āœ”[SEGERA TERBIT ] SWEET PILLS

By DeaPuspita611

372K 23.2K 601

Aksa baru lulus sekolah menengah kejuruan. Niat hati mau ngelamar kerja ke perusahaan otomotif besar di negar... More

[Day 00] ć…” PROLOGUE
[DAY 1] GRADUATION
[DAY 2] ADHIYAKSA COMPANY
[DAY 3] FAMILY AND FRIENDS
[DAY 5] DEVIL'S STARE
[DAY 6] DEVIL MEET HIS ANGEL
[DAY 7] ALSTROEMERIA
[DAY 8] DEVIL'S DESIRE
[DAY 9] ANGEL'S GIFT
[DAY 10] DANUAR'S GALLERY
[DAY 11] DEVIL'S PROPERTY
[DAY 12] ANGEL'S SCARS
[DAY 13] LAST TASK
[DAY 14] XAVIER ADHIYAKSA
[DAY 15] TRAP
[DAY 16] MESS
[DAY 17] THE BEGINNING
[DAY 18] ONE STEP CLOSER
[DAY 19] BROKEN
[DAY 20] HYACINTH
[DAY 21] SWEET BEHAVIOR
[DAY 22] BEGINNING OF DISASTER
[DAY 23] KING OF THE DEVIL
[DAY 24] LIFE FOR LIFE
[DAY 25] WHAT HAPPEN TO ME?
[DAY 26] BOOM! LIKE FIREWORKS
[DAY 27] THE NIGHT AFTER THE DISASTER
[DAY 28] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 2
[DAY 29] THE NIGHT AFTER THE DISASTER 3
[DAY 30] I'M HERE FOR YOU
[DAY 31] CHANCE
[DAY 32] WHAT HAPPENED?
[DAY 33] DISRUPTION
[DAY 34] SWEET LIKE SUGAR
[DAY 35] MONSTER ON THE LOOSE
[DAY 36] UNBEARABLE FEELINGS
[DAY 37] APART
[DAY 38] WITHOUT YOU
[DAY 39] WHEN YOU'RE GONE
[DAY 40] THOUGHT OF YOU
[DAY 41] BEHIND THE SHADOWS
[DAY 42] TREAT YOU BETTER
[DAY 43] ESCAPED
PROMOSI
Sweet Pills

[DAY 4] HIS ANGEL

12.5K 1K 22
By DeaPuspita611

Happy Reading in #Day4

#kelindan

Kelindan (ke-lin-dan): benang yang sudah dimasukkan ke dalam lubang jarum untuk keperluan menjahit

Bulu kuduk Aksa tiba-tiba berdiri, jadi dengan cepat ia menarik koper untuk membereskan pakaian-pakaiannya untuk ia pakai di mes nanti.

Selama lebih dari satu jam Aksa berkutat dengan kopernya, akhirnya ia selesai juga. Jarum jam tepat menunjuk pukul 12 malam. Ia segera beranjak tidur.

Ia yang awalnya ingin bergadang, memutuskan untuk tidur demi ketenangannya.

Ia sempat mengedarkan pandangannya. Ia benar-benar merasa diawasi, namun ia mencoba mengabaikannya.

"Oke, sekarang tidur besok lo harus kerja, Aksa." Aksa mencoba menyemangati dirinya sendiri.

~~~

Suasana pagi itu terasa sangat sejuk. Namun, Aksa sedikit kesal dikarenakan kafe favoritnya sedari pagi sudah dipenuhi pelanggan dan ia sudah mengantre sekitar 15 menit di sana.

Setelah ia mendapatkan minumannya, ia pergi menuju butik ibunya menggunakan sepeda motor miliknya.

Memang ibunya memintanya untuk singgah sebentar ke butik sebelum pergi kerja. Aksa diberitahu bahwa ia akan masuk kerja pada pukul 10 hari itu karena mereka hanya akan tour sebentar ke mes pelatihan dan belum diberikan pekerjaan apapun.

Sekitar 20 menit perjalanan, Aksa sampai di butik ibunya. Ia selalu menyukai suasana butik ibunya itu, ornamen-ornamen dengan pola khusus terpahat di bingkai kayu jendelanya.

Di halaman depan bagian butik itu di hias penuh dengan rumput sintetis sehingga menunjukkan kesan nyaman. Ditambah lagi bangunan butiknya bukan hanya sekedar ruko biasa namun rumah kaca yang begitu besar.

Aksa menyeruput es boba yang kini sudah hampir habis, Aksa terus meneguk es bobanya hingga habis namun orang yang ia tunggu tak kunjung keluar.

Aksa ragu untuk masuk ke dalam butik. Ia mempunyai cukup banyak kenangan memalukan dengan para pekerja ibunya. Tapi, setelah berpikir dua kali, Aksa langsung saja beranjak dari tempatnya berdiri dan memasuki butik.

Terlihat ibunya yang tengah membahas sesuatu dengan pegawainya, kertas-kertas berserakan di atas meja, ada pula banyak kelindan yang di tusuk di papan busa dan banyak pensil warna yang tergeletak tidak karuan.

"Ma?" Lindia dan pegawainya langsung melihat ke arah Aksa dan betapa terkejutnya Aksa melihat siapa yang bersama ibunya itu.

"Tante Clara?" Aksa melambai ke arah wanita yang duduk di hadapan ibunya itu yang membuat Lindia tertawa kecil.

Ia menghampiri Lindia dan wanita bernama Clara yang berumur sekitar 30-an itu dan menyalami keduanya.

"Ternyata Aksa masih ingat dengan Tante Clara. Mama ingat sekali sewaktu kecil kamu suka minta tante Clara untuk make up in dan buatin dress buat kamu. Kamu masih ingat?" tanya Lindia sambil membenahi kertas-kertas yang ada di meja.

"Jangan diingat lagi dong, Ma. Dulu, memang Aksa suka sama fashion. Tapi sekarang lebih suka sama otomotif." Aksa memalingkan wajahnya malu karena tatapan Clara, seperti ingin menggodanya karena kenangan masa kecilnya.

"Dia beneran Aksa bidadari kecil aku, Lin? Sungguh sangat berbeda sekali penampilannya sekarang. Tapi, wajahnya tetap cantik seperti dulu." Clara terkekeh sambil merangkul pundak Lindia. Pipi Aksa semakin memerah malu.

"Hm... Kalau boleh tau, Mama nyuruh Aksa ke sini untuk apa, ya? Aksa udah mau pergi ke mes, nih.."

"Tunggu sebentar, Sa." Ucap ibunya yang berlalu dari tempat itu ke ruangan belakang.

Di sini hanya tinggal dirinya, tante Clara dan pegawai lainnya yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Clara sebenarnya sedang mengerjakan renda pada pakaian kebaya. Ia bisa melihat dengan jelas Clara dengan teliti dan hati-hati menjahit menggunakan kelindan yang ada di tangannya.

"Bagaimana kabar Tante? Sudah hampir sekitar dua belas tahun, ya?" Aksa merasa canggung. Inilah alasan mengapa ia tidak pernah datang ke butik, kenangan yang tidak pernah ia lupa.

Aksa sebenarnya tidak mudah akrab dengan siapapun, namun tante Clara sudah merawatnya sedari kecil dan ia sudah menganggap Clara sebagai keluarganya sendiri. Bahkan, kedekatannya dengan Clara melebihi kedekatannya dengan ayahnya sendiri.

"Tante kira kamu mau bertanya tentang anak Tante. Dia juga baru lulus juga tuh, baru dapat kerjaan juga beberapa hari yang lalu." Goda Clara. Ia sangat suka menjodohkan Aksa dengan anaknya.

Aksa teringat akan Nada, teman bermainnya sewaktu kecil dulu, yang mana ia adalah anak dari Clara. Aksa ingat sekali badan gemuk dan pipi gembul nada sewaktu kecil.

"Woah, Aksa baru ingat. Sudah lama juga enggak ketemu sama Nada." Aksa tertawa mengingat betapa ceroboh teman masa kecilnya dulu itu.

Clara tersenyum melihat Aksa yang tertawa.

"Nada!" Clara mengeraskan suaranya yang membuat Aksa terkejut.

Muncul entah dari mana, seorang perempuan cantik berambut sedikit ikal dengan proporsi tubuh yang sangat pas dan terlihat cantik.

"Ya, Ma?" sahut gadis itu yang membuat Aksa terkejut.

"Nada?"

"Eh, Aksara?"

Aksa tanpa sadar menatap Nada terlalu lama karena terpukau dengan kecantikannya, penampilan Nada 180 derajat berbeda dengan penampilannya sewaktu kecil. Beruntung saja ibunya datang membangunkan Aksa dari lamunannya.

"Ini untuk Anak Mama yang mau pergi kerja." Lindia menyodorkan hanger baju dengan setelan abu-abu dan hitam yang tergantung ke tangan Aksa.

"Ini untuk Aksa?" Aksa kebingungan melihat dua gantungan baju di tangannya.

"Tentu, dong! Mama buatkan khusus buat Aksa, lagi pula kita bakal jarang ketemu setelah kamu masuk pelatihan di Adhiyaksa."

"Adhiyaksa? Kamu lolos di Adhiyaksa juga, Sa?" Sama dong kita." ucap Nada tersenyum.

"Selamat, Nada."

Aksa tersenyum walau sebenarnya ia sedikit kecewa, ia pikir hanya dirinya saja yang dapat masuk perusahaan besar itu dengan mudah, namun teman masa kecilnya ini juga mendapat peluang.

"Wah, ini kabar yang baik, kalian berjodoh sekali. Berarti Tante tidak perlu khawatir melepas Nada untuk kerja di sana. Tolong jaga Nada ya, Aksa." Clara tersenyum senang mengetahui kalau Aksa bekerja di tempat yang sama dengan anaknya.

"Aksa pamit pergi kerja, ya. Dan terima kasih atas pakaiannya, Ma. Aksa enggak mau terlambat." Aksa tanpa basa-basi keluar dari butik, tanpa sadar Nada mengikutinya keluar dengan koper di tangannya.

"Tunggu, Sa. Aku ikut!"

"Maaf, Nada. Tapi, aku bawa motor dan koperku diletakkan di belakang." Jawab Aksa lembut. Jujur, Aksa masih terpukau dengan kecantikan Nada dan tidak bisa berlama-lama menatap temannya itu.

"Maksudnya, kita pergi bersama. Aku bawa mobilku kok dan kamu bisa letakkan kopermu di bagasiku. Gimana? Lagi pula kita menuju satu tempat yang sama." tawar Nada.

"Oke, deh."

~~~~~

Mereka sampai di tempat parkiran yang letaknya di basement gedung itu.

Tempat parkir mobil dengan motor letaknya tidak terlalu jauh. Setelah Aksa turun dari motornya, ia langsung bergegas menuju ke mobil Nada dan mengambil kopernya beserta koper Nada. Sebagai laki-laki ia harus baik ke perempuan.

"Kamu beda banget sekarang, Sa." tiba-tiba Nada menepuk pundak Aksa.

"Aku? Kayaknya enggak, deh. Malah kamu yang berubah banget." Aksa menyangkal.

"Masih suka pakai gaun cewek?" Goda Nada.

"Kalau itu maksudmu, berarti aku benar-benar berubah." jawaban Aksa membuat Nada tertawa lepas.

Mungkin tidak buruk juga memiliki teman yang dikenal di satu kerjaan, pikir Aksa.

"Tolong jangan bilang sama teman-teman kantor kita nanti kalau aku dulu gemuk, ya. Aku malu." ucap Nada yang dibarengi anggukan kepala dari Aksa.

Tanpa mereka ketahui, sedari tadi Mattheo berada di belakang mereka mendengar segala percakapan.

"Kalian sudah saling kenal?" Mattheo menyela di antara Aksa dengan Nada yang membuat keduanya terpisah ke kanan dan ke kiri.

"Kami sudah kenal sedari dulu. Nada ini teman masa kecil saya." Jujur Aksa.

Mattheo hanya mengangguk, senyum terukir di wajahnya. "Kalian benar-benar rajin, ya? Padahal calon karyawan lain belum datang, tapi kalian sudah datang bahkan jam belum menunjuk pukul setengah sepuluh."

"Saya ingin menjadi karyawan paling rajin, Pak. Lagi pula, rumah saya sudah kosong sejak pagi. Jadi, daripada bosan di rumah saya ingin berangkat lebih pagi."

"Bagus, sangat berkomitmen. Baiklah, saya minta maaf tidak bisa mengobrol lebih lama dengan kalian. Bos memanggil saya, kalian bisa pergi terlebih dahulu ke mes."

"Baik, Pak."

Mattheo berjalan meninggalkan keduanya. Melihat Mattheo yang berjalan menjauh, Nada langsung kembali mendekatkan diri ke arah Aksa.

"Aksa, kok kamu bisa kenal Pak Mattheo?"

"Oh, itu. Waktu aku ngelamar kerja kemarin 'kan nemuin Pak Darren. Eh, malah disuruh naik ke ruang direktur buat lanjutin interview."

Dapat Aksa lihat, Nada terkejut di sampingnya. "Kok? Kok bisa kamu naik ke atas? Padahal pas aku ngelamar kemarin cuma Pak Darren aja yang nanganin."

"Ei, mungkin karena direkturnya baru kali, ya?"

"Mungkin kali, ya."

Keduanya memilih abai, berjalan berdua menuju mes kantor. Sesekali, mereka saling mengobrol dan mengejek satu sama lain. Mengingat banyak sekali kenangan lucu yang mereka lalui dulu.

~~~~

"Mattheo."

"Saya mendengarkan."

Tangan Xavier mengepal, ia selalu mendengar percakapan Mattheo dengan calon karyawan barunya. Ia selalu bisa mendengarkan lewat penyadap suara yang dikenakan oleh Mattheo.

"Siapa perempuan itu?"

"Dari informasi yang saya dapatkan perempuan itu adalah teman masa kecilnya. Yang ternyata calon karyawan yang diterima beberapa hari sebelumnya. Melamar di bagian manajemen keuangan."

"Awasi keduanya. Terutama Aksa Ranendra, dia terlihat menarik."

"Dimengerti." Mattheo mengangguk mendengar perintah bossnya itu.

"Keluar, bimbing mereka secara langsung."

Mattheo menunduk, lalu beranjak keluar dari ruangan Xavier. Bunyi pintu kembali tertutup membuat Xavier yang dari tadi diam, kini bangkit berjalan menuju kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota.

Bahkan mengarah ke bangunan cukup besar tempat calon karyawan menjalani pelatihan. Ia dapat melihat Aksa di antara mereka. Dia cukup bersinar di matanya.

Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, perasaan tidak suka menyelimuti hatinya. Ia menginginkan Aksa untuk dirinya sendiri, ia menginginkan Aksa untuk dilihat oleh dirinya sendiri. Ia tidak mengijinkan orang lain melihat keindahan Aksa di luar dari ini.

Lihat, bahkan senyum di wajah manis itu berani ditunjukkan pada orang lain selain dirinya. Xavier sangat tidak menyukai pemandangan ini.

Buku tangan Xavier memutih saking eratnya kepalan tangannya, saat melihat Aksa berani menyentuh perempuan di sana.

Aksa tidak boleh menyentuh siapapun, hanya dirinya. Hanya Xavier yang boleh Aksa sentuh.

Aksa belongs to Xavier.

Mata Xavier berkilat tajam. Ia tidak bisa terus seperti ini, dan membiarkan Aksa melakukan hal lebih jauh.

The devil want his angel.

Xavier tersenyum misterius. "Nah, when i got you, you couldn't run away even hide."

Continue Reading

You'll Also Like

171K 809 17
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
3.9M 87.4K 54
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
1.5M 6.8K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
437K 2.8K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..