Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:21

19.7K 3.1K 395
By Mhyka62

Doubel Up yee...
Jangan lupa  vote and commentnya...

.......

Aland menatap bingung melihat kedua pemuda yang sedang dipelukannya ini malah menangis, dia tidak suka dan dengan cepat dia langsung melepaskan pelukan kedua pemuda itu.

"Jangan nangis, Aland nggak suka liat kalian nangis" ujar Aland menghapus air mata Vino dan juga Azka.

"ALAND BILANG JANGAN NANGIS" teriak Aland membuat Azka dan Vino kaget

"Maaf bang, ini nggak nangis lagi kok" ucap Vino menghapus air matanya cepat dan tersenyum.

"Bagus, kalau senyum gini kan jadi keren kayak Aland" ucap Aland tersenyum dan memperhatikan sekitar ruangan itu.

"Bang, makan lagi ya" ujar Azka dan diangguki oleh Aland kembali menerima suapan dari Azka hingga habis.

"Minum obatnya bang" ucap Vino dan dituruti lagi oleh Aland.

"Makasih ya, Aland senang" ucap Aland dan kembali rebahan

"Gue senang kalau abang senang" ujar Azka mengecup singkat pipi Aland

"Hehe, kalian baik sama kayak Candra dan Sky"

"Aland jadi kangen mereka, mereka kemana kok ninggalin Aland sendiri"

"Mereka udah nggak sayang sama Aland lagi ya" ucap Aland dengan mata yang berkaca-kaca.

"Abang mau nelpon mereka?" Tanya Vino cepat, dia akan membuat abangnya tetap tenang seperti perkataan Candra dan Sky.

Karena kalau Aland sedih, dia akan mengamuk dan melukai dirinya sendiri, jadi mereka berpesan kepada Azka dan Vino untuk terus menghibur Aland.

Yahh walaupun mereka khawatir sama Aland, Candra dan Sky tetap membawa Aland ke mension Oliver sebagai permintaan Hendry.

Hendry tidak terlalu menjelaskannya kepada mereka, yang Hendry bilang kalau Aland tidak pulang dia pasti akan dimarahi dan dihukum lagi, makanya Sky dan Candra tidak punya pilihan karena tidak mau Aland terluka lagi.

"Emangnya mereka kemana, kok harus ditelpon sih" ujar Aland tampak kesal

"Bang Candra sama Bang Sky lagi ada urusan bang, jadi kita yang nemani abang ya" ujar Azka dan diangguki mengerti oleh Aland

"Ini bang" ucap Vino memberikan ponselnya pada Aland membuat Aland langsung duduk kembali.

"Huwaa Sky hiks, kok ninggalin Aland" ujar Aland melihat Sky dari layar ponselnya itu.

"Hy kenapa nangis hmm, anak baik nggak boleh nangis" ujar Sky

"Aland mau Sky sama Candra hiks, tapi kata Vino, kalian sedang ada urusan ya" ujar Aland dengan bibir manyun.

"Maaf ya dek, kita nggak bisa nemanin adek"

"Adek jangan nakal ya, jangan sakiti diri adek sendiri, kan ada Azka sama Vino di sana"

"Adek nggak mau diikat lagi kan" ujar Candra dan dibalas gelengan ribut oleh Aland

"Jangan ikat Aland, Aland nggak akan nakal kok" ucap Aland menatap Azka dan Vino berharap

Azka menggigit bibir bawahnya dan rebahan di paha Aland sambil memeluk perut Aland

"Abang jangan nakal aja pokoknya" ucap Azka membenamkan wajahnya di perut Aland dengan air mata yang sudah mengalir, begitu juga Vino yang sudah memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya cepat.

"Yaudah deh, Aland juga senang sama mereka hehe"

"Mereka baik sama Aland" ucap Aland tersenyum mengelus rambut Azka

"Pintarnya adek abang, Aland sudah makan dan minum obatnya hmm?" Tanya Sky dan diangguki oleh Aland, kemudian menceritakan kalau Azka menyuapinya tadi dan masih banyak lagi.

"Aland ngantuk" ucap Aland dengan mata yang sudah memberat

"Abang tidur ya, gue temani" ucap Vino dan diangguki oleh Aland

"Sky, Candra, Aland tidur dulu ya"

"Da da" ucap Aland dan langsung rebahan, Azka langsung membenarkan posisinya dan rebahan di samping abangnya itu.

"Aland boleh peluk kan?" Tanya Aland menatap Azka

"Tentu bang" ujar Azka, membuat Aland tersenyum dan langsung memeluk Azka.

Melihat abang dan adeknya itu sudah tampak nyaman, Vino tersenyum dan mengambil ponselnya untuk berbicara bersama Sky dan Candra.

"Halo bang" ujar Vino berjalan menuju balkon kamar Aland

"Aland sudah tidur?" Tanya Sky dan diangguki oleh Vino

"Bang Aland, sampai kapan seperti itu bang?"

"Kok dia jadi beda gitu bang"

"Biasanya bisa seharian atau paling lama 3 hari, kalian cukup menemani dia saja, dan jangan tinggalkan dia sendirian"

"Dan dia memang seperti itu kalau dia merasa aman dan nyaman, dia akan berubah seperti anak kecil" jelas Candra

"Bukan karena ada alter ego atau kepribadian ganda kan bang?" Tanya Vino dan dibalas gelengan oleh Candra

"Kata dokter psikolog yang menangani Aland selama ini, itu karena perasaan ingin disayang, dan karena dia merasa aman dan nyaman dengan seseorang makanya dia jadi bertingkah seperti anak kecil" lanjut Sky dan dibalas anggukan oleh Vino pertanda dia mengerti.

"Ohh ya Vin, ingat jangan buat dia marah, takut apalagi sedih"

"Tetap kontrol emosinya supaya dia tetap tenang" ujar Candra

"Kalau bisa jauhi dia dulu dari keluarga lo itu, lo paham kan kenapa?" Timpal Sky dan diangguki oleh Vino

"Terima kasih bang, sudah jagain bang Aland selama ini"

"Gue nggak tau apa yang akan terjadi sama bang Aland kalau nggak ada kalian" ucap Vino dengan raut wajah sendu

"Dia sudah menderita selama ini" lanjut Vino

"Aland itu berharga buat kita, jadi kita pasti akan bantuin dan jaga Aland"

"Dan sekarang karena kalian sudah menyesal, jangan pernah ulangi kesalahan kalian lagi"

"Karena semangat Aland itu kalian, adek-adeknya" ujar Candra

"Benar, dia itu sangat senang dan sayang sama kalian"

"Terbukti dia bisa nyaman dengan kalian, biasanya dia susah didekati kalau bukan sama kita, apalagi dia sedang seperti itu" ucap Sky

"Iya, kita bahkan dulu juga susah menenangkan Aland" timpal Candra

"Iya bang, gue janji akan jaga bang Aland apapun yang akan terjadi" ujar Vino bertekat dan melihat Aland dan Azka yang sudah terlelap

"Kita percaya sama lo"...

.

.

.

.

.

Sedangkan di ruang keluarga, Lucas, Haris, Hendry dan Bimo sedang berkumpul. Sedangkan Kevin, Vano dan Rafael sedang bermain basket di lapangan yang ada di mansion itu. Yahh memang sekarang sedang Weekend, jadi mereka memutuskan untuk di mansion.

"Dimana Aland, Vino dan Azka?" Tanya Bimo menatap Hendry

"Bahkan Aland tadi juga tidak ikut sarapan bersama, jangan bilang dia masih tidur?" Tanya Bimo lagi menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 11 siang, tapi dia tidak melihat Aland dari tadi.

"Dia sedang sakit pa, biarkan dia istirahat seharian ini" ujar Hendry menghela nafasnya pelan

"Ck merepotkan saja, baru segitu saja dia sudah sakit, bagaimana dia bisa mengurus perusahaan Oliver nanti" ujar Bimo dan akhirnya mengecek CCTV yang ada di kamar Aland, dan benar saja dia melihat Aland dan Azka sedang tidur, sedangkan Vino sedang membaca di sofa yang ada disana.

"Dia juga manusia Opa, Opa jangan keterlaluan sama Aland" jengah Lucas, merasa kasihan juga dia sama Aland.

Walaupun Opanya juga memintanya supaya giat belajar dan membataskan waktu bermainnya, tapi tidak keterlaluan seperti Aland ini.

Aland selalu pulang ke mansion setelah pulang sekolah, tanpa bisa bermain sedikitpun dengan teman-temannya. Bahkan saat Aland pulang sedikit telat saja, dia sudah mendapatkan hukuman dari Opanya itu.

"Kamu tidak tau apa-apa Lucas, lebih baik diam"

"Selesaikan saja tugas kuliah kamu itu dan lulus dengan cepat" ucap Bimo menatap Lucas tajam

"Ck" Lucas berdecak kesal dan akhirnya mengangkat laptopnya membawanya ke kamarnya, dari pada mendengar ceramah panjang dari Opanya itu.

"Anak-anak kalian memang tidak berguna, cuma Aland yang bisa diandalkan, tapi kenapa juga dia harus lahir sebagai aib di keluarga ini" kesal Bimo dan beranjak pergi dari sana.

"Bunuh aja sekarang yuk bang" kesal Hendry mengepalkan tangannya emosi, membuat Haris terkekeh dan merangkul adeknya itu.

"Tidak semudah itu dek membunuh dia, apalagi harta warisannya tidak bisa jatuh pada kita kalau kita bunuh dia, kecuali kalau dia mati dengan sendirinya" ujar Haris mengingatkan adeknya itu.

"Tapi sampai kapan bang, kasihan Aland harus bernasib sama seperti bang Ken dulu" ujar Hendry menatap abangnya itu sendu

"Ohh jadi ceritanya kamu khawatir sama putra sulung kamu itu hmm" goda Haris

"Nggak" ketus Hendry membuat Haris tertawa

"Abang diam selama ini bukan berarti abang nggak tau apa-apa dek"

"Abang tau kamu selalu memperhatikan Aland secara diam-diam"

"Kamu melukai Aland juga karena terpaksa kan, berharap Aland membenci kamu supaya dia pergi dari keluarga ini, saat kamu tau kalau papa mengetahui kemampuan Aland"

"Kamu tidak mau kan Aland mengalami apa yang bang Ken alami dulu"

"Hanya belajar dan belajar di kamar, bahkan tidak ada waktu bermain bersama teman-temannya di luar sana" ujar Haris menatap adeknya itu lekat

"Sampai bang Ken harus meninggalkan kita karena tidak sanggup menahan kekangan dari papa" ujar Haris mengingat abang pertamanya yang meninggal saat mereka masih remaja.

Haris menghela nafasnya panjang dan mengelus punggung adeknya itu.

"Kita gagal menjaga bang Ken dulu dek, karena kita masih kecil"

"Kita sekarang sudah dewasa dan jangan sampai kita juga gagal melindungi Aland"

"Abang tau kalau kita sekarang tidak bisa melawan papa"

"Tapi dengan kamu yang malah menyakiti Aland, kamu kira Aland tidak akan semakin tertekan"

"Abang tau niat kamu baik supaya Aland bisa jauh dari papa, tapi tidak seperti itu juga caranya dek" ujar Haris membuat Hendry ingat perkataan Sky di rumah sakit waktu itu dan juga Candra tadi malam, kalau Aland mengalami Panic Attack karena dirinya.

"Dan lihat sekarang, bahkan kamu tidak bisa menjauhi Aland dari papa, ditambah kamu selalu menyakitinya, kamu bisa membayangkan betapa menderitanya Aland selama ini" lanjut Haris menghela nafasnya pelan.

"Bukan hanya kamu dan papa, kita semua juga menyakitinya"

"Saudaranya membencinya karena statusnya, abang juga tidak bisa membantu banyak, apalagi abang jarang bertemu Aland sejak kecil"

"Seharusnya kamu bisa selalu ada bersama Aland Dry, dan memberikannya semangat"

"Jangan sampai kamu menyesal setelah Aland malah memilih pergi seperti bang Ken dulu" ujar Haris menepuk pelan bahu adeknya itu dan beranjak pergi, membiarkan Hendry memikirkan perkataannya itu.

.

.

.

.

.

.

Aland mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya masuk ke retina matanya.

"Eghhh" Aland meregangkan tubuhnya dan tersenyum menatap Azka dan Vino yang tertidur di sampingnya sampai seseorang masuk ke dalam kamarnya itu.

"Sudah baikan?" Tanya Hendry membuat tubuh Aland menegang dan dengan perlahan dia memalingkan wajahnya menatap Hendry.

"Maaf tuan, jangan pukul" ujar Aland memeluk kedua lututnya gemetaran

"Eghh abang, kenapa?" ucap Azka serak dan hendak menyentuh abangnya itu tapi segera ditepis oleh Aland

"Takut" cicit Aland

"Bang Vino bangun" panik Azka membangunkan Vino

"Abang ini gue Azka, abang tenang ya" ucap Azka memeluk Aland, dapat dia rasakan tubuh Aland sangat gemetaran

"Daddy kok masuk ke sini?" Ujar Vino membuat Hendry bingung

"Kenapa?" Tanya Hendry balik dan menatap Aland yang terus ditenangkan oleh Azka

"Azka, orang itu mau pukul Aland, takut" adu Aland menunjuk Hendry

"Suruh dia pergi Vino, Aland takut hiks"

"Dia mau mukul Aland"

"Nggak ada yang mau mukul kamu Aland" ujar Hendry mencoba mendekati Aland

AAAAA

Teriak Aland ketika lagi-lagi bayangan menakutkan itu lagi-lagi terputar dalam kepalanya.

"Daddy, lebih baik daddy keluar, sekarang" usir Vino memeluk Aland, sedangkan Azka menahan tangan Aland

"Tap.."

"VINO BILANG PERGI DADDY" teriak Vino menatap daddynya itu tajam.
Mendengar teriakan itu tubuh Aland semakin bergetar dan memberontak di pelukan Vino, hingga dia terlepas dan berlari menjauhi mereka semua.

"Aland bukan pembawa sial"

"Aland juga nggak mau seperti ini, kalian jahat hiks"

"Jangan dekat-dekat sialan" ucap Aland mengambil cutter di meja belajarnya dan mengarahkan pada mereka

"Abang, abang tenang okay"

"Sini sama Azka, kita bermain game yuk" ucap Azka lembut dengan air mata yang sudah mengalir

"Jangan nangis, jangan nangis, Aland kan sudah bilang jangan nangis"

"Aland nggak suka liat kalian nangis, biar Aland saja yang sedih"

"Kalian jangan sedih

"Kalau kalian nangis, Aland merasa gagal jagain kalian"

"Terus gunanya Aland apa, apa lebih baik Aland mati saja" ucap Aland membuat mereka kaget apalagi melihat Aland mengarahkan cutter itu di lengannya.

"Yahh Aland juga sudah capek, sekarang Aland malah membuat kalian nangis"

"Lebih baik Aland mati saja kan, Aland memang tidak berguna"

"Abang tenang, ini Azka sama Vino nggak nangis lagi kok"

"Aland, jauhkan Cutter itu sekarang" ujar Hendry takut, bayang-bayang abangnya meninggalkannya seketika terlintas di kepalanya.

Hendry langsung menggelengkan kepalanya dan menahan tangan Aland sehingga Cutter yang di pegangnya itupun terjatuh.

"Ampun, jangan pukul Aland"

"Jangan pukul Aland tuan"

"Hey tenang lah boy" ujar Hendry membawa Aland ke dalam pelukannya

"Aland tenang, maafkan daddy"

"Daddy tidak akan memukul Aland lagi, maaf" ucap Hendry mengecup singkat puncak kepala Aland dan memeluknya, membuat Azka dan Vino kaget dan juga senang tentunya.

"Janji, jangan mukul Aland" ujar Aland dan diangguki oleh Hendry

"Daddy janji, sebagai gantinya kamu boleh pukul daddy" ucap Hendry

"Benarkah?" Ucap Aland berbinar dan tentu saja langsung memukul Hendry setelah mendalat persetujuan

Bugh bugh bugh bugh

Aland terus memukul Hendry, di pipi, perut, kakinya beberapa kali.

Melihat daddynya yang sudah terlihat lemah, Vino dan Azka langsung menahan Aland yang sepertinya sudah tidak terkendali itu.

"Abang sudah puas kan, sekarang abang tenang" ujar Azka dan dibalas gelengan oleh Aland yang terus memberontak ingin menghajar Hendry lagi

"Nggak mau, Lepas" ujar Aland memberontak

"Abang nakal, abang mau Azka ikat haa"

"Abang kan udah janji nggak nakal tadi" bentak Azka membuat Aland langsung menunduk

"Maaf, maaf Aland udah nakal"

"Jangan marah" ucap Aland dan menjulurkan kedua tangannya pada Azka

"Azka boleh ikat Aland, tapi jangan marah sama Aland yaa" lanjut Aland

"Sudahlah bang, Azka nggak marah kok, tapi abang tenang ya" ucap Azka memeluk Aland membuat Aland tersenyum dan menatap Hendry yang sedang di bantu berdiri oleh Vino.

"Maaf udah mukul tuan, pasti sakit" ucap Aland melepaskan pelukannya pada Azka dan memeluk Hendry, membuat Hendry kaget dan menatap Aland yang juga menatapnya dengan senyuman

"Gapapa, kamu berhak mukul daddy"  uca Hendry mengelus rambut Aland

"Pelukan tuan sangat nyaman, Aland suka hehe" Aland cengir dan membenamkan wajahnya di dada bidang Hendry

"Sini dek" panggil Hendry pada Azka dan Vino yang juga ikutan memeluk Hendry dan tersenyum senang.





Tebece...

Continue Reading

You'll Also Like

489K 50.2K 44
Padahal Erland ingat betul kalau beberapa hari ini, merupakan hari yang paling membahagiakan untukny Mendapatkan banyak uang dari pekerjaan yang seda...
366K 26.4K 39
Bagaimana jika seorang GEO MAHENDRA ALEXANDER bertransmigrasi ke tubuh seorang MELFINO GIO BRAMANTYA yaitu seorang anak yg dibenci oleh keluarganya ...
593K 28K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
140K 6.7K 54
langsung baca aja karena gak tau mau nulis deskripsi apa jangan lupa follow vote and komen agar aku semangat up nya mhuehehe