat persahabatan aku dan Nabil semakin erat. Hingga mengi... More

Prolog
Nabil
Orang Baru Dan Kisah Baru
Ratu Caper
Tinggi Itu Ganteng
Jum'at Pagi Tanpa Nabil
Bolos
Lomba Makan Bakso
Panti Asuhan
Dina Pembohong
Renggang
Jadian
Dijemur
Keramas Es Teh
Tiga Preman
Babak Belur
Tamparan
Pulang
Papa Selingkuh
Kiss
Pentas Teater
Nabil Menyukaiku
Kalung Permata
Bali
Beny
Aku Ingin Nabilku
Happy Birthday Nabil
Ketoprak
Badminton
Yearbook 1

Nasi Goreng Udang

40 24 5
By UciAngsti

"Nabilll!!!" Aku berteriak kencang di rumah Nabil sambil menyerukan nama itu dan langsung menaiki anak tangga ke lantai atas dengan lincah.

Brukkkk....

Ku buka pintu kamar Nabil dengan brutal hingga menimbulkan suara bising, ku lirik Nabil yang tengah fokus membaca di meja belajarnya sama sekali tidak menghiraukan kedatanganku.

"Bantuin gue" Ucapku singkat sambil meletakkan setumpuk buku-buku tebal di depan wajah Nabil. Nabil hanya diam lalu melirik tumpukan buku-buku itu dan beralih ke aku secara bergantian.

"Kagak bisa, gue sibuk" Nabil menolak mentah-mentah permintaanku itu dan kembali fokus membaca.

"Orang pelit biasanya pas mati kurang tanah loh" Gumamku asal sambil berjalan menjauhi Nabil dan berhenti di tepi ranjang lalu merebahkan tubuhku di atasnya.

"Gue bakal siapin tanah satu truk biar kagak kurang" Sahut Nabil tanpa menyingkirkan buku yang menutupi wajahnya.

"Ayolah, bantuin gue ngerjain nih tugas ya ya ya, lo kan pinter, cakep juga, terus baikkkkkk buangettttt" Aku memuji cowok itu berharap agar aku dapat diberikan apa yang aku inginkan.

"Tapi kalo kagak selesai jangan salahin gue" Ucap Nabil kemudian dan akhirnya menyingkirkan buku bacaannya. Aku bersorak kegirangan di dalam hati saat melihat hal itu.

"Lah kenapa kagak selesai?, gue bisa nunggu lo ngerjainnya. Kalo nanti kemaleman, gue bisa nginep di sini" Aku yang keras kepala ingin agar tugasku dikerjakan sampai selesai tetap berusaha agar apa yang aku mau dapat terpenuhi.

"Gue jam sembilan mau pergi" Ujar Nabil sambil mulai membuka buku milikku.

"Yaelah, pergi kemana juga sih?. Sok sibuk banget hidup lo" Aku memutar bola mata karena merasa sebal dengan tingkah Nabil. Aku heran juga dengan manusia satu ini, berlagak seakan-akan kalau dirinya adalah orang tersibuk di muka bumi ini.

"Gue ada janji sama Diva" Satu kalimat pendek itu membuatku terhenyak dan seketika tersadar kalau Nabil sudah mempunyai pacar.

Dan seperti yang kalian tahu, pacar harus selalu diutamakan dan akan selalu, ku akui hal itu karena aku juga akan seperti itu jika mempunyai seorang pacar.

Tapi walau demikian, egoku tetap tak bisa aku kalahkan, aku benci dengan sosok itu. Kenapa dia selalu saja tidak memberikan aku kesempatan untuk bisa bersama Nabil?, walau Nabil hanya temanku tapi aku jauh lebih dahulu sudah mengenalnya.

"Dih, Diva lagi Diva lagi. Gada nama lain apa?, eneg gue denger tuh nama mulu"

Seperti angin yang lewat dan berlalu, Nabil sama sekali tidak menghiraukan perkataanku dan mengangangkat kembali buku bacaannya lalu lanjut fokus membaca, sepertinya buku itu sangat penting untuk hidupnya.

"Yaudah, kerjain sampe mana aja" Aku akhirnya menyerah dan untuk kali pertamanya dalam sejarah hidupku, aku mengalah dengan Nabil.

Mendengar perkataanku, buku yang menutupi wajah cowok itu kemudian turun dan matanya menatapku lekat untuk beberapa detik. Lalu meraih buku-bukuku dan mulai mengerjakan soal-soal di sana.

"Sebenernya ini semua tuh simple, gue tau lo pasti udah kelar ngerjain tuh tugas, kenapa lo kagak langsung kasih punya lo aja sih buat tar gue salin?. Kan gampang, tinggal sat set sat set kelar" Aku mendekati Nabil dan berdiri memperhatikan ia yang tengah sibuk dengan soal-soal itu.

"Iya emang gampang kalo gitu, tapi lo nya bakal bebal sampe mati, gada perubahan" Ucap Nabil dengan tangan yang masih sibuk menulis di buku.

"Mending lo simak gue, biar soal selanjutnya lo bisa coba jawab sendiri" Lanjutnya.

"Serah lo dah"

"Lo perhatiin nih ye soal nomor satu yang gue kerjain, lo tau kan konsep trigonometri?"

"Kagak lah, sejak kapan gue ngerti matematika?" Jawabku enteng sambil menggelengkan kepala, ya memang aku tidak paham apa-apa di. bidang matematika. Sebenarnya aku adalah seorang matematikawan yang sangat pandai sebelum adanya x dan y.

"Ya tuhan" Nabil menarik nafas berusaha sabar. "Terus lo di kelas ngapain Nabila?, numpang nafas doang?" Tanya Nabil padaku.

Aku hanya terkekeh mendengar hal itu, tujuan aku kesinikan untuk diajari, kalau aku sudah pandai untuk apa aku minta diajari lagi?.

***

Sudah sekitar satu jam lebih Nabil mengajariku, berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya di saat aku menggelengkan kepala menandakan kalau aku masih belum paham dengan apa yang ia ajarakan.

"Sayang, kamu udah siap?" Di saat aku dan Nabil masih sibuk berkutat dengan rumus matematika, tiba-tiba Diva tanpa mengetuk pintu kamar Nabil lagi langsung masuk seperti tengah menggerbak seorang pengguna narkoba di rumah bandarnya.

Tipikal orang tidak sopan batinku, ya walaupun aku juga seperti itu saat masuk ke kamar Nabil, tapi itu kan hanya berlaku untukku saja. Iya aku egois dan aku tidak peduli.

"Kak Nabila?, kok di sini?" Tanya Diva saat menyadari aku yang sedang berada bersama Nabil di kamarnya.

"Yoi, lanjut Bil, sampe mana tadi?" Aku menepuk bahu Nabil menyuruhnya melanjutkan pengajaran matematikanya yang sempat terhenti akibat ulah Diva.

"Tapi kita mau keluar kak" Potong Diva tiba-tiba.

"Yaelah, santay aja kali, tar lagi juga kelar, ya gak Bil?" Aku beralih kepada Nabil.

"Gak bisa keknya Nab, masih ada lima soal lagi. Satu soal aja ampe mau mati gue ngajarin lo"

"Yeee, gitu lo emang" Aku mendorong bahu Nabil tanda tidak terima dengan keputusannya.

"Sisanya lo langsung salin punya gue aja Nab" Nabil sibuk mencari buku tulis matematikanya untuk aku salin nanti.

"Wihhh, paan tuh? Tanyaku saat menyadari kalau Diva membawa sebuah tote bag di tangannya.

"Ini nasi goreng udang, aku bikin spesial buat kamu" Jawab Diva sambil mengangkat tote bag itu berniat memberikannya kepada Nabil.

"Nabil alergi sama udang" Ucapku dengan wajah datar. Pacar macam apa yang tidak mengenal cowoknya seperti ini?.

"Emang bener kamu alergi udang sayang?" Tanya Diva pada Nabil, seperti kurang percaya dengan ucapanku sebelumnya. Seakan-akan aku adalah jenis manusia yang sulit untuk dipercaya.

Nabil hanya menganggukan kepalanya tanda jawaban 'iya' dari pertanyaan Diva.

"Maafiin aku ya sayang, aku gak tau kalo kamu alergi sama udang"

"Gak apa-apa, nanti nasgornya aku kasih sama bik Ina aja" Nabil langsung mengambil tote bag itu dan meletakkannya di atas meja belajar.

"Sekarang kamu ke bawah aja, ngobrol sama bunda. Aku mau siap-siap bentar" Nabil memegang kedua bahu Diva dan menatapnya lekat. "Kamu cantik banget malem ini" Ucap Nabil memuji Diva.

"Ehemmm" Sengaja aku buat-buat batuk agar kedua makhluk itu tidak menebar kemesraannya di depanpu ku. Memangnya mereka kira aku ini hanya angin begitu?.

"Mau ketemu bunda bareng gue?" Tanyaku pada Diva kemudian.

"Boleh kak"

"Kagak usah panggil kak lah, kita cuma beda satu tahun doang" Protesku pada cewek itu.

***

Saat sampai di lantai satu, pemandangan yang pertama aku lihat adalah sosok bunda yang tengah duduk di sofa dengan televisi yang menyala dan menampilkan sinetron kebanggaannya.

Diam-diam aku berjalan mendekati bunda untuk mengagetkannya. Dan hap, aku menutup kedua mata bunda dengan tanganku dari belakangnya.

"Siapa ini?" Tanya bunda. "Biar bunda tebak" Bunda mengetuk-ngetukkan telunjuk pada dagunya, seperti tengah berfikir keras untuk menebak siapa sosok yang menutup matanya.

"Bunda tau ini siapa, Nabilaaa" Tebak bunda tepat sasaran, aku hanya tertawa lebar dan langsung loncat duduk di atas sofa tepat di samping bunda.

"Bunda gak ngajak-ngajak Nabila nonton sihhh"

"Yaudah, kapan-kapan bunda ajak kamu nonton di bioskop gimana?"

"Mauuu banget dong bunnn" Ucapku antusias karena mendapatkan tawaran menakjupkan itu.

"Hmmm, hay tante" Terdengar suara Diva, yaampun aku melupakan anak itu.

"Eh, kamu siapa?" Tanya bunda heran. Dan tunggu, bunda tidak mengenali Diva?.

"Bunda gak kenal Diva?" Tanya ku heran.

"Gak, temen kamu ya?" Tanya bunda padaku.

"Bukan bunda, Diva ini adik kelas aku sama Nabil di Bina Bangsa, sekaligus pacarnya Nabil bunda. Masa bunda gak kenal sama calon mantu sendiri sih hahaha" Aku tertawa renyah.

"Oh ya?, duduk sini sayang" Bunda menepuk sofa dan memerintahkan Diva untuk duduk di sana. "Ayoo, gak usah kaku gitu, santai aja sama bunda" Bunda tersenyum manis.

"Kamu belum pernah main ke sini ya?, makanya bunda gak kenal sama kamu, terus Nabil gak pernah cerita juga kalo dia punya pacar"

"Diva sering ke sini tante, cuma pas Diva ke sini tantenya lagi gak di rumah terus. Baru malem ini Diva bisa ketemu langsung sama tante, tadi aja pas Diva baru sampai tante lagi di kamar kata bik Ina"

"Sering-sering main ke sini, rumah ini sepi terus. Apalagi Nabila sekarang udah jarang main ke rumah" Bunda melirikku yang duduk di sebelahnya.

"Nabila lagi demen di rumah bunda akhir-akhir ini hahaha" Aku tertawa untuk kesekian kalinya.

"Bundaaaa" Sebuah suara anak kecil mencuri perhatianku, dan aku menemukan Bintang yang keluar dari kamar bunda.

Melihat Bintang, aku langsung berlari kecil menghampiri anak itu, sudah sangat lama aku tidak bermain dengan temanku yang satu ini.

"Wihhh, hallo mas brooo" Aku berjongkok di depan Bintang dan menyodorkan genggaman tanganku untuk mengajaknya adu tos.

Melihat aku, Bintang hanya diam sejenak untuk melirikku dan kembali berteriak nyaring memanggil bunda dengan nada bicara yang hampir ingin menangis.

Buru-buru bunda langsung menghampiri Bintang dan mengajaknya masuk ke kamar, aku tahu betul pasti bocah itu rewel karna baru saja terbangun dari tidurnya.

"Lo keknya akrab banget sama keluarganya Nabil ya" Ucap Diva saat aku kembali duduk di sofa.

"Keknya, gatau juga sih. Gue udah anggep kaluarga Nabil itu kek keluarga gue juga, dan Nabil nganggep keluarga gue juga sebaliknya" Aku menatap cewek dengan setelan dress warna sage itu.

"Keknya gue kalah dari lo dalam hal ini hahaha" Diva tertawa, tapi jenis tawa yang dipaksakan.


Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 284K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
2.9M 146K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.3M 118K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...