Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:23

19.3K 3K 418
By Mhyka62

Vote and comment juseyo...
....

"Kalian sudah siap?" Tanya Hendry menatap anak-anaknya

"Sudah dad, kita berangkat sekarang aja dad" ujar Vino melihat jam melingkar di tangannya.

Setelah perbincangan panjang, Hendry dan anak-anaknya akhirnya memutuskan untuk pergi ke pantai untuk menghabiskan waktu bersama. Vano yang awalnya ingin menolak untuk ikut, akhirnya mengalah karena ancaman dari daddynya itu untuk mengurung Vano kembali di kamarnya kalau tidak ikut bersama mereka.

"Kalian mau kemana?" Tanya Lucas yang baru turun dari kamarnya

"Ahh gue sampai lupa sama bang Lucas"

"Kita mau ke pantai bang, abang ikut nggak?" Tanya Azka dan dibalas gelengan oleh Lucas

"Abang sebentar lagi mau main sama teman-teman abang, kalian selamat bersenang-senang" ujar Lucas dan dibalas anggukan oleh mereka.

"Ini makanannya tuan" ujar salah satu maid memberikan beberapa makanan pada Hendry, dan karena makanannya itu banyak akhirnya Aland mengambil alih berniat membawakan makanan itu.

"Ini makanan buat apa, banyak banget" heran Aland

"Gapapa, kita sekalian nanti piknik di pantai" ujar Hendry tersenyum

"Wahh pasti bakalan seru" ujar Azka antusias dan tersenyum senang, melihat itu Aland juga ikutan tersenyum dan mengecup singkat pipi Azka

"Gemesnya" ujar Aland mengelus rambut Azka

"Ck, ini jadi berangkat nggak sih" ucap Vano sudah tampak kesal

"Baiklah, kita berangkat sekarang" ucap Hendry hendak melangkah sebelum suara Lucas menghentikannya.

"Hmm dad, jangan lama-lama" ucap Lucas menatap Aland

"Daddy mengerti" ujar Hendry tersenyum tipis

"Kalau gitu, hati-hati kalian"

"Tentu bang" ucap Azka semangat dan menggandeng tangan Aland

Setelah sampai di garasi, Azka langsung menarik tangan Aland, setelah Aland memasukkan makanan di bagasi mobil itu.

"Abang duduk sama Azka ya" ujar Azka

"Te..."

"Bang Aland sama gue" ucap Vino menarik tangan Aland satu lagi

"Apasih bang, kan gue duluan yang minta bang Aland duduk bareng gue" ucap Azka tampak tidak terima dan menarik tangan Aland lagi

"Lo dari tadi selalu posesifin bang Aland, sekarang bang Aland bareng gue" ucap Vino kembali menarik tangan Aland

"Bareng gue"

"Nggak Azka, lo harus nurut sama gue"

"Ck seharusnya abang yang harus ngalah sama gue"

"Bodoamat, bang Aland harus sama gue pokoknya"

Terjadilah aksi tarik-menarik tangan Aland antara Azka dan Vino, tidak ada yang mau mengalah antara keduanya, bahkan mereka sudah memancarkan aura permusuhan.

Sedangkan oknum yang ditarik hanya diam dan akhirnya menyentakkan tangannya karena sudah merasa jengah.

"Gue di depan" ucap Aland melangkah dan membuka pintu bagian depan, duduk di samping Hendry yang menyetir.

"Ck gara-gara lo sih" kesal Azka menginjak kuat kaki Vino dan akhirnya duduk di kursi belakang, dimana Vano sudah duduk di sana. Begitupun Vino juga ikutan duduk di samping Azka, jadi posisinya Azka duduk di tengah-tengah si kembar.

"Kenapa keliatan kesal boy?" Tanya Hendry melihat ke belakang, menatap Azka sambil memakai sabuk pengamannya.

"Bang Vino tuh nggak mau ngalah sama Azka" adu Azka

"Kok gue sih, lo aja yang nggak mau nurut sama gue, gue kan cuma mau duduk sama bang Aland" ujar Vino juga tampak kesal

"Ck berisik banget sih lo berdua, gara-gara mau duduk sama si Aland itu aja" ketus Vano

"LO DIAM" ujar Azka dan Vino kompak, Hendry hanya terkekeh pelan, dilihatnya Aland yang malah sibuk dengan dunianya sendiri, entah apa yang dipikirkan putra sulungnya itu sekarang.

"Jangan melamun Aland" ucap Hendry menepuk pelan bahu Aland, membuat Aland terperanjak kaget.

"Hmm"...

.

.

.

.

.

.

"Dad, lebih baik kita ke Dufan dulu"

"Masih panas nih kalau ke pantai sekarang" ucap Azka saat mereka berada di kawasan Ancol

"Boleh juga, kalian gimana?" Tanya Hendry pada anaknya yang lainnya

"Terserah" ujar Vano matanya terus melihat ke luar kaca mobil itu, mungkin jalanan itu kebih menarik menurutnya dari pada mendengarkan Vino dan Azka yang terus adu bacot membicarakan Aland.

"Setuju dad" timpal Vino, sedangkan Aland hanya menanggapi dengan deheman.

"Bang, kita nanti harus naik bianglala berdua aja, Vano dan Vino nggak usah diajak" ujar Azka tersenyum menatap Aland

"Enak aja lo, yang seharusnya nggak diajak itu lo" kesal Vino

"Ab..."

"Kalian diam, kalau nggak diam gue nggak mau sama kalian"

"Gue sama Vano aja nanti" ujar Aland membuat Vano langsung menoleh menatap Aland tanpa eskpresi, sedangkan Vino dan Azka langsung menutup rapat-rapat mulut mereka.

"Apasih lo malah bawa-bawa gue, lo kira gue mau haa sama lo"

"Jangan karena Azka, bang Vino sama daddy udah baik sama lo, lo bisa seenaknya, bagi gue lo tetap menjijikkan" ketus Vano membuat Azka, Vino dan juga Hendry langsung menatap tajam Vano.

"Abang" ucap Azka lembut khawatir sama Aland, melihat Aland tampak diam setelah mendengar perkataan dari Vano itu. Dia khawatir panic attack abangnya itu kambuh lagi karena mendengar perkataan pedas dari Vano itu.

"Sudah seberapa bersihnya lo, buat bilang gue menjijikan hmm" ucap Aland  tenang, tidak ada emosi diperkataan atau raut wajahnya.

"Yang pasti lebih bersih dari pada anak haram seperti lo" ketus Vano tersenyum sinis dengan tangan bersidekap dada.

"VANO" bentak Hendry mencengkram kuat stir mobilnya. Jadi posisi mereka tu sekarang sudah berada di parkiran Dufan tapi mereka belum keluar dari dalam mobil.

"Kalian semua berubah cuma karena anak haram itu" ujar Vano dan hendak keluar dari mobil itu, tapi ternyata dikunci oleh Hendry.

"Lo keterlaluan Vano, mau bagaimanapun bang Aland tetap abang kita" ucap Vino menatap kembarannya itu tajam

"Sampai kapanpun gue nggak akan pernah mengakui kalau dia itu abang gue, gue nggak akan pernah luluh sama drama murahannya itu" sinis Vano dan memalingkan wajahnya lagi. Hendry menghela nafasnya pelan mengontrol emosinya, ditatapnya Aland yang menunduk dan meremas jari-jarinya itu.

"Hey Aland, tenang okay" ucap Hendry melihat tangan Aland tampak bergetar.

"Tarik nafasnya pelan-pelan dan hembuskan" lanjut Hendry mengelus rambut Aland kemudian memeluknya.

"Jangan dengarin perkataan adek kamu itu, kamu anak daddy okay, itu faktanya" ujar Hendry menenangkan Aland

Aland memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya pelan-pelan hingga akhirnya Aland merasa tenang.

"Ini minum dulu Al" ucap Hendry memberikan sebotol minuman pada Aland

"Udah tenang hmm" ucap Hendry dan diangguki oleh Aland

"Kan udah Azka bilang tadi, nggak usah ajak dia"

"Jadi gini kan, mulutnya nggak bisa dijaga"

"Keliatan banget nurun dari kakek tua itu" kesal Azka mengelus tangan Aland, membuat Vano berdecak kesal karena dirinya disamakan dengan Opanya itu.

"Dad, lebih baik kita pulang sekarang" ujar Vino

"Nggak usah, gue baik-baik aja kok"

"Lagian yang diomongin Vano ada benarnya" ucap Aland memaksakan senyumannya.

"Maaf, mulai sekarang sebisa mungkin lo nggak akan liat gue lagi di mansion maupun di sekolah"

"Maaf udah bikin lo jijik karena cuma liat gue, supaya lo nyaman"

"Itu kan yang lo mau" ucap Aland menatap Vano lekat, Vano hanya berdehem sebagai tanggapan dan memalingkan wajahnya.

"Aland, itu bukan salah kamu, kenapa kamu malah meminta maaf" ucap Hendry

"Memang salah saya kok tuan, sudah seharusnya saya sadar diri" ucap Aland

"Yuk keluar" lanjut Aland, Hendry mengangguk dan membuka pintu mobil itu.

Aland keluar terlebih dahulu meninggalkan Hendry, Azka dan Vino menatap Vano tajam, sedangkan Vano hanya diam dan menatap Aland dari kaca mobil itu.

"Kok gue jadi merasa bersalah gini ya" batin Vano memegang dadanya yang terasa sakit.

"Kamu sepertinya harus diberikan pelajaran Vano, siap-siap di mansion nanti" ujar Handry juga keluar dari mobil itu, begitu juga Vino dan Azka.

.

.

.

.

.

Hendry menghela nafasnya lega ketika melihat Aland kembali ceria lagi, dan sekarang dia kembali menjadi rebutan Vino dan Azka yang ingin bermain bersama Aland.

"Abang, sekarang naik bianglala" ujar Azka menarik tangan Aland

"Rollercoster dulu bang" ucap Vino tidak mau mengalah

"Udah, sekarang kita naik itu dulu" ucap Aland melepaskan tangan Azka dan Vano

"Ayo" ucap Aland tersenyum senang dan merangkul kedua adeknya itu, untuk mengantri ke salah satu wahana permainan

"Yaudah deh, kita ngikut sama abang aja deh sekarang" ucap Azka dan diangguki oleh Vino.

"Nah gitu dong, kalau akur gini kan enak liatnya" ucap Aland terkekeh pelan dan mengecup singkat puncak kepala adeknya itu.

"Tuan, kita ke sana dulu ya" ujar Aland menatap Hendry

"Baiklah, daddy akan tunggu di sini, Aland jaga adek kamu, dan kalian berdua jangan nyusahin abang kalian" peringat Hendry

"Okay dad" jawab Azka dan Vino kompak dan akhirnya melangkah menjauhi Hendry dan juga Vano.

Hendry tersenyum tipis, dan melihat Vano yang malah asyik bermain ponselnya di bangku yang mereka duduki.

"Kamu nggak ikut bermain boy" ucap Hendry merangkul Vano

"Mau main sama daddy?" Lanjut Hendry ketika Vano melihat ke arahnya

"Ck Vano masih marah sama daddy, bisa-bisanya daddy malah mau hukum Vano cuma karena anak sialan itu" ujar Vano melepaskan tangan Hendry yang merangkulnya.

"Tapi daddy rasa kamu memang pantas mendapatkannya" ucap Hendry menghela nafasnya pelan dan menatap ke depan.

"Daddy nggak pernah memaksa kamu buat menerima Aland" ucap Hendry dan menatap Vano lekat

"Tapi daddy mohon, kalau kamu tidak ingin dekat dengan Aland, setidaknya kamu bisa hargai dia, jangan bicara yang bisa melukai perasaannya Vano"

"Daddy mau memperbaiki kesalahan daddy, daddy mau jadi obat untuk kesembuhan mental Aland"

"Dia sudah terlalu terluka, dan itu semua karena daddy"

"Jadi daddy harap kamu bisa membantu daddy" ujar Hendry menatap Vano berharap

"Daddy kenapa tiba-tiba peduli sama dia, padahal dulu daddy sangat benci sama dia kan?" Tanya Vano sangat penasaran

"Hmm daddy tidak pernah benci dengan Aland" ujar Hendry membuat Vano menautkan alisnya bingung.

Akhirnya Hendry menceritakan semuanya pada Vano, alasannya kenapa dia selalu memaki dan melukai Aland dulu, hingga dia disadari oleh abangnya.

"Daddy cuma takut Aland akan bernasib sama seperti abang sulung daddy dulu, tapi ternyata daddy sudah terlambat"

"Daddy terlambat karena ternyata mental Aland sudah terganggu, dan itu semua karena daddy"

"Daddy cuma berharap Aland membenci daddy, ternyata efek yang ditimbulkannya lebih dari itu"

"Aland sudah beberapa kali mencoba mencelakai dirinya sendiri, hal yang ingin daddy hindarkan dulu supaya Aland tidak tertekan karena opa kamu dan akhirnya memilih bunuh diri seperti abang daddy dulu, ternyata daddy sendiri yang malah membuat Aland prustasi dan tertekan" ujar Hendry tersenyum miris

Vano hanya diam sambil mencerna cerita daddynya itu hingga Hendry merangkul bahunya lagi, membuat Vano refleks menatap Hendry.

"Kamu bisa membantu daddy kan, daddy cuma minta supaya kamu sedikit menghargai Aland" ucap Hendry dan secara tak sadar Vano mengangguk, dan itu membuat Hendry tersenyum senang.

"Terima kasih, kalau gitu daddy ke sana dulu ya beli minuman buat abang dan adek kamu" ucap Hendry mulai berdiri

"Vano ikut dad" ujar Vano dan ikutan berdiri

"Yok" ujar Hendry dan diangguki oleh Vano

"Tanpa sadar gue malah mengangguk tadi" batin Vano kemudian menghela nafasnya pelan.

.

.

.

.

.

Setelah puas bermain di Dufan tadi, Aland dan yang lainnya sekarang sedang makan di tepi pantai sambil menikmati langit sore, dengan beralasan tikar yang mereka sewa.

"Ternyata makan di tepi pantai gini, makanannya jadi lebih nikmat berkali-kali lipat" ucap Azka dan diangguki setuju oleh Vino.

"Lain kali kita harus ngelakuin ini dad, ahh gimana kalau di puncak, pasti lebih seru" ucap Vino

"Boleh saja, liburan semester kita ke sana" ucap Hendry membuat Azka dan Vino bersorak senang.

"Yes, kalau gitu kita main ombak yuk bang" ucap Azka menatap Aland

"Tunggu, gue beresin ini dulu" ucap Aland yang hendak membereskan bekal makanan mereka

"Biar daddy saja, kalian bermainlah sepuasnya" ujar Hendry

"Baiklah, yuk dek" ucap Aland berdiri begitu juga Vino dan Azka.

"Lo nggak ikut Van?" Tanya Vino pada kembarannya itu.

"Nggak, gue di sini aja" ucap Vano, Vino mengangkat bahunya acuh dan berlari menyusul Aland dan Azka.

"Kenapa nggak ikut hmm?" Tanya Hendry sambil membereskan bekal makanan mereka

"Gapapa" ucap Vano singkat, dengan matanya terus memperhatikan Aland dan yang lainnya tampak senang itu sambil perang air laut.

"Pergilah ke sana, masa kamu cuma diam aja" ujar Hendry

"Vano di sini aja bareng daddy"

"Terserah kamu" ucap Hendry mengelus rambut Vano dan juga ikut memperhatikan Aland dan yang lainnya.

Tak berselang lama, Aland datang dengan keadaan sedikit basah menghampiri Vano dan juga Hendry.

"Kenapa Aland?"  Tanya Hendry melihat raut wajah Aland tampak serius

"Maaf tuan, tapi sedari tadi saya merasa ada yang mengawasi dan memotret kita" ujar Aland membuat Hendry terkekeh pelan dan itu malah membuat Aland bingung, bukannya seharusnya dia khawatir ya pikir Aland.

"Ternyata insting kamu juga tajam ya boy, benar-benar putra daddy" ucap Hendry

"Tenang aja, itu cuma Jeff, daddy minta dia buat memotret kita tadi"

"Dan kalau ada yang mencurigakan pasti udah dihabisi oleh bodyguard yang mengikuti kita" jelas Hendry

"Loh daddy bawa bodyguard?" Heran Azka

"Tentu, daddy nggak akan tenang kalau nggak bawa bodyguard buat menjaga kita"

"Kalian tau kan dunia bisnis" ucap Hendry dan diangguki mengerti oleh mereka.

Sedangkan Aland hanya diam, ketika mendengarkan perkataan Hendry tadi dia jadi teringat alur novel yang sempat dia lupakan, dimana Azka dalam cerita novel diculik oleh salah satu pesaing bisnis Hendry.

"Alur novelnya memang sudah berantakan, apa karena gue ya?"

"Kenapa gue rasa ini bukan lagi cerita "New Azka", ditambah keberadaan Bimo yang menyebalkan itu nggak pernah diceritakan di novel itu"

"Dan juga, ingatan gue tentang kehidupan dulu kadang hilang timbul, dan itu membuat gue semakin takut"  batin Aland

"Bang" panggil Azka tapi tidak ada tanggapan dari Aland.

"Hy Aland, jangan melamun" ujar Hendry membawa Aland ke dalam pelukannya.

"Rileks okay" ucap Hendry mengelus punggung Aland

"Maaf, saya cuma berpikir sebentar kok" ucap Aland melepaskan pelukan Hendry

"Abang jangan berpikir terlalu keras, nikmati aja hari ini dulu" ujar Vino tersenyum lembut

"Baiklah, mau lanjut bermain hmm?" Tanya Aland dan diangguki oleh Vino dan Azka

"Yang berhasil ngejar gue, nanti malam kita nonton berdua saja" ucap Aland kemudian berlari, tentu saja Azka dan Vino langsung mengejar Aland.

Hendry terkekeh pelan dan melihat ponselnya yang berbunyi, dengan cepat dia langsung mengangkatnya.

"Kenapa dad?" Tanya Vano

"Opa kalian pingsan" ujar Hendry

"Terus gimana?"

"Biarin saja".....















Tebece...

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 179K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
22.6K 1.8K 29
Series ini akan tayang 2021. Novel terjemahan ini sudah diberi izin oleh author Author : Brave2Y (fb/twitter) Indonesia trans : rouchass (wattpad) Me...
846K 80K 30
Albian Putra Nagaswara remaja yang pandai memainkan peran dan mati akibat keracunan makanan. harus menggantikan hidup seorang Alvian theo aldaren seo...
662K 48.2K 43
Fransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya...