1000% GENGSI

By ceyberryaa

875K 54.7K 2.1K

[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebu... More

sedikit cerita tentang pasutri
resepsionis baru
Adik
Hama
Bersama Rosa
Paket
Suami siaga
Kabar surat cerai
Welcome to Duda~
What's wrong with Nata?
a sweet night>>>
Dirumah juga bisa, katanya
Hadiah
Aneh
Aneh part2
Kekuatan Syndrome Couvade
sekarang giliran temen-temennya
MAS, DIA SIAPA?!
Giliran istrinya
Menghadapi Adinata
Singa Juna
Jazziel's cafe
Si gede gengsi
Spesial suami dan istri
Dua malaikat kecil Ayah
Keinginan Nata yang terpenuhi
Family time in Basel City
On the way
Finally
say goodbye
Extra chapter-- Teenager
Extra chapter-- what if sequel?
Extra chapter-- little story of them
visualisasi
CERITA BARU?!
BYE!
Instagram
INFO!!

sentuh-sentuh

35.1K 2.2K 53
By ceyberryaa

Ada yang nunggu keluarga beringin ini????

***

Masih berkumpul di kediaman Juna, para keluarga itu memilih mengobrol lebih lama, sekalian temu kangen karena memang jarang bertemu.

Setelah acara meniup lilin, mereka semua langsung menyantap hidangan utama. Yaitu nasi biryani, permintaan Laura yang memang masih dalam masa ngidam.

"Ayah udah, nanti stlobeli Halu abis, Ayah." perkataan Ziel sontak membuat mereka tertawa, apalagi Ayyara. Dia mengecup pucuk kepala anaknya dengan gemas.

"Gak papa sayang, Ayah udah bertahun-tahun gak makan strawberry, makanya rakus." Ayyara kembali tertawa saat melihat tampang datar milik Nata, bahkan laki-laki itu menghiraukan tangan Ayyara yang masih menyodorkan buah merah tersebut.

Sedari tadi Nata memang di suapi oleh Ayyara. Bapak satu anak itu memang begitu. Suka keenakan. Kalo sekalinya di suapin, ya bakal minta disuapin sampe kenyang.

"Stok banyak kayaknya, Ra." Nina geleng kepala melihat tingkah Nata yang ternyata tidak berubah dari zaman SMA dulu. Nina dan Nata memang satu SMA.

"Penuh, Nin, bukan banyak lagi." Ayyara menjawab dengan nada mengejek. Kapan lagi kan godain Nata begini. Biasanya kalo dirumah dia godain Nata, dia selalu kalah. Tapi karena kali ini ada teman-temannya, Ayyara pasti menang karena dirinya tak sendiri.

Dan perihal stok buah strawberry, Ayyara tidak bercanda. Bahkan dirumahnya ada kulkas yang khusus hanya boleh diisi buah, dan dominannya itu strawberry. Buah kesukaan paduka Adinata Mahdhava.

"Ada rencana program lagi gak, Nat?" Seno bertanya pada Nata yang kini telah berhenti memakan buah strawberry. Sepertinya bapak-bapak itu merajuk.

Nata mengedikan bahu, menoleh pada Ayyara yang artinya keputusan itu ada ditangan sang istri. Nata mah cuma modal nyumbang, mau di kembang-biakan terserah gak mau juga gak masalah.

Ayyara tertawa sumbang. "Duh gak tau ya, Ziel masih kecil. Kayaknya kalo sekarang-sekarang belum ada niatan. "

"Ziel juga gak mau punya adek." tambah Nata.

"Loh, kenapa?"

Nata menunjuk Jerry dengan dagu nya, membuat laki-laki itu protes. "Kenapa gua?"

"Gara-gara bibit lo bilang punya adek itu nyebelin, makanya dia gak mau." sahut Nata judes. Omong-omong dia masih dendam dengan mulut Jerry. Meskipun tadi sudah menjitak kepala laki-laki itu sebanyak dua kali, tapi Nata merasa belum puas.

"Gak papa lah Nat, yang penting mah jatah masih jalan." sahut Janu. Otak dari segala otak pembicaraan begini adalah Janu dan Jerry.  Dua laki-laki itu memang memiliki pemikiran yang sama. Heran, kok sepemikiran masalah yang begitu. Padahal kalo sepemikiran nya tentang inves saham kan lumayan.

"Jalan lah, kan bukan Jerry yang harus puasa karena hamil." Juna tertawa, begitu juga yang lain. Mengingat dulu saat Rosa sedang hamil Gio, wanita itu benar-benar memusuhi Jerry. Katanya Jerry bau lah, jelek lah, pokoknya banyak kata-kata mengandung dosa yang Rosa ucapkan pada suaminya. Bahkan Jerry dilarang dekat-dekat, apalagi tidur bersama. Rosa menolak keras.

Intinya selama itu, Jerry puasa.

"Bangsat ah, untung cebong sendiri." jawab Jerry lesu. Jika diingat, masa itu adalah masa terberat. Udah gak bisa deket-deket sama calon anak, gak dapet jatah pula. Nasib-nasib.

"Tangannya!" Juna menggeplak bahu Nata saat melihat tangan sepupunya itu bertengger di pinggang Ayyara. "Tahan dulu napa jangan remes-remes dulu."

Nata mengedikan bahu tak peduli, dia bahkan tak mengendurkan rangkulannya pada pinggang sang istri. Tangannya sesekali mengelus pinggang ramping tersebut.

"Iri aja yang jatahnya gak leluasa gara-gara kehalang cebong." Nata tersenyum mengejek melihat wajah melas Juna.

"Sinting."

Yang bersuara barusan adalah Haikal. Yang paling waras diantara para lelaki disana. Haikal tidak pernah ikut terjerumus perbincangan-perbincangan nyeleneh tersebut. Pokoknya dia yang paling suci.

Padahal kata Janu, apa salahnya bahas yang begini? Itung-itung diskusi dan edukasi untuk masa depan.

Calon papa muda itu mengelus perut Wenny yang sudah membesar karena usia kandungan nya sudah memasuki bulan ketujuh. "Disana kamu pake tali ari-ari ya buat headset, biar gak denger omongan-omongan penuh azab ini."

Tidak yang paling waras, hanya sedikit waras.

"Bubar-bubar! Saatnya minta jatah sama bini." Jerry beranjak dari duduknya, sedikit meregangkan otot. "Gio, ayo pulang!"

Mendengar itu Rosa melengos, "malem ini kamu tidur dikamar Gio."

"Yah, Mam?" Jerry mengikuti Rosa yang sudah berjalan keluar, tentunya setelah berpamitan dengan orang-orang yang sebenarnya sebelas duabelas dengan dirinya. Tapi mereka sepertinya merasa paling suci.

***

Nata memasuki kamarnya setelah memastikan Ziel sudah tidur dengan lelap. Ziel memang sudah bisa tidur ditinggal sendiri, asalkan sebelum tidur harus ditemani terlebih dahulu. Mungkin semua anak juga seperti itu.

Ayah satu anak itu mendaratkan tubuhnya diatas ranjang, lalu berubah posisi menjadi menyandar. Memperhatikan Ayyara yang masih fokus berkutat dihadapan cermin. Entah melakukan apa, Nata tidak tau dan tak pernah mencari tau.

Yang Nata tau, Ayyara pergi belanja, menghabiskan setengah dari uang belanjanya. Entah itu untuk kebutuhan dapur, kebutuhan Ziel dan dirinya. Dan terakhir kebutuhan ibu muda itu sendiri.

Nata tidak pernah repot-repot bertanya, yang dia tau Ayyara membutuhkan uang banyak untuk segala perawatan. Dan tugasnya hanya memberikan wanita itu uang. Terserah mau diapakan, yang penting itu masih dalam hal wajar dan tidak macam-macam.

Setelah selesai dengan urusannya, Ayyara beranjak menuju ranjang. Membaringkan tubuhnya di paha Nata yang masih menyandar.

"Mas, sadar gak sih kalo kamu tuh lebih sering sentuh-sentuh aku ketimbang ngasih kata-kata afirmasi?"

Nata mengerutkan kening mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Ayyara. "Ya memangnya kalo saya sentuh-sentuh kamu, dosa gitu?"

"Ya bukannya dosa. Tapi kan ada tuh suami yang love language nya tuh word affirmation. Jadi kalo istrinya lagi gegana tuh dikasih kata-kata semangat gitu."

"Terus yang sentuh-sentuh love language nya apa?" tanya Nata. Dia memang tidak tau soal beginian. Jika membahas naik turunnya saham, baru Nata tau.

Ayyara menjentikkan jari, "Nah yang kayak mas tuh disebutnya physical touch."

"Yasudah itu aja jangan minta afirmasi-afirmasi, saya bukan motivator." Nata bersedekap dada tak peduli. Padahal tampang Ayyara sudah memelas.

"Aku tuh pengen tau mas, sesekali dikasih kata-kata semangat gitu sama kamu." Ayyara masih mencoba membujuk Nata agar suaminya itu mau setidaknya mengatakan satu patah kata penyemangat untuk dirinya. "Kamu belum pernah kayak gitu."

Tadi Rosa sempat bilang, katanya meskipun jahil, Jerry ini romantis. Apalagi kalo lagi ngebujuk Rosa yang lagi ngambek. Sering puji-puji Rosa juga. Ayyara kan iri, dia mana pernah begitu.

"Pernah."

"Hah kapan?!" Ayyara mengerutkan kening. Dia ingat dengan betul kalo Nata mana pernah begitu.

"Pas kamu lahiran." jawab Nata acuh.

Ayyara menghembuskan nafasnya kesal. "Bukan kayak gitu mas!"

Nata mendelik, menangkup kedua pipi Ayyara sampai bibir wanita itu mengerucut lucu. "Terima aja yang sudah ada."

Setelahnya Nata menyerang Ayyara dengan kecupan dan ciuman bertubi-tubi. Sesekali laki-laki itu juga menggigit dengan gemas pipi istrinya. Sebelum akhirnya—

"Huwek!"

Nata melepaskan tangannya dari pipi Ayyara, menatap wanita itu dengan kesal. "Kamu pake apa sih?"

"Apa?" tanya Ayyara tak mengerti. Dia menahan tawanya ketika melihat tampang kesal milik Nata.

"Pipi kamu pait!" jawab Nata jutek. Tak terima kegiatannya harus terganggu dengan rasa pahit yang tiba-tiba terasa di lidahnya.

Ayyara tertawa, mengibaskan rambutnya dengan angkuh. "Skincare lah! Biar makin glowing. Biar kamu gak kegoda si resepsionis baru itu."

Nata mendengus, lalu berdiri berniat ke kamar mandi untuk kumur-kumur. Mulutnya benar-benar terasa pahit. "Kalo malem gak usah pake."

Kini giliran Ayyara yang mendelik. Apa katanya? Jangan di pake? Yang bener aja! Itu skincare Ayyara beli dengan harga mehong, masa gak boleh dipake. "Idih emang kenapa?!"

"Saya susah cium-cium kamu."

***

Satu aja dulu, otaknya saya mau meleduk

Cey, 4 Mei

—see u—

Continue Reading

You'll Also Like

12.1K 1.3K 45
"SMK itu terdiri dari tiga hal; ujian, praktek dan cinta."
189K 8.6K 29
{ BELUM DIREVISI } Pernikahan ini hanya sebuah kebohongan. Aku tahu itu, tapi dengan brengseknya kenapa hatiku menempatkan dirinya di tempat yang sal...
357 126 4
Dunia adalah tempat yang penuh dengan misteri. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika dan kata-kata, namun sering kali muncul tanpa peringa...
2.9K 133 9
Sudah tiga tahun sejak tunangannya, Arsion, pewaris Duke of Hastings, pergi sebagai ksatria. Akhirnya, seiring dengan kabar bahwa Arsion akan kembal...