Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:26

17.1K 2.8K 335
By Mhyka62

Double Up yee...
Vote and commentnya jangan lupa...
....

Pagi harinya Aland benar-benar tidak bisa keluar dari mansion itu padahal dia sudah berniat berangkat lebih pagi dari sebelumnya supaya bisa kabur dan pergi ke sekolah.

Tapi baru selangkah dia keluar dari pintu mansion itu, sudah ada yang menahannya dan dengan terpaksa Aland kembali ke kamarnya setelah mendapat ancaman dari kakek tua itu.

"Hey boy, sarapan dulu" ucap Hendry mendekati Aland yang sedang termenung di balkon kamarnya.

"Nggak mau ketemu sama tuan besar Oliver" ucap Aland menghela nafasnya pelan

"Yaudah, nanti daddy suruh maid bawakan makanan untuk kamu ke sini" ujar Hendry dan dibalas deheman oleh Aland.

Setelah memastikan Hendry keluar dari kamarnya, Aland langsung turun melalui balkon kamarnya itu. Bagaimanapun caranya dia harus bisa kabur dari sana untuk sementara waktu, menghindari acara yang sudah dipersiapkan oleh keluarga Oliver.

Perasaan Aland sesak, dia tidak suka mengetahui fakta kalau dirinya malah diperkenalkan sebagai anak angkat, dan yang paling dia tidak suka adalah dipaksa, apalagi harus menuruti semua perkataan tuan besar Oliver itu.

Aland tidak tau apa yang sudah direncanakan oleh tuan Bimo, yang Aland tau kalau Bimo sangat menyebalkan dan suka memaksa Aland untuk menuruti semua perkataannya. Sedikit saja Aland membuat kesalahan, dia akan marah dan berakhir menghukumnya. Dan Aland benar-benar muak dengan semua itu.

Setelah berhasil keluar dari mansion itu dengan perjuangan panjang, Aland langsung masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesannya terlebih dahulu.

"Gue harus menghapus jejak" gumam Aland dan meretas CCTV yang ada di mansion itu menggunakan Laptop yang dia bawa.

Setelah berhasil, Aland tersenyum puas melihat para Oliver itu tengah emosi dan terlihat panik tentunya. Apalagi Bimo yang sudah menghancurkan sebagian kamar Aland karena emosi.

"Maafin gue ya dek, gue cuma mau bernafas lega, dan keluar dari mansion mewah tapi sangat menyesakkan buat gue" gumam Aland melihat Azka tampak khawatir dan ditenangkan oleh Vino.

Setelah menghapus rekaman CCTV itu, Aland segera menutup Laptopnya dan menyimpannya kembali saat dia sudah sampai di alamat tujuannya.

"Terima kasih pak" ucap Aland dan keluar dari taksi itu menggunakan topi dan masker yang sudah dia siapkan.

Aland masuk ke dalam hotel yang sudah dia pesannya melalui Aplikasi, dia mengikuti seorang pelayan yang mengantarnya ke dalam kamar pesanannya, kemudian segera rebahan di kasur yang ada di sana setelah pelayan itu pergi.

"Sepertinya gue harus sedikit bermain" ucap Aland tersenyum smirk dan hendak meretas saham milik Bimo.

"Anjirlah susah banget ternyata, perusahaan besar memang beda ya, atau gue yang belum terlalu ahli" kesal Aland dan akhirnya menyerah karena malah dia yang diserang balik.

"Ck, gue ambil uang di perusahaan Hendry aja kalau gitu" monolog Aland dan akhirnya beralih meretas saham diperusahaan Hendry dan selang beberapa menit uang sebesar 10M masuk ke rekeningnya.

"Kamu mengambil terlalu sedikit boy" ujar Hendry ketika bawahannya mengabari kalau lagi-lagi Aland meretas uang di perusahaannya. Yahh Hendry selama ini tau apa yang dilakukan putranya itu, dan Hendry hanya diam saja karena Aland bebas mengambil uangnya berapapun dia mau.

"Kemampuan kamu masih jauh di bawah daddy boy" batin Hendry tersenyum smirk karena berhasil mengembalikan rekaman CCTV yang sempat dihapus oleh Aland dan sekarang dia sudah tau dimana Aland berada.

"Memang seharusnya saya rantai saja dia tadi" ujar Bimo mengusap wajahnya kasar

"Ini juga gara-gara opa, kalau saja opa membebaskan bang Aland, bang Aland nggak akan kabur seperti ini" ujar Vino menatap marah Opanya itu.

"Terus kamu mauu ha Aland ke sekolah hari ini dan mendengar cacian dari teman-teman sekolahnya karena mereka sudah mengetahui kalau Aland itu anak haram"

"Kamu mau panic attack abang kamu itu kambuh lagi haa" ucap Bimo menatap Vino tajam, membuat mereka semua kaget. Sejak kapan Bimo tau pikir mereka, padahal mereka berusaha menyembunyikannya.

"Kalian pikir bisa menyembunyikan apapun dari opa tentang Aland haa"

"Saya tau semuanya"

"Opa hanya berjaga-jaga, karena mulut kembaran kamu itu, semuanya bisa saja jadi kacau" lanjut Bimo menatap Vano tajam

"Yaa salahin aja semua sama Vano, kayak kalian nggak salah aja"

"Yang bikin Aland trauma dan punya panic attack siapa haa?"

"Yang ngekang dan memaksa Aland itu siapa haaa"

"Vano cuma ngomong fakta, supaya Aland itu sadar siapa dirinya dalam keluarga ini"

"Dia cuma aib dan memang seharusnya dia pergi dari dulu"

"Dan malah bagus kalau orang-orang tau kalau Aland sok suci itu merupakan anak haram yang nggak pernah diinginkan" ujar Vano dan dapat dogeman dari Lucas

Bugh bugh

"Dia abang lo sialan, kenapa lo benci banget sama Aland haa"

"Salah Aland apa sama lo selama ini haa, dia selalu baik sama kalian disaat kalian selalu menghina dan menyakitinya, dia tetap ada bersama kalian dan menghibur kalian" bentak Lucas dan menendang perut Vano hingga dia terjatuh dan mengenai vas bunga yang ada di sana sampai pecah berkeping-keping.

"Abang tanya salah dia apa, salah dia karena lahir didunia ini"

"Karena dia mommy lebih perhatian padanya, padahal dia bukan anak mommy"

"Salah dia, kasih sayang mommy yang seharusnya sepenuhnya buat kami, harus terbagi karena dia.

"Bahkan saat-saat terakhir mommy, mommy masih mengkhawatirkan anak sialan itu, dan lo pikir perasaan gue gimana haa"

"Dan sekarang dia bikin semua orang heboh karena penyakit mentalnya itu, semuanya berubah, bahkan gue nggak kenal saudara gue sendiri cuma karena dia"

"Dia bikin gue berantem sama Vino, dia bikin daddy nampar gue, dan sekarang abang juga mukul gue haaa"

"Itu membuat gue semakin benci sama dia" ujar Vano mengeluarkan unek-uneknya dan melangkah pergi menuju kamarnya.

"Vino bakalan bicara sama Vano" ujar Vino dan diangguki yang lainnya

"Gue ikut bang" ujar Azka menyusul Vano

"Biarkan Vino menenangkan Vano, kita harus tetap mencari Aland" ujar Bimo menghela nafasnya kasar dan menatap Jeff.

"Sita laptop dan ponsel Vano, jangan biarkan dia keluar dari kamarnya sampai Aland ketemu"

"Dan jangan sampai rumor tentang Aland menyebar, pastikan teman-teman Vano menutup mulutnya" ujar Bimo dan diangguki oleh Jeff

"Baik tuan besar" ujar Jeff dan segera melaksanakan tugasnya.

.

.

.

.

.

.

Vano berdecak kesal ketika ponsel dan laptopnya disita dan bahkan balkon kamarnya juga di kunci oleh para bodyguard itu.

"Anda dilarang keluar kamar tuan muda, jangan membantah atau rantai akan melekat di tangan anda" ujar Jeff ketika melihat Vano ingin protes dan segera mengunci pintu kamar Vano.

"Sialan, lagi-lagi gue dikurung karena anak sialan itu" ucap Vano melempar buku yang ada diatas mejanya.

"Lebih baik lo dikurung di sini dari pada di ruang bawah tanah, lo nggak ingat ucapan daddy semalam"

"Berdoa saja salah satu dari mereka nggak nyebarin ucapan lo kemarin"

"Kalau nggak, lo bakalan dirantai sama daddy di ruang bawah tanah yang kotor itu" ujar Vino mengelus rambut Azka yang terus mencoba menghubungi Aland.

"Halo bang"

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif....

Azka berdecak kesal dan melempar ponselnya itu, dia kira tadi Aland mengangkat panggilannya tapi malah suara operator yang dia dengar.

"Bang Aland pasti baik-baik saja dek, abang udah hubungi bang Candra sama bang Sky, mereka juga ikut mencari keberadaan bang Aland"

"Jadi lo tenang ya" ucap Vino dan dibalas gelengan oleh Azka

"Gue juga yakin kalau bang Aland baik-baik saja diluar sana bang, tapi yang gue khawatirin gimana kalau Opa menemukan bang Aland"

"Abang nggak ingat terakhir kali luka di badan bang Aland, dan sekarang bang Aland malah kabur"

"Gue takut bang, takut Opa semakin marah" ucap Azka membuat Vino diam. Kalau seperti itu Vino juga akan khawatir, sedangkan Vano hanya diam memperhatikan kembarannya dan Azka.

"Lagian Opa kenapa sih nahan Aland itu di sini, dilihat dari perlakuannya saja dia benci sama Aland, tapi malah nahan Aland di sini, bikin gue muak aja"

"Dimansion ini masalahnya pasti Aland dan Aland terus" kesal Vano

Mendengar perkataan dari Vano juga membuat Vino dan Azka sadar, kenapa?

"Iya yah, kenapa ya"

"Kalau Opa biarin bang Aland pergi dari sini, bang Aland pasti juga akan senang"

"Tapi dia malah nahan bang Aland, maunya apa sih kakek tua itu" ujar Azka menatap Vino dan dibalas gelengan oleh Vino pertanda dia juga tidak tau.

"Emangnya lo mau jauh dari bang Aland hmm?" Ujar Vino dan dibalas gelengan oleh Azka

"Tapi kalau dengan itu bang Aland bisa bebas dari Opa, gue nggak masalah, asalkan bang Aland senang dan gue tetap bisa bertemu dengan bang Aland" ujar Azka

"Lo benar" ucap Vano menghela nafasnya pelan dan terjadi keheningan diantara mereka hingga beberapa menit sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Vano, gue mau nanya sama lo" ujar Vino menatap Vano yang sedang rebahan dan hanya dibalas deheman oleh Vano.

Vino ikut rebahan di samping kembarannya, sedangkan Azka sudah tertidur karena elusan nyaman yang diberikan Vino.

"Terlepas dari status bang Aland, menurut lo bang Aland gimana?" Tanya Vino membuat Vano membuka matanya dan menoleh menatap wajah yang hampir mirip dengannya itu.

"Gue nggak mau bahas dia" ketus Vano dan rebahan membelakangi Vino.

"Dari kecil bang Aland sudah merasakan kekejaman dunia, dia juga tidak ingin dilahirkan karena obsesi wanita itu"

"Dia sudah merasakan sakit hati dan fisiknya, tapi dia masih bisa tersenyum dan menguatkan kita di saat mommy meninggalkan kita.

"Gue ingat waktu bang Aland baru berusia 8 tahun, dia menghampiri gue yang sedang menangis ketika kangen mommy, padahal saat itu dia habis dikurung dan dipukul sama daddy sampai badannya lebam"

"Lo tau dia bilang apa sama gue" ucap Vino dan menatap punggung kembarannya itu.

"Dengan masih tersenyum dia menghapus air mata gue dan bilang"

"Kalau dia nggak suka lihat kita nangis, biarkan dia sendiri yang merasa sedih, dia siap jadi pelindung buat kita dan membuat kita senang"

"Dia siap gantiin sosok mommy yang sudah meninggal dan daddy yang sibuk kerja"

"Tapi sayang, kita malah mengusirnya jauh-jauh" ujar Vino tersenyum miris dan menghapus air matanya kasar dan menghela nafasnya panjang karena tidak ada tanggapan dari kembarannya itu.

"Yang mau gue bilang sama lo, bang Aland itu cuma pura-pura kuat, dia nggak sekuat itu menerima semua ini"

"Senyum yang ditampilkannya selama ini palsu, Van"

"Dia hanya butuh kita disisinya dan selalu mendukungnya menghadapi semua itu"

"Kita kekuatannya Vano, dan kalau lo nggak bisa menerima bang Aland"

"Setidaknya jangan tambah luka dihatinya, gue mohon" ucap Vino dengan air mata yang mengalir, tapi Vano hanya diam mendengarkan ucapan kembarannya itu.

"Gue nggak paham, kenapa lo bisa menerima dia, sedangkan lo ingat betul gimana mommy lebih menyayangi Aland dari pada kita" ujar Vano tak habis pikir.

"Yahh lo benar, dan sekarang gue paham kenapa mommy lebih menyayangi bang Aland" ucap Vino menghela nafasnya panjang.

"Itu cara mommy melindungi bang Aland"

"Saat bang Aland masih kecil daddy nggak mau melirik bang Aland sedikitpun, Opa selalu berkata pedas dan menyakiti perasaan bang Aland"

"Daddy yang mau mengusir bang Aland dari mension saat dia berusia 6 tahun, entah apa alasannya"

"Mommy hanya menjaga perasaan anak kecil yang nggak bersalah itu"

"Mommy tau, kalau kita sudah mendapatkan kasih sayang melimpah dari daddy, dan mommy rasa kita cukup untuk itu dan akhirnya fokus pada bang Aland supaya dia nggak merasa sendirian didunia ini" jelas Vino

"Lo tau dari mana?" Tanya Vano menatap Vino

"Gue nemuin diary mommy beberapa hari yang lalu" ujar Vino tersenyum pada kembarannya itu ketika Vano menatapnya lekat.

.

.

.

.

.

Hendry menghela nafasnya pelan, melihat Aland yang tidak sadarkan diri dengan kedua tangannya yang terpasang rantai.

Malam harinya, dia akhirnya menjemput Aland, setelah mendengar ucapan dari Bimo kalau Aland tidak pulang sampai besok, dia akan menyiksa Aland habis-habisan dan itu membuatnya khawatir.

Dan dengan terpaksa dia menjemput Aland walaupun harus dengan paksaan,, sebelum papanya yang malah menemukan Aland terlebih dahulu.

"Dia semakin membangkang" ujar Bimo menghela nafasnya kasar

"Itu juga karena papa yang selalu memaksa Aland" ujar Hendry duduk di tepi kasur Aland dan mengelus rambutnya.

"Aland tidak akan membangkang kalau papa tidak terlalu memaksa dan mengekangnya" lanjut Hendry

"Kamu sudah dewasa, seharusnya kamu paham kenapa papa melakukan semua ini" ujar Bimo menatap tajam putra bungsunnya itu.

"Yang Hendry tau papa melakukan semua ini karena keegoisan papa, papa nggak pernah memikirkan perasaan orang lain"

"Seperti yang papa lakukan sama bang Ken dulu, dan sekarang papa juga mau anak Hendry mengalami hal yang serupa haa"

"Papa tau kalau mental Aland tidak baik-baik saja, Hendry cuma mau membuat Aland senang sekarang pa, Hendry mau menyembuhkan luka di hati Aland dulu, tapi papa malah memaksa Aland"

"Hendry nggak mau Aland pergi dengan cara yang sama seperti bang Ken dulu, cuma karena keegoisan papa yang selalu mementingkan nama baik keluarga dan perusahaan papa itu" ujar Hendry menghela nafasnya panjang.

"Papa melakukan ini semua juga karena kalian, papa mau..." ucapan Bimo terpotong karena melihat Aland yang sudah sadarkan diri.

"Bagus, masih berani kabur kamu haa" ujar Bimo menatap Aland tajam

Aland menatap Bimo dan Hendry malas, dia ingat terakhir kali Hendry datang dan menyuntikkan obat bius padanya.

"Kamu makan dulu Aland, nanti kita bicara" ucap Hendry lembut dan mengambil makanan yang ada di atas nakas samping kasur Aland.

"Mau bicarakan apa lagi, gue kan udah bilang nggak mau ada acara itu"

"Saya mau kamu mengurus perusahaan saya, dan untuk menutup aib tentang kamu, hanya ini yang bisa saya lakukan"

"Jadi mau atau tidak, kamu harus tetap mau, acara akan tetap dilaksanakan" ujar Bimo membuat Aland kaget bahkan langsung duduk, kemudian detik berikutnya Aland langsung tertawa terbahak membuat Hendry dan Bimo bingung.

Hahahaha...










Tebece

Continue Reading

You'll Also Like

838K 96.8K 28
Fabio adalah pemuda yatim piatu. Orang tuanya meninggal karena perampokan yang terjadi saat dirinya berusia 10 tahun. hidup sendirian, Fabio menjadi...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
366K 26.3K 39
Bagaimana jika seorang GEO MAHENDRA ALEXANDER bertransmigrasi ke tubuh seorang MELFINO GIO BRAMANTYA yaitu seorang anak yg dibenci oleh keluarganya ...
638K 25K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...