Ensconce

By ariqohf

161K 14.7K 1.7K

Sejak kapan sih, aku jadi hobi ngintipin orang? Dan sejak kapan, aku rajin nulis buku harian kayak gini? Ah... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6

Chapter 4

16.9K 2K 620
By ariqohf

Setelah menyelesaikan satu gambar, ia menuliskan tanggal di pojok kiri. Dan cewek itu tersenyum.

Tanggal 12 Januari.

Ia seraya menyobek gambar itu dari buku sketsanya, lalu menyelipkannya di antara salah satu halaman pada buku hariannya.

Ia melirik jam yang berada di meja belajarnya. Jam satu lebih tiga menit. Dan Rika belum tidur. Padahal, besok ulangan sosiologi.

Ah, peduli apa Rika dengan sosiologi.

Rika itu tergolong malas belajar dan benci perpustakaan. Alasannya simpel saja, karena hidungnya gatal jika bertemu buku buku lama.

Ia berjalan ke tempat tidurnya lalu berbaring sembari menghadap lampu tidurnya.

Dan suara itutiba tiba saja terlintas dalam pikirannya.

"Kasih gue satu kesempatan, dan gue akan pakai kesempatan itu baik baik."

Cowok itu emang aneh, batin Rika.

Lalu dirinya terlelap.

~~~~~

Tiba tiba saja, Ray berlari dan mensejajarkan langkahnya di samping Rika, sambil menyapa; "Hai, Rik. Gimana ulangan sosiologinya?"

Disaat itu pula, ia ingin melenyapkan dirinya sendiri.

Pertanyaan demi pertanyaan dari Ray sama sekali tidak digubris Rika. Gadis berkuncir kuda itu tetap berjalan lurus sambil menyapa teman temannya yang lewat. Hingga langkahnya terhenti kala melihat salah satu pintu.

Ray jelas mengernyitkan dahi bingung. "Lo ... ngapain ke sini?"

"Terserah gue lah. Kaki, kaki siapa yang jalan ke sini? Kaki gue 'kan? Yang pengen ke sini siapa? Gue 'kan?"

"Tapi ini perpustakaan, Rik." Katanya sambil menahan kenop pintu perpustakaan.

"Terus kenapa?"

Ray langsung bungkam. Terlalu menusuk dan dingin. Ia melirik cewek itu sekilas dan pergi meninggalkannya.

Ray tahu, semuanya butuh proses.

Sementara Rika, ia harus bersusah payah memasuki perpustakaan sambil menutup hidungnya dengan masker yang sudah dibawanya.

Ini semua salahnya tadi malam yang tidak sungguh sungguh belajar untuk ulangan sosiologi hari ini. Sebagai ganti nilai ulangan jeleknya, ia harus membuat laporan tanpa boleh melihat dari internet.

Menyebalkan sekali.

Sesampainya pada lorong buku pelajaran, bau buku lama menyeruak. Dan inilah yang Rika benci ketika di perpustakaan.

Derap langkahnya menggema. Ini semua karena perpustakaan ini terlalu hening dan sepi. Rika mulai meneliti satu satu buku. Mengambilnya jika perlu.

Tumpukan buku buku tebal sudah ada di tangan Rika. Hanya tinggal satu buku lagi yang perlu ia cari, dan setelah itu, ia meminjamnya dan membawanya ke rumah.

Ia tersenyum senang kala menemukan buku yang dicarinya lantas mengambilnya.

Dan Rika terpaku.

Melalui celah lubang yang tidak terbuka itu, ia bisa dengan jelas melihat seseorang.

Hidungnya mancung, mata yang terbingkai kacamata itu beriris cokelat tua, pipinya tirus, beralis tanggung.

Dan yang membuat Rika terpaku adalah ... cowok itu sedang melihatnya. Intens.

Aji.

Rika buru buru mengganti ekspresi wajahnya menjadi senyuman manis, lalu buku buku yang ada di tangannya itu jatuh ke lantai dengan sangat mengenaskan.

Rika buru buru memungut buku buku itu kembali, dan langkahnya terhenti kala lengan laki laki seseorang ikut andil membantunya.

Rika mendongak. Cowok itu lagi.

Kikuk, akhirnya ia berdiri. Sebelum pergi keluar perpustakaan, ia berbisik. "Terima kasih."

Rika tidak lagi berpikir apapun kecuali kabur dan menyembunyikan degup jantungnya.

Dan senyum itu terukir.

Ini pertama kalinya, ia melihat cowok itu dari dekat dengan matanya. Melihat iris matanya-yang ia kira berwarna hitam ternyata berwarna coklat tua.

Hari ini lebih dari cukup.

~~~~~~

"Norika!!"

Teriak Keiza sesaat setelah pintu terbuka secara kasar sambil membawa gulungan kertas. Demi Tuhan, Rika baru tidur satu jam yang lalu dan sekarang, Keiza dengan hebohnya mengganggu tidur cantiknya.

"Apa sih, Kei. Gue lagi enak enak tidur tau gak!" Gerutu Rika sesaat setelah melirik jam yang ditaruhnya di atas nakas. Jam dua belas pas.

"Jangan bilang lo lupa ...," Keiza menunjuk tepat di depan muka Rika yang meminta jatah tidur, lalu memekik; "HARI INI PENGUMUMAN LOMBA DESAIN DRESS SE JAKARTA YANG LO IKUTIN SEBULAN YANG LALU!"

"Emang sekarang tanggal berapa?" Tanya Rika polos, membuat Keiza menepuk jidatnya.

"13 Januari woy. Tiga. Belas. Januari!"

"EH IYA!! EH KOK GUE BISA LUPA?!" Kini, giliran Rika yang memekik senang.

Keduanya hampir lupa, kalau pada saat itu, mereka berteriak di jam dua belas malam.

"Cepetan, buka websitenya!"

Maka dengan kantuk yang sudah menghilang -entah sejak kapan, ia mulai menyalakan laptop hitam yang baru saja ia matikan satu jam yang lalu.

Dengan perut melilit, Keiza mulai basa basi. "Nyokap, Bokap, sama Alvia kemana? Kok mereka nggak keliatan?"

"Iya, Bokap, Nyokap, sama Alvia lagi di Bali. Nengokin Tante Aliya yang barusan lahiran." Jelas Rika sambil memasangkan kacamata pada matanya. Tangannya sedingin es. Pasalnya, Rika baru pertama kali ikut dengan perlombaan semacam ini.

Rika menjentikkan kukunya sembari menunggu koneksi internet. Dalam hati, ia merapalkan sejuta doa.

Setelah layar laptop menampilkan daftar pemenang. Dengan sigap, Keiza menutup matanya serta merta menutup mata Rika dengan tangan kirinya.

"Apaansih Kei gue mau li-"

"STOP!" Potong Keiza. Degup jantungnya tak berirama. Hampir mirip seperti Rika. "Kita hitung sampe tiga dan kita bakal liat bareng bareng!"

Rika menggigit bibirnya begitu Keiza menghitung dengan berbisik. "Satu ... dua ... ti ... ga!"

Rika membuka matanya secara bersamaan bersama Keiza.

Rika langsung melotot, sedangkan Keiza menjerit dan langsung mengguncangkan badan Rika dengan heboh. "GILAGILAGILA LO MENANG DAN LO THE-FIRST-WINNER!! RIK INI ASLI LO HARUS TRAKTIR GUE HOT CHOCOLATE!!!"

Rika menoleh, tetap dengan memasang tampang priceless nya. "Kei, coba tampar gue."

Keiza dengan semangatnya menampar Rika, membuat Rika mengaduh. Lalu Keiza masih dengan hebohnya mengguncangkan bahu Rika. "INI NYATA BEGO RIK ADAAPA SIH DENGAN LO?!"

Dan terus begitu, sampai jam empat pagi.

~~~~~~

Ngantuk.

Capek.

Ingin tidur di rumah.

Tapi yang ia pikirkan sedari tadi hanyalah roof top Angkasa Jaya. Maka dari itu, dengan langkah yang seringkali terhenti karena banyaknya teman yang mengucapkan selamat atas kemenangannya, ia menuju roof top Angkasa Jaya.

Rika juga baru baru ini menemukan roof top Angkasa Jaya. Keiza yang pertama kali membawanya ke sini.

Ia lantas membuka pintu gudang sekolah, melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya. Jam tiga sore.

Dengan penerangan minim, Rika mulai menaiki tangga ulir itu pelan pelan.

Sampai pada akhirnya, ia sampai pada tempat yang dituju.

Dari sini, ia bisa melihat semuanya dengan jelas, seperti siswa yang berjalan di koridor, atau siswa yang sedang bermain basket di lapangan outdoor.

"Lo Rika ya?" Sebuah suara membuyarkan lamunannya saat ia berdiri di roof top Angkasa Jaya. Rika benar benar mengingat suara itu, dan menoleh untuk memastikannya.

Lesung pipitnya tiba tiba saja terbentuk saat ia tersenyum. "Lo pasti udah tau nama gue 'kan? Gue Aji."

Rika mengangguk, lalu melihat sebelah tangan cowok itu disembunyikan di belakang tubuhnya.

Rasanya, Rika mau terbang saja ke langit ke tujuh.

"Ada apa, Ji?" Tanyanya dengan menyembunyikan kebahagiaannya dalam hati. Mati matian ia menahan senyumnya.

Sebagai gantinya, ia menjentikkan kuku-kukunya. Salah satu kebiasaan Rika saat sedang salah tingkah dan panik.

Aji yang melihatnya lantas tersenyum. "Gue ke sini, sebenarnya gue mau ngasih ini."

Ia memunculkan empat tangkai bunga mawar merah muda dari belakang tubuhnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu memberikannya kepada Rika.

Dari mana dia tau warna kesukaan gue pink?, batin Rika.

Rika yang menerimanya hanya tersenyum senang. Sorot binar dari matanya seakan menjelaskan semuanya.

Ah, ya. Kupu kupu itu berterbangan, menggelitik perut Rika pada saat itu juga.

Rika benar benar terkejut. Nyaris seperti mimpi.

Setelah itu, ia membuka kertas ucapan yang terselip, lantas membacanya.

Would you be mine?

Mendadak, kakinya seperti jeli. Ia bersandar pada pagar roof top, mencoba untuk menopang berat badannya sendiri.

Bahagianya lengkap, hari ini.

Tolong, biarkan Rika melayang ke langit ke tujuh. Biarkan Rika berteriak yang sejujur jujurnya. Biarkan Rika-

"Itu buat Keiza."

Senyum Rika mendadak lenyap.

~~~~~~~

A. N.

hola! Ada yang kangen kah? Ngga pasti wkwkwk.

Yaudah lah, vomments aja ya. Kisskiss

Continue Reading

You'll Also Like

491K 36.9K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1.8M 193K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
1.2M 89.4K 60
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
1M 32.6K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...