HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

6.3K 1.4K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

3. Hidup Jangan Terlalu Serius

192 43 7
By firma_afika

#day3

Clue
#Pendar

Merujuk pada cahaya seperti yang tampak pada lendir kelemayar atau pada permukaan laut pada malam hari dsb.

Jepang 2023

Hwa Gi berjalan dengan membawa beberapa bunga segar di tangannya. Setelah mendapat telpon bahwa ibunya kritis hari itu, sampai saat ini ibunya masih belum sadar, meskipun keadaannya mulai stabil. Jadi hari ini, dia berniat untuk menemani dan mengganti beberapa bunga yang sudah layu di ruang perawatan.

Fumiko, Ibu Hwa Gi sangat menyukai hal-hal yang indah seperti bunga, ia juga menyukai bidadari. Hwa Gi berharap dapat kembali melihat ibunya bersantai setiap pagi di bawah sinar matahari menikmati secangkir teh dan juga pemandangan indah bunga di taman. Hwa Gi ingin melihat ibunya seperti dulu saat ia masih kecil, namun ternyata, kenyataannya tak seindah itu.

Hwa Gi membuka gorden, membuat sinar matahari masuk menerangi ruangan redup. Dia juga mengganti satu persatu bunga layu di dalam vas setelah selesai Hwa Gi duduk di kursi samping ranjang. Dapat ia lihat melalui kaca pada pintu, beberapa perawat berlalu lalang untuk melakukan pemeriksaan ataupun mengantar sarapan untuk pasein.

Hwa Gi menggenggam tangan ibunya, ia mengantuk setelah bekerja semalaman suntuk kemudian menidurkan kepala di tempat ternyaman tanpa melepas genggaman tangan, kemudian dia pun mulai terlelap.

***

Entah berapa lama Hwa Gi tertidur kini dia merasakan usapan di kepalanya.

Hwa Gi tersenyum, tapi enggan untuk membuka mata. Rasanya mimpi ini terlalu indah jika harus ia lewatkan begitu saja. Dia merindukan usapan ini, dia merasa seperti kembali ke masa lalu saat dia kecil. Penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Hwa Gi semakin menikmatinya sampai ia tersadar, ini terlalu nyata jika harus disebut mimpi dengan perlahan Hwa Gi membuka mata, ternyata usapan itu bukanlah mimpi melainkan Ibunya yang tengah tersenyum menatapnya. Pendar kehidupan dari tatapan wanita tua itu semakin meredup.

"Okaasan." Hwa Gi merasa lega melihat ibunya sudah sadarkan diri.

"Hwa Gi, gomene." Fumiko menatap anaknya lekat, ia dapat melihat bagaimana wajah Hwa Gi yang kelelahan.

"Kenapa ibu minta maaf ? ibu tidak salah." Hwa Gi memeluk wanita kesayangannya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak dapat merasakan kehangatan ini.

"Ibu minta maaf, karena selalu merepotkanmu," bisik Fumiko.

"Tidak, ibu sama sekali tidak merepotkan. Aku senang ibu sudah sadar, aku akan memanggil dokter." Hwa Gi melepas pelukan lalu berjalan keluar.

Setelah dokter memeriksa ibunya, Hwa Gi kembali duduk dengan nampan yang ada di pangkuannya. Dia berniat untuk menyuapi ibunya.

"Hwa Gi ..." Panggil ibunya.

"Ibu sudah lelah jika harus terus berada di sini, apakah kamu tidak lelah? kita pulang saja nak lagi pula sakitku tidak akan mudah untuk disembuhkan." Fumiko berharap anaknya mengerti apa yang diinginkannya, dia tidak ingin putra semata wayangnya terus bekerja keras untuk membiayai pengobatannya saat ini.

"Berhenti berkata seperti itu, aku ingin ibu sembuh." Bibir Hwa Gi tersenyum namun kenyataannya hatinya ingin menangis.

"Tapi ibu tidak ingin terus merepotkanmu, kamu pasti lelah harus terus bekerja untuk biaya pengobatan ibu."

Hwa Gi mengambil satu sendok bubur dan mulai menyuapi ibunya. Menghiraukan semua yang diucapkan ibunya. Ruangan itu kembali hening, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan mangkok.

Hwa Gi sibuk dengan pikirannya sendiri. Selelah apapun dia, dia tidak akan membiarkan ibunya kesakitan. Dia yakin ibunya pasti akan sembuh, dia tidak akan menyerah dengan begitu mudah.

***

Ddrrtttt... Drrtttt...

Ponsel Hwa Gi yang ia letakkan di atas nakas menyala tanda ada sebuah panggilan masuk.

"Moshi moshi. (Hallo)."

"Oy! Hwa Gi." Terdengar suara perempuan yang semangat meneriakkan namanya di seberang telepon.

"Ada apa Miki-chan?"

"Hwa Gi kau harus menolongku, ini benar-benar darurat," ujar si penelpon. Dia adalah Miki, satu-satunya teman Hwa-Gi di Jepang. Mereka bertemu di tempat mereka bekerja, Miki yang saat itu sudah lebih dulu bekerja Bloomsbury ditugaskan untuk menunjukkan beberapa peraturan pada Hwa Gi, tapi meskipun mereka bekerja di tempat yang sebagian besar orang menganggap itu menjijikan, menurut Hwa Gi, Miki adalah seorang yang sangat baik dan polos.

Polos dalam arti tingkahnya yang manja, imut dan kekanak-kanakan. Matanya yang selalu terlihat cerah bak pendar bintang di langit malam semakin menambah kecantikan yang berhias di wajah manis Miki.

Namun terkadang tingkah Miki juga sedikit absurd, contohnya seperti sekarang Miki menyuruh Hwa Gi datang ke sebuah tempat pusat perbelanjaan di Shibuya. Dia meminta tolong pada Hwa Gi untuk membeli pembalut dan Hwa Gi juga tidak bisa menolak karena Miki beralasan bahwa roknya sudah kotor karena darah dan dia malu untuk keluar.

Hwa Gi juga terpaksa pasrah ketika Miki meminta dirinya untuk masuk ke dalam toilet wanita. Saat ini dia masih berdiri di depan lorong dengan simbol bertuliskan 'ladies' di depannya dengan membawa satu paperbag.

Hwa Gi harus memastikan bahwa semua orang telah keluar dari sana sebelum dia menerobos masuk. Setelah dia memastikan semuanya aman, barulah Hwa Gi masuk dan mencari bilik toilet di mana Miki berada.

"Miki-chan ..."
"Miki-chan ..." Hwa Gi memanggil nama Miki dengan suara pelan.
"Mik - "

"Oi Hwa Gi, aku di sini," ucap Miki, dia mengintip dari pintu toilet. Pintu toilet terbuka dan menampilkan sosok Miki dengan rambut berantakan dan muka yang memerah. Hwa Gi tidak tahu apa yang terjadi, dia kesini hanya untuk mengantarkan apa yang Miki butuhkan namun ternyata kesialan terjadi. Suara langkah beberapa orang yang masuk ke lorong toilet dan itu membuat Hwa Gi membulatkan matanya.

"Miki-chan ..." Belum sempat Hwa Gi meneruskan kalimatnya, Miki lebih dulu menarik Hwa Gi untuk masuk ke dalam bilik toilet bersamanya.

"Kau harus diam, kalau tidak ingin ketahuan," bisik Miki.

"Balikkan badanmu." perintahnya lagi.

Hwa Gi yang masih terkejut atas apa yang terjadi hanya berucap, "Hah? Apa?"

"Aku menyuruhmu membalikkan badan, apa kau ingin melihatku memakai pembalut?" jelas Miki sambil melotot.

"Ten-tentu saja tidak, " jawab Hwa Gi gugup.

Hwa Gi membalikkan badan memunggungi Miki. Dia malu pada dirinya sendiri, dia memang tidak menyukai wanita tapi bukan berarti dia tidak malu jika satu ruangan seperti ini. Tentu saja siapapun pasti akan merasa ini aneh.

"Hwa Gi-sii, apa kau ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan?" bisik Miki tepat di telinga Hwa Gi.

"Apa maksudmu? jangan melakukan hal aneh lagi!" Hwa Gi mulai risih dengan tangan Miki yang dengan berani menyentuh punggungnya. Namun yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan.

"Ahhh ahhh Hwa Gi, kimochi ne." Miki duduk di atas toilet duduk lalu mulai mengeluarkan suara aneh. Hwa Gi yang terkejut berusaha untuk menutup mulut Miki, namun ternyata itu hanya membuat kegaduhan di balik bilik toilet semakin terdengar mencurigakan.

"Apa kau mendengarnya?" tanya salah satu wanita yang sedang mencuci tangan di wastafel.

"Apa mereka tidak punya malu melakukannya di toilet wanita?" sahut yang lainnya.

Sedangkan Miki yang berada di dalam sana merasa puas dan senang karena telah berhasil mengerjai Hwa Gi. Bukan hanya sampai di situ, kini Miki dengan percaya diri membuka pintu toilet, membuat dua wanita yang sedang berada di depan cermin melihat pantulan dirinya juga seorang pria tampan tepat berada di belakang Miki. Miki berjalan dengan percaya diri menuju lorong pintu keluar sedangkan Hwa Gi masih mematung di tempatnya tidak tahu harus bagaimana. Dia berjalan perlahan keluar dan langsung membungkuk minta maaf.

"Gomen'nasai, hontoni gomen'nasai ... I-itu tidak seperi yang kalian pikirkan." Hwa Gi masih membungkukkan badannya sampai terdengar teriakan beberapa wanita yang baru saja keluar dari bilik toilet.

"Aaaaa..."

"Astaga, kenapa ada laki-laki di sini?"

"Apa yang mereka lakukan?"

Hwa Gi dengan cepat berlari keluar sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Sedangkan di luar Miki sedang puas menertawakan dirinya.

"Kau keterlaluan Miki-chan." Hwa Gi menghampiri Miki dengan raut wajah yang tertekuk, nafasnya pun ngos-ngosan.

"Oy oy, hidupmu yang terlalu serius Hwa Gi-ssi," sahut Miki sambil tersenyum lebar.

"Ini sama sekali tidak menyenangkan," keluh Hwa Gi.

"Apa kau ingin yang lebih menyenangkan?" tanya Miki sambil menaik turunkan alisnya.

"Lihat kesana." Miki menunjuk pada dua security dan dua wanita yang tengah berbicara sambil menunjuk ke arah Hwa Gi.

"Ada apa dengan mereka?" tanya Hwa Gi sedikit bingung.

"Tentu saja mereka sedang membuat laporan bahwa ada seorang laki-laki mesum yang masuk ke dalam toilet wanita dan melakukan seks di dalam toilet!" jelas Miki, dia kembali tertawa terpingkal.

"Maksudmu aku?" Tanya Hwa Gi sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Menurutmu? Ayo pergi!" Miki menarik tangan Hwa Gi.

Namun Hwa Gi menahannya, "Mau kemana? Lepaskan tanganku."

"Tentu saja lari bodoh. Apa kau tidak melihat mereka akan mengejar kita?"
Menunggu respon Hwa Gi yang sedikit lambat, Miki memutuskan menyeret Hwa Gi untuk berlari. Hwa Gi yang belum siap ikut berlari kini terseok-seok untuk menyamakan langkah mereka dan benar saja apa yang dikatakan Miki, dua orang petugas keamanan kini mengejar mereka.

Hwa Gi dan Miki mulai menuruni eskalator dengan terburu-buru. Hwa Gi yang awalnya berada di belakang kini memimpin di depan sambil menggenggam tangan Miki menuruni eskalator sampai beberapa lantai.

"Bukankah ini menyenangkan?" tanya Miki sambil terus berlari.

Hwa Gi hanya tersenyum tipis sambil terus berlari sampai akhirnya mereka berada di luar pusat perbelanjaan, sedangkan Miki dengan senyum lebarnya merasa puas.

"Ahh, ini lebih dari menyenangkan," ujar Miki sambil mengatur nafasnya yang berantakan akibat lelah berlari.
"Hwa Gi-ssi, kau tahu olah raga dan mengeluarkan keringat itu baik untuk merubah suasana hati, kau harus sering-sering melakukannya."

Hwa Gi masih sibuk mengatur nafasnya, sudah lama dia tidak melakukan hal seperti ini. Berlari bersama teman, meskipun dia hampir menjadi tersangka tindak kriminal tapi ada perasaan lega di dalam dirinya, terlebih tentang perkataan ibunya tadi pagi. Dia sedikit merasa terhibur dengan tingkah absurd Miki sahabatnya.

"Ayo, aku akan mentraktirmu satu cup es krim besar." Miki berjalan dengan Hwa Gi yang mengikutinya dari belakang. Untuk kali ini, Hwa Gi ingin sedikit menikmati hidupnya berjalan dengan angin sore yang menyejukkan.

Mereka tiba di sebuah kedai es krim. Miki pergi untuk mengantri sedangkan Hwa Gi memilih untuk mencari tempat duduk. Tak lama, Miki pun datang dengan dua cup besar es krim.

"Miki-chan ini terlalu besar."

"Tidak apa-apa. Ini sebagai ucapan terimakasih karena kau telah menolongku tadi dan maaf karena mengerjaimu juga," ucap Miki sambil mulai memakan es krimnya.

Hwa Gi juga mulai menyendokkan es krim itu sedikit demi sedikit ke mulutnya.

"Sepertinya aku harus menarik kata-kataku yang mengatakan Miki itu baik dan polos, dia benar-benar orang yang licik dan gila tapi tetap saja dia baik." Pikir Hwa Gi.

"Miki-chan ayo kita menikah saja," celetuk Hwa Gi sambil menyuap es krim.

"Huh, kapan?" sahut Miki, sepertinya ajakan menikah dari Hwa Gi hanyalah ibarat seorang bocah mengajak bermain.

Hwa Gi mengoceh sambil tak berhenti tersenyum, "Bagaimana kalau besok, setelah itu kita akan pergi honeymoon ke pantai dan menikmati pendar bulan di atas lautan saat malam hari. Bagaimana? Romantis bukan?"

"Tidak bisa besok ada kartun favoritku, aku tidak mau menikah denganmu." sahut Miki sinis.

"Woh, tega sekali kau menolakku." Hwa Gi cemberut.

"Baka (bodoh), cari saja suami bukannya istri, wajahmu itu lebih cocok jadi istri." Miki mencubit pipi Hwa Gi hingga memerah.

Hwa Gi dan Miki membicarakan pernikahan seakan-akan itu rencana terbaik, padahal mereka sendiri pun tahu bahwa mustahil bisa menikmati kehidupan manis seperti itu. Rasanya itu tidak mungkin. Setelah puas tertawa mereka pun akhirnya terdiam dalam senyum kehampaan.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1M 158K 160
2018. Kumpulan siswa IPS absurd yang tahun ini jalan tujuh belas. Yang awalnya demen main homo-homoan. Sampai berakhir jadi maho beneran. ___________...
180K 34K 18
Hana bukan geisha di okiya itu. Namun, kecantikannya melebihi para geisha di mana pun berada. Banyak lelaki yang jatuh dan tunduk di kakinya, hanya u...
17.7K 2.2K 5
Season 1 (Bab 1-103) udah tamat. Tersedia Novel (CLOSE) & Pdf Kehidupan setelah menikah dan penuh kebusukan antara Rain yang masih kelewat polos bers...
615K 52K 23
Sequel : SINFUL Roda kehidupan semua makhluk hidup terus berputar, tidak terkecuali Gilbert dan An-Hee. Meski roda kehidupan berputar, dosa mereka ti...