Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:29

17.2K 2.7K 291
By Mhyka62

Hmm double Up deh..
Vote and comment juseyo..
...

Setelah seminggu lamanya semenjak Aland kambuh, akhirnya Aland sudah diperbolehkan untuk pergi ke sekolah lagi, dan sekarang dia sedang sarapan bersama keluarga Oliver.

"Abang, Azka mau itu" ucap Azka menunjuk udang goreng yang berada di dekat Aland.

Aland tersenyum dan mengambil udang goreng itu, meletakkannya beberapa di piring Azka.

"Kebanyakan bang"

"Biar cepat gede dek" ucap Aland mengacak-acak rambut Azka

"Benar tuh, lo kecil banget sih" ujar Vino mencubit pipi tembem Azka

"Sakit njir"

"Gue tuh pengen tinggi tapi malah dikasih makan banyak"

"Yang ada gue bukannya tumbuh ke atas malah ke samping" ujar Azka tampak kesal.

"Yaa gapapa, biar imut kayak Rafa hehe" ujar Rafael

"Kita tuh cowok bang, masa mau dibilang imut sih" ucap Azka pada abang sepupunya itu

"Kenapa, emangnya cowok nggak boleh imut ya" ucap Rafael menatap Azka polos

"Yaa nggak gitu juga bang, tapi..."

"Ahh dahlah" ujar Azka cemberut, percuma juga dia menjelaskannya pada sepupunya itu, Rafael benar-benar terlalu polos.

"Gemesnya" ujar Lucas mengelus rambut Rafael dan Azka, Azka semakin cemberut berbeda dengan Rafa yang malah tersenyum senang.

"Udah, sekarang lebih baik kalian berangkat" ujar Bimo menghentikan cucu-cucunya itu.

"Kita berangkat dulu" ujar Kevin merangkul Rafa, Kevin dan Rafa memang berbeda sekolah dengan yang lainnya.

"Saya berangkat dulu" ucap Aland mengelus singkat rambut Azka kemudian berdiri.

"Ehh Land, lo nanti mau ikut lagi ngeband nggak, video terakhir viral dan mereka pengen liat lo nyanyi lagi" ujar Lucas merangkul Aland

"Ehh tapi ba..."

"Gapapa, pergilah" ucap Hendry menatap Aland yang tampak ragu

"Sebelum makan malam kalian harus pulang, kamu ingatkan jadwal belajar kamu" lanjut Bimo menatap Aland datar, Aland mangangguk dan menatap Lucas lagi.

"Nanti pulang sekolah gue ke sana sama Sky ya bang" ucap Aland, Lucas tersenyum dan mengelus rambut adek sepupunya itu.

"Okay, gue juga cuma ada kelas pagi hari ini"

"Lo pulang sekolah jam 3 kan?" Tanya Lucas dan diangguki oleh Aland

"Sipp kalau gitu, gue tunggu di sana" ujar Lucas dan mengambil tasnya

"Kamu juga Lucas jangan kebanyakan ngeband, kamu juga harus belajar dan cepat lulus" ucap Bimo

"Tenang aja Opa, Lucas bentar lagi juga bakalan lulus, dan Lucas pasti bakalan dapat nilai memuaskan, Opa tenang saja"

"Kamu ini..."

"Lucas berangkat" ujar Lucas dan melangkah cepat memotong perkataan Bimo, bosan dia mendengar perkataan Opanya itu yang mengatakan dia supaya cepat lulus.

Aland tersenyum tipis dan sedikit membungkuk pada Bimo, Hendry dan Haris, kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari mansion itu.

"Abang, Azka mau berangkat bareng abang" ujar Azka berlari menyusul Aland.

"Vano, Vino, kalian awasi perempuan itu, jangan sampai rumor tentang Aland menyebar" ucap Hendry

"Iya dad" jawab Vino, sedangkan Vano hanya diam, pikirannya terbayang dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

.

.

.

.

.

Aland sedang makan bersama di kantin bersama Sky dan Candra, mereka yang awalnya makan dengan damai dan tenang langsung terusik karena adanya keributan di kantin itu.

Aland menghela nafasnya pelan melihat Bella yang terduduk dan menangis, dan Azka yang sepertinya sedang menahan amarahnya.

Saat hendak menolong Azka, Aland langsung urung ketika melihat kedua adek kembarnya datang bersama teman-temannya.

"Coba kita lihat, udah sampai mana perubahan kedua kembar itu" batin Aland tenang mengaduk-aduk minumannya.

"Nggak mau dibantuin Al?" Tanya Sky

"Udah ada Vino dan Vano" ucap Aland dan diangguki oleh Candra dan Sky yang juga ikutan menikmati drama dihadapan mereka.

Dapat Aland lihat adanya senyuman smirk di wajah Bella, ketika Chiko membantunya berdiri.

"Dek, gapapa kan?" Tanya Vino melihat tangan Azka yang memerah karena tumpahan sup panas.

"Gapapa bang, cuma luka kecil"

"Tapi tuh cewek nyebelin banget, gue sedang enak-enaknya makan malah jatuh dekat gue" kesal Azka

"Hiks kok kamu ngomong gitu sih, Bella nggak sengaja"

"Karena ada yang nyandung kaki Bella tadi hiks"

"Yang nyandung kaki lo siapa haa, jelas-jelas lo keliatan sengaja tadi" sinis Riki, temannya Azka

"Nggak hiks, kok kamu nuduh Bella"

"Bella nggak sengaja hiks"

"Kalau nggak sengaja, yaudah lo minta maaf, bukannya nangis"

"Yang luka kan teman gue, tapi kenapa lo yang nangis" ujar Doni, temannya Azka juga.

"Bella takut, Azka bulli Bella hiks" ujar Bella menundukkan kepalanya.

"Lo, gue nggak pernah bulli lo brengsek" geram Azka

"T-tapi dulu..."

"Ehh abang, ngapain sih, turunin Azka" ucap Azka memberontak ketika Aland tiba-tiba menggendongnya.

"Diam, nanti tangan lo melepuh" ucap Aland menatap Azka tajam, melihat tatapan itu Azka langsung diam dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang abangnya itu.

Aland beralih menatap tajam ke dua adek kembarnya itu dan melangkah menuju ruang UKS, menghiraukan bisik-bisik dari murid yang ada di sana.

"Mampus, bang Aland marah" gumam Vino dan menyusul abangnya itu, begitupun Vano beranjak dari sana tanpa sepatah katapun.

Sesampainya di UKS, Aland membaringkan Azka dan mengobati tangan Azka dengan hati-hati. Aland hanya diam dan meniup tangan Azka, bahkan saat Vano dan Vino datangpun dia juga diam.

"Dah selesai" ucap Aland menghela nafasnya lega dan mengelus rambut Azka.

"Abang marah?" Tanya Vino menatap abangnya itu yang sedang membereskan kotak P3K.

"Nggak" ucap Aland menatap Vano dan Vino.

"Gue senang liat perubahan kalian, dulu pasti kalian akan memarahi Azka tanpa mendengar penjelasannya dulu" ucap Aland tersenyum tipis, Vino dan Vano diam karena yang dibilang abangnya itu ada benarnya juga. Apalagi Vano yang suka langsung tersulut emosi melihat Azka yang katanya selalu bulli Bella.

"Yahh kita memang keterlaluan dulu" ucap Vino tersenyum miris.

"Memang, baru nyadar lo" sinis Azka menatap kedua abang kembarnya itu.

Vino berdengus pelan, enggan membalas perkataan adeknya itu, sedangkan Vano langsung keluar dari UKS itu, membuat yang lainnya mengernyit bingung.

"Dia kenapa?" Tanya Aland dan dibalas gelengan oleh Vino.

"Ntahlah bang, Vano akhir-akhir ini jadi jarang ngomong, kayaknya ada yang sedang dia pikirin deh" jawab Vino

"Lo udah coba bicara sama dia?" Tanya Aland dan dibalas gelengan oleh Vino

Aland terkekeh pelan dan mengacak-acak rambut Vino.

"Lo seharusnya ajak Vano bicara Vin, mungkin ada sesuatu yang dia pendam atau sesuatu yang membuatnya bingung dan butuh teman cerita"

"Tapi dia enggan menceritakannya duluan sebelum ada yang mancing"

"Lo paham kan maksud gue" ujar Aland dan diangguki oleh Vino

"Yaudah bang, dek, kalau gitu gue nyusul Vano duluan ya" ucap Vino dan diangguki oleh Aland dan Azka.

.

.

.

.

.

Vano menghela nafasnya beberapa kali, menatap halaman sekolah itu dari rooftop sekolah dengan pandangan yang rumit diartikan.

"Gue benar-benar nggak nyangka dia bisa seperti itu" gumam Vano

Flashback

Beberapa hari yang lalu, Vano ikut bersama Hendry dan Bimo menemui Bella yang ingin menerima uang sebagai imbalan menutup mulutnya.

Mereka sekarang berada di salah satu restorant mewah, dengan Vano yang duduk lumayan sedikit jauh dari Bimo dan Hendry. Entahlah, dia tidak ingin saja Bella melihat keberadaannya di sana.

Sambil menunggu Bella datang, Vano menatap beberapa foto yang diberikan Hendry kepadanya. Foto dimana Bella bermain di sebuah klub dengan pakaian kurang bahan, ditambah sedang bergulad manja dengan beberapa Pria. Vano menggeram marah dan meremas kuat foto itu, apalagi setelah melihat Bella datang bersama seorang wanita yang pernah daddy bawanya ke mansion dulu.

"Selamat malam sayang" ujar wanita itu yang dapat Vano dengar dari earphone yang terpasang di telinganya.

"Jangan sentuh saya sialan" ujar Hendry menatap tajam wanita itu, wanita itu terkekeh pelan dan duduk di kursi yang berada di hadapan Hendry dan Bimo.

"Jangan begitu dong sayang, kamu tidak lupa kan kalau kamu dulu mau menikahi aku" ucap Wanita itu mengedipkan sebelah matanya.

"Sebelum saya tau kalau kamu seorang wanita malam" ujar Hendry tampak emosi, dia terlalu dibutakan wajah sok polos dan baik di hadapannya sekarang ini, hingga dia ceroboh dan tidak mencari lebih detail tentang wanita itu, hingga nomor yang tidak dikenal mengirimkan video dan foto tidak pantas itu padanya.

Hendry jadi ingat, dia harus memberikan sesuatu pada orang yang sudah menyelamatkan hidupnya itu, setelah ini dia akan berjanji mencari pemilik nomor sekali pakai itu.

"Sudahlah, ini sesuai permintaan kalian" ujar Bimo memberikan amplop tebal pada mereka.

"Terima kasih kek, Bella janji rahasia itu akan tetap aman" ujar Bella dengan raut wajah polosnya dan senyuman manis.

"Itupun kalau kalian berikan uangnya setiap bulan seperti ini"

"Ahh atau kalian angkat saja Bella jadi bagian Oliver, kalian nggak punya anak perempuan kan, atau kalau perlu kamu nikahi aku sayang" ujar mamanya Bella ngelunjak

"Wahh, Bella mau jadi anaknya om" ucap Bella terlihat senang dan lebih extra memperlihatkan wajah polosnya berharap Hendry akan luluh padanya.

"Nggak minat, anak dari jalang itu" ujar Hendry

"Loh kenapa om, kak Aland juga kan anak dari jalang, setidaknya Bella lahir dari sebuah pernikahan om, nggak kayak kak Aland"

"Jadi Bella lebih baik dari kak Aland" ujar Bella percaya diri masih menggunakan raut wajah polosnya.

Vano dan Hendry mengepalkan tangannya emosi, berbeda dengan Bimo hanya menampilkan raut wajah datarnya.

"Sesuai perjanjian, kita akan berikan uang 100juta setiap bulannya, dan kalian  juga tepati janji kalian" ujar Bima beranjak dari sana, begitu juga Hendry.

"Ck akan lebih baik kamu jadi anak mereka, kamu harus bisa menarik perhatian mereka Bella" ujar mama Bella melihat Hendry dan Bimo menjauh dari sana.

"Mama tenang saja, kedua anak Hendry itu berada digenggaman Bella, apalagi rahasia ini, Bella akan menguras harta mereka haha" ujar Bella semakin membuat Vano marah dan akhirnya keluar dari restorant itu menyusul Opa dan Daddynya.

"Sialan"....

Flashback Off

"Lo main sama orang-orang yang salah Bella" ujar Vano menyeringai ketika mengingat malam itu juga, Bella dan mamanya dirampok oleh orang suruhan mereka, dan akhirnya mereka berdua di rawat di rumah sakit selama beberapa hari karena tusukan di perut mereka, bahkan luka lebam yang diberikan oleh suruhan Bimo.

"Aiss dingin" ujar Vano merasakan sesuatu menyentuh pipinya.

"Ngagetin aja lo" kesal Vano melihat Vino sang pelaku yang meletakkan minuman dingin itu di pipinya.

"Haha, lo sih ngelamun aja"

"Mikirin apa sih lo" ujar Vino berdiri di samping Vano sambil membuka minuman berkaleng itu.

"Mau cerita" ujar Vino menatap Vano lekat.

"Hmm".....

.

.

.

.

.

Aland sekarang tengah bersenang-senang bersama Lucas dan teman-temannya, setelah menyelesaikan konten untuk channel youtube mereka.

Aland bahkan ikut saat Bandnya Lucas tampil di salah satu Cafe, tempat biasanya mereka tampil setiap minggunya.

"Keren banget lo Al" ujar Sky yang juga ikut karena memang diajak oleh Aland. Dan sekarang Aland tau alasan kenapa Galaksi tidak pernah mau Sky melihat dia sedang bermain band, Galaksi ternyata sangat gugup saat Sky melihatnya bermain.

Kalau Aland pikir-pikir yang tadi sangat lucu, ketika melihat Galaksi bermain dengan tangan gemetaran, hingga dia salah beberapa kali bermain Drum. Tapi setelah beberapa kali mencoba, akhirnya dia berhasil melawan rasa gugupnya.

"Emangnya abang nggak keren dek" ujar Galaksi merangkul Sky, Sky memutar matanya malas kemudian menganggukkan kepalanya.

"Abang memang keren, tapi Aland lebih keren" ujar Sky membuat wajah Galaksi berubah masam. Fandi, Lucas, Boby dan Aland hanya tertawa melihat itu, kapan lagi mereka melihat berbagai macam ekspresi Galaksi kalau tidak bersama adeknya itu, karena biasanya Galaksi hanya menampirkan wajah datarnya.

"Senang hmm" ucap Lucas mengelus rambut Aland

"Senang bang, makasih ya udah ajak gue" ucap Aland tersenyum senang

"Apapun buat lo" ucap Lucas dan melirik jam di tangannya.

"Tapi dek, ini hampir jam 7, lebih baik lo pulang sekarang"

"Nanti opa marah lagi sama lo" ujar Lucas merasa tidak enak harus merusak kesenangan sepupunya itu.

"Abang gimana?"

"Gue nginap di rumah Fandi, karena ada tugas kuliah"

"Udah bilang juga sama Opa dan papa" ujar Lucas dan diangguki oleh Aland.

"Kalau gitu gue pulang duluan ya" ujar Aland berdiri

"Loh udah mau pulang Al?" Tanya Sky yang tadi asyik dengan abangnya.

"Iya, lo tau lah gimana" ucap Aland dan diangguki mengerti oleh Sky

"Yaudah kalau gitu lo hati-hati" ujar Sky

"Pasti, gue duluan ya bang" ujar Aland pada yang lainnya

"Hati-hati Al, nanti gabung lagi ya sama kita" ujar Boby

"Iya, kabarin aja gue" ujar Aland tersenyum dan melangkah keluar dari Cafe itu.

Saat Aland hendak menaiki motornya, Aland mengernyit dan mempertajam tatapannya saat melihat sesuatu yang tidak beres di seberang jalan sana.

"Kenapa tuh" ujar Aland dan dengan cepat dan hati-hati langsung menyeberang jalan.

"Mau ngapain lo?" ujar Aland melihat Bella hendak membawa Vano yang tampak tidak sadarkan diri memasuki sebuah taksi.

"Ehh ada kak Aland, Bella mau bawa kak Vano ke rumah sakit kok kak" ucap Bella menatap Aland dengan raut wajah polosnya.

Aland menatap Bella curiga dan mengambil alih Vano dari Bella.

"Biar gue saja" ucap Aland menggendong Vano

"Tapi kak..."

"Lo tau kan kalau Vano itu adek gue, jadi ini udah jadi tugas gue" ujar Aland dan diangguki saja oleh Bella.

Aland membawa Vano masuk ke dalam taksi itu, meninggalkan Bella yang mengepalkan tangannya.

"Sialan, malah gagal" ujar Bella berdecak kesal dan pergi dari sana.

Sedangkan Aland melihat Vano yang tampak tidak nyaman di sampingnya, apalagi melihat butiran keringat yang membasahi wajah Vano.

"Eghh panas" racau Vano membuka matanya secara perlahan

"Lo gapapa kan?" Ujar Aland membersihkan keringat di wajah Vano itu.

"Lo sakit ya, kok wajah lo merah gini" ujar Aland masih bingung melihat Vano dan akhirnya meletakkan tangannya di dahi Vano untuk memeriksa suhu tubuhnya.

"Eghhh a-abang panas"....










Tebece

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
vanca By miuu

Teen Fiction

734K 60.5K 42
awal nya dia hanya ingin merokok dipinggir jalan untuk melepas semua bebannya tapi kenapa tiba tiba dia ada di kamar? dan kenapa rumah nya beda bahk...
488K 50.1K 44
Padahal Erland ingat betul kalau beberapa hari ini, merupakan hari yang paling membahagiakan untukny Mendapatkan banyak uang dari pekerjaan yang seda...
637K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...