HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

7.1K 1.5K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

5. Bloomsbury

206 44 0
By firma_afika

#Day5
#Bernas

Kata ini memiliki beberapa arti yakni:

- berisi penuh (tentang butir padi, susu, bisul, dan sebagainya)

- banyak isinya (tentang pidato, petuah, cerama, dan sebagainya)

- dapat dipercaya

***

Jae Han berdiri di depan lift. Begitu liftnya terbuka ia segera masuk dan menekan angka satu, ia hendak menuju restoran hotel untuk pergi sarapan. Saat lift hampir tertutup sempurna, seseorang datang dan menahannya.

"Huh… dia lagi!" Jae Han mendengkus.

"Ada masalah?" tanya Shin Woo, dialah orang yang menahan pintu lift.

"Kau memang selalu jadi masalah untukku," tanggap Jae Han sinis.

"Ah benar, tapi maaf sepertinya membuat masalah untukmu itu menyenangkan ..." Shin Woo terkekeh. "Buktinya sekarang kita dapat liburan keluar negeri bersama, ahh, menyenangkan," lanjut Shin Woo.

Tepat setelah itu pintu lift terbuka, Shin Woo berjalan keluar dengan santai sambil meregangkan tangannya. Sedangkan Jae Han hanya menatapnya dengan tatapan datar.

Begitu memasuki restoran, Shin Woo sudah lebih dulu mengambil tempat duduk dan saat melihat Jae Han berjalan masuk, Shin Woo dengan semangat melambaikan tangan mengajaknya untuk duduk bersama. Sedangkan yang dilakukan Jae Han, ia memilih berjalan ke arah lain dan memilih tempat duduknya sendiri. Shin Woo yang melihat itu hanya memajukan sedikit bibirnya.

Pelayan mulai menghidangkan menu sarapan di meja mereka masing-masing.

"Kon'nichiwa misu …." Shin Woo bersuara. Ia memanggil seorang perempuan berambut pendek yang baru saja masuk ke restoran dan melewati mejanya.

"Ha'i?" Perempuan itu menyahut dan menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa dirinyalah yang dipanggil Shin Woo.

"Hai mochiron, anata dake no utsukushī josei ga koko ni imasu. (ya tentu saja, hanya kau wanita cantik yang ada disini)" Ucapan Shin Woo membuat wanita itu tersipu malu dan Shin Woo langsung berdiri dari kursinya.

"Kau sendirian? apa kau mau menemaniku makan? aku tidak bisa makan sendiri, dan menu ini terlalu banyak," tanya Shin Woo beruntun sambil menarik kursi di depannya untuk diduduki oleh perempuan yang baru saja ditemui namun ternyata seseorang lebih dulu duduk di sana.

Sejak tadi Jae Han duduk di mejanya sambil mengamati apa yang dilakukan oleh Shin Woo. Terlebih saat Shin Woo berbicara pada seorang perempuan asing. Saat melihat Shin Woo berdiri lalu menarik kursi, tentu saja dia tidak bodoh untuk tahu apa yang sedang dilakukan kakaknya itu. Dia pun berjalan dan duduk di kursi yang ditarik oleh Shin Woo. Satu masalah saja belum selesai, dia tidak akan membiarkan Shin Woo membuat masalah baru lagi untuknya.

"Berhenti membuat masalah." Jae Han berbicara menggunakan bahasa korea.

"Gae-sae-ggi," Shin Woo mengumpat. Padahal setidaknya dia ingin sarapan dengan wanita cantik bukan dengan pria dingin seperti yakuza ini.

"Sumimasen, kondo issho ni shokuji suru yōdesunode, tenwabangō o oshiete itadakemasu ka? (maaf sepertinya lain kali aku akan makan denganmu, boleh aku meminta nomormu?)" Shin Woo bertanya pada wanita di depannya sambil mengeluarkan ponsel.

Jae Han yang mulai kesal pun berdiri dan merampas ponsel yang dikeluarkan oleh Shin Woo.

"Berhenti membuat masalah dan duduk makan jika kau masih ingin hidup," ancam Jae han dengan nada yang tinggi. Sedangkan wanita cantik yang dimintai nomor ponsel tadi terlihat bingung. Setelah mengatakan itu, Jae Han duduk lalu menikmati makanan yang tersaji di meja dan Shin Woo tampak sedang meminta maaf pada wanita yang baru saja ditemuinya.

Shin Woo tidak menyentuh sarapannya. Ia hanya duduk diam bersedekap dada sambil menatap Jae Han dengan tatapan kesalnya. Jae Han mengangkat kepalanya sedikit karena diperhatikan lalu kembali menikmati makanannya.

"Aish, aku benar-benar kesal, bajingan ini," gumam Shin Woo.

"Berhenti mengumpat. Lebih baik kau makan, banyak hal yang harus kita kerjakan hari ini," tegas Jae Han tanpa mengalihkan dirinya dari kegiatan sarapannya.

Shin Woo hanya mengambil secangkir kopi susu yang masih bernas dan meminumnya sedikit.

"Aku kehilangan selera makanku. Kau seperti manusia kelaparan yang baru bisa makan setelah seminggu terlantar," ucap Shin Woo sambil berdiri dan memutuskan untuk pergi dari sana sedangkan Jae Han tetap asyik dengan makanannya.

Sebenarnya Jae Han juga tidak ingin berurusan dengan Shin Woo seperti ini. Apalagi dengan caranya tadi yang bahkan sangat ingin mengabaikannya. Namun dia tidak ingin ada masalah baru yang mengharuskan dia berlama-lama bersama saudaranya itu.

****

Jae Han duduk dengan Shin Woo di sampingnya. Kini mereka berada di dalam mobil menuju perusahaan yang ditunjuk ayahnya sebagai salah satu perusahaan besar yang dapat membantu mereka. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka sampai mobil pun berhenti tepat di depan lobi sebuah gedung pencakar langit. Melihat betapa tinggi dan elegannya gedung ini dapat menunjukkan seberapa hebat pemiliknya. Jae Han orang yang pertama membuka pintu mobil, sedangkan Shin Woo masih duduk menunggu sopir yang membukakan pintu. Jae Han tersenyum miring melihatnya.

Jae Han masuk lebih dulu dan langsung berjalan menuju resepsionis yang ada di sana.

"Excuse me." Jae Han menyapa resepsionis menggunakan bahasa inggris, karena jelas Jae Han tidak dapat berbicara menggunakan bahasa jepang.

"Mr. Takada there? I'm Jae Han from Korea." ujar Jae Han.

"Excuse me, have you made an appointment?" tanya resepsionis.

"Yes, We are from Go enterprise company." jawab Jae Han.

"Currently Mr. Takada is meeting you can wait there," ucap resepsionis itu sambil menunjuk ke bagian tempat duduk di sisi kanan ruangan. Terdapat banyak kursi dan meja disana, ada juga beberapa orang yang sedang duduk dan berbincang. Terlihat cukup nyaman.

Jae Han berjalan menuju kursi yang tersedia. Shin Woo yang baru saja masuk langsung mengikuti Jae Han.

"Kenapa?" tanya Shin Woo.

"Kita harus menunggu." Jawab Jae Han singkat.

"Kenapa? bukankah kita sudah membuat janji?" Shin Woo kembali bertanya.

"Duduk dan diamlah." Jae Han memasang wajah serius.

Sebelum pergi ke tempat ini, Jae Han sudah mencari tahu siapa Mr. Takada, dari informasi yang didapat dari ayahnya, Tuan Takada adalah pemimpin salah satu perusahaan besar di Shibuya. Jika Go Enterprise disebut raksasa dunia bisnis di Gwangju, maka Takada Corporation merupakan monster perekonomian di Shibuya. Jangkauan bisnis Takada jauh lebih luas, meliputi real estate, perusahaan hiburan, serta transportasi dan logistik.

Tidak lama menunggu, datang lah pria berusia empat puluhan menghampiri Jae Han dan Shin Woo. "Apa kabar Tuan Muda, maaf karena sudah membuat menunggu, aku ada rapat mendadak yang tidak bisa kutinggalkan." Tuan Takada ternyata sangat lancar berbahasa Korea.

"Tidak apa Tuan, justru kami yang berterima kasih karena anda sudah meluangkan waktu di tengah kesibukan anda yang padat," ujar Jae Han terbilang sopan.

Setelah Takada duduk, Shin Woo langsung berucap pada intinya, memang sedikit tidak sopan tapi mau bagaimana lagi Shin Woo tidak mau menunggu lebih lama. "Tuan, bisa jelaskan lebih detail, bagaimana cara kami bisa menemukan para penipu itu? aku tidak punya banyak waktu."

Jae Han sekarang ingin sekali menampar mulut Shin Woo yang tidak ada istilah bersopan-santun dahulu sebelum meminta bantuan.

"Oh, kau Shin Woo kan? oke baiklah, aku hanya bisa memberi petunjuk bahwa beberapa dari mereka mungkin juga bekerja sama dengan yakuza di distrik ini." terang Takada

"Beberapa? maksudnya mereka memiliki komplotan?" Jae Han sedikit terkejut.

"Jadi maksud anda kami harus berurusan para preman? astaga kenapa bisa begini?" ucap Jae Han.

"Kita akan bekerja sama menemukan penipu itu tapi untuk saat ini aku masih sangat sibuk dan waktuku tidak banyak, jika ada yang perlu ditanyakan kalian bisa bertanya pada bawahanku atau hubungi aku ke nomor ini," ucap Takada sembari menunjuk beberapa pengawal yang selalu mengikutinya lalu menyerah kartu nama miliknya.

Takada terdengar santai dalam berucap tapi sangat jelas terlihat bahwa dia hanya membalikkan kalimat Shin Woo ketika di awal bertemu.

Takada pun ingin beranjak dari tempat duduknya tapi Shin Woo menahannya. "Tapi tuan, apa hanya ini informasi yang bisa kami dapat? kami jauh-jauh dari Korea bukan hanya ingin tahu para penipu itu bekerja sama dengan siapa saja, tapi kami butuh bantuan yang bisa diandalkan."

  "Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak punya banyak waktu, anak muda, lain kali bersikaplah lebih sopan layaknya orang yang ingin meminta bantuan." Takada memberikan kalimat yang sangat bernas nasehat sembari menepuk-nepuk pundak Shin Woo ketika dia berjalan melewatinya.

"Tapi tuan … " ucapan Shin Woo terputus ketika Jae Han menarik tangannya.

"Hentikan, biarkan dia pergi," tegas Jae Han.

Shin Woo terlihat kesal namun tetap mematuhi ucapan Jae Han. Dia pun duduk kembali sambil bergumam, "Lalu kita harus bagaimana?"

"Ini semua salahmu, setidaknya kau harus sopan saat meminta bantuan jangan terburu-buru, attitudemu perlu diperbaiki lagi, lain kali jika ada pertemuan penting kau harus diam, camkan itu! kalau tidak aku tidak akan membantumu lagi," terang Jae Han disertai ancaman.

"Yak! beraninya kau! ingat, aku lebih tua darimu, beraninya kau membentak kakakmu?" seru Shin Woo.

"Umur hanyalah angka, lagipula hanya lima bulan, tidak ada bedanya." Jae Han pun berdiri lalu berjalan ke luar dari gedung itu.

Singkat cerita, Takada mau memberi bantuan untuk mencari sang penipu namun dengan syarat, Takada meminta kenaikan saham sebesar 20 persen di perusahaan Go enterprise. Jae Han mengiyakan dengan mudahnya, baginya saham 20 persen itu terbilang kecil jika dibandingkan dengan uang 300 juta Won.

Pertemuan selanjutnya, Takada meminta Jae Han dan Shin Woo datang. Satu-satunya kesan yang Shin Woo dapat dari Mr. Takada adalah pengusaha sombong dan licik. Seharusnya orang yang  memiliki wawasan tinggi seperti Takada semakin merendah hati serupa menunduknya setangkai padi yang berbulir bernas,  namun melihat ekor mata dan sudut bibir yang terangkat tanpa ketulusan membuatnya agak gatal ingin meninju wajah tua itu. Tapi kenyataannya Shin Woo hanya duduk diam di samping Jae Han.

Dari hasil pembicaraan hari ini, Bloomsbury adalah salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang mengaku dari Bexxa Company orang yang telah menguras rekening perusahaan Go Enterprise akibat kebodohan sang manajer utama.

Jae Han dan Shin Woo tanpa pikir panjang segera berkunjung ke tempat paling remang di distrik Shibuya yaitu Dogenzaka, diikuti oleh beberapa bodyguard utusan Mr. Takada. Pemandangan malam Dogenzaka terbilang sangat indah, bangunan tinggi memiliki lampu-lampu menyala di beberapa ruangan, beberapa bangunan memiliki lampu neon warna-warni yang memanjakan mata, cahaya kuning dan merah melebur di jalanan menciptakan harmoni dan estetika.

Shin Woo paling bersemangat ketika mereka tiba di tempat hiburan malam yang dituju yaitu Bloomsbury, di luar nampak seperti bangunan Jepang kuno dengan bunga sakura merah muda bermekaran. Wanita-wanita cantik berpakaian tradisional Jepang menyambut mereka dengan senyum hangat.

Jae Han hanya nemasang wajah datar, tujuannya ke sini bukan untuk bersenang-senang tapi ingin menemui pemilik Bloomsbury untuk mencari informasi lebih, sedangkan Shin Woo hampir meneteskan air liur ketika dihadapkan dengan puluhan gadis cantik bergaya Oiran.

"Shin Woo ingat tujuan kita datang ke sini!" tegur Jae Han pada Shin Woo yang kini sudah menggandeng dua gadis cantik di sisinya.

"Jae Han, jangan buat dirimu tenggelam terlalu lama dalam satu masalah, kita masih banyak memiliki siang dan malam yang harus dijalani, maka untuk sementara nikmati lah dulu kecantikan-kecantikan ini." Shin Woo melayangkan flying kiss pada gadis-gadis cantik yang bergelayut di sisinya.

Jae Han rasanya ingin memukul kepala Shin Woo sekarang juga namun kemudian dia berinisiatif untuk bertanya pada salah seorang wanita penghibur bagaimana caranya menemui pemilik Bloomsbury. Jae Han berbicara dengan bahasa Jepang seadanya. Setelah mendapat arahan dari si wanita, akhirnya Jae Han bisa bertemu dengan pemilik Bloomsbury.

"Tuan Nobuyuki, ada seorang pemuda yang ingin bertemu, katanya dia dari Korea," ucap wanita penghibur.

Awalnya sang mucikari berbadan gendut itu menatap bingung ke arah Jae Han lalu kemudian dia tersenyum. "Oei, konbanwa, ada apa mencariku?" Nobuyuki berbicara dengan bahasa Korea namun dengan aksen Jepang. Itu terdengar sedikit aneh.

Nobuyuki mengajak Jae Han untuk duduk di kursi bar.

"Aku hanya ingin bertanya, apakah pernah seseorang atau sekelompok dari Bexxa Company datang kemari?" tanya Jae Han.

"Bexxa Company? entah lah sejujurnya banyak pelanggan yang datang dan aku tidak bisa mengingat mereka satu persatu atau pun mereka bekerja di mana," jawab Nobuyuki.

Jawaban Nobuyuki terdengar masuk akal, mana mungkin dia bisa mengingat pelanggan yang datang silih berganti. Jae Han pun terdiam.

"Tapi kau bisa menunggu, siapa tahu orang yang kau maksud datang malam ini, sementara menunggu bagaimana jika kau ditemani oleh seseorang, supaya kau tidak bosan." Nobuyuki memberi saran dengan menaik turunkan alisnya.

"I-itu tidak per … " Jae Han berniat menolak.

Nobuyuki memanggil salah satu penghibur, "Hwa Gi-ssi!"

Panggilan Nobuyuki pada Hwa Gi kini sukses membuat Jae Han terkesiap bahkan tak mampu menyelesaikan ucapan penolakan.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

468K 51.9K 32
[SUDAH TAMAT] Dunia memang sudah gila. Maka saat jalan hidup Leo sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya pun ia tak marah. Tak pula sedih ketika ia...
43.6K 8K 10
Rapunzel tidak mengenal dunia di luar jendela menara tinggi tempatnya tinggal. Ia tidak juga ingin mengenal dunia kejam dan jahat yang sering si Peny...
398K 9.8K 7
Alkana Hydro Tritas, anak terakhir dari keluarga Alpha terkenal dan terlahir sebagai satu-satunya anak berdarah Omega, yang membuat dirinya harus hid...
79.9K 8.1K 35
FIKSI