Axella

By tiararachmah_

2.5K 598 58

__ Apa yang kalian pikirkan bila mempunyai saudara kembar? Menyenangkan? Seperti saudara kembar pada umumnya... More

Prolog.
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
โ—PENGUMUMANโ—

[15]

21 12 0
By tiararachmah_

Hi READERS ku tercintah❤️
Sudah 3 tahun berlalu tapi entah ada angin dari mana author mau lanjutin muehehehe.

❗harap baca chapter 14 dulu supaya nyambung ceritanya❗

*******

Malam ini Ell rasanya malas sekali untuk tidur, ia masih dihantui sesosok yang mengaku sebagai dirinya sendiri yang bernama Axella itu. Ditambah Ell semakin hari merasa semakin janggal, ia merasa orang di sekitarnya termasuk orang tuanya itu menyembunyikan sesuatu yang lain darinya.

Ell ragu harus percaya kepada siapa lagi, orang tuanya itu menyembunyikan banyak hal besar darinya hingga sekarang. Ah Ell jadi teringat berkasnya, apakah ayahnya itu belum menyadari hilangnya berkas tersebut?

'tap tap tap.'

Samar-samar Ell mendengar suara langkahan yang menuju ke kamarnya.
Ell melirik jam dindingnya, sudah pukul jam setengah 12 malam. Ia yakin itu pasti ibunya yang mau nge cek gadis ini, apakah sudah tidur atau belum.

Dengan cepat Ell memalingkan badannya dan menarik selimut hampir menutup seluruh tubuhnya, lalu memejamkan matanya.


Terdengar suara pintu yang terbuka menampilkan sebuah wanita paruh baya yang perlahan berjalan kearah kasurnya. Ell berdoa dalam diam agar ibunya itu tidak menyadari bahwa ia masih terjaga.

Ia merasakan seseorang duduk di sampingnya lalu mengusap kepalanya perlahan, terdengar hembusan nafas kasar keluar dari sang empu.

"Ell maafkan kami yang harus menyembunyikan banyak hal dari kamu nak." Ibunya berbicara pelan, tidak ingin membangunkan anaknya itu.

Ell masih mendengarkan celotehan ibunya itu dengan hati-hati.

"Mamah hanya tidak ingin kau bertemu dengan kembaranmu itu lalu setelah itu sesuatu yang memang seharusnya terkubur malah kembali kepermukaan." Ujarnya lesu.

"Mamah tidak ingin kehilangan anak  mamah lagi untuk yang kesekian kalinya." Lanjutnya, kini mencium lembut puncak kening anak semata wayangnya tersebut lalu berjalan keluar dari kamar Ell.

Mamahnya itu kenapa sih? Makin hari makin membuat Ell penasaran saja, apa sebenarnya yang di sembunyikan orang tuanya itu huh?

Setelah mendengar pintu yang tertutup dan menunggu sesaat, Ell menatap sekilas pintu kamarnya itu lalu menatap langit-langit dikamarnya sesaat. Banyak sekali hal yang menumpuk dipikirannya setelah mendengar celotehan dari mamahnya itu, untungnya besok hari Minggu artinya ia bebas terjaga sepanjang malam overthinking akan semua hal yang dia hadapi akhir-akhir ini.

Kira-kira Ell harus menyelesaikan masalah yang mana dulu?

Mencari kembarannya? Atau menguak jati dirinya? Bagaimana dengan kematian kakaknya Reno? Ell penasaran dengan buku diary kakak temannya itu. Lalu Axella bagaimana?

Huh benar-benar masalah yang terlalu menumpuk dan berat untuk seorang gadis remaja sepertinya.

Ia mengusap wajahnya kasar, jam sudah pukul 2 dini. Entah kenapa akhir-akhir ini Ell jadi sering begadang.

Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari luar kamarnya.

Ell yang lagi ngelamun dengan pikirannya itu terlonjak kaget, posisinya yang tadi rebahan menjadi terduduk dengan cepat. Ell terdiam, berusaha menajamkan pendengarannya.

Apakah ada perampok yang memasuki rumahnya?!?! Tapi rumah Ell kan dijaga ketat dengan teknologi canggih. Ditambah orang tuanya juga mempekerjakan empat satpam sejak Ell masuk SMA. Dua orang untuk shift pagi sampai sore, dan sisanya untuk shift sore ke pagi. Ketat sekali bukan?

Ell pun memberanikan diri beranjak dari kasurnya dan menempelkan telinga kanannya ke pintu kamarnya, agar pendengarannya semakin menjelas.

"Ada apa sih pah? Udah malem kenapa malah ngacak-ngacak tempat kerja astaga!!!" Suara ibunya itu terdengar panik.

"Mah jujur, mamah bongkar ruang kerja papah?" Tanya ayahnya dengan suara yang tegas.

"Mamah tau, berkas kuning 'itu' menghilang!" Lanjutnya.

Oh tidak, apa Ell akan ketahuan? Padahal dia udah pastikan kok gak ada jejak kriminalnya disana.

Wajah Ell tampak khawatir, kuku jempol tangan kanannya ia gigit. Sudah menjadi kebiasaan Ell ketika sedang dilanda kegugupan menggigit jarinya. Saking gugupnya Ell mulai berkeringat.

Berusaha tenang Ell kembali lagi menguping dari pintu kamarnya itu.

"Hah, enggak pah, mamah gak ada bongkar-bongkar tempat kerja papah. Kok bisa hilang?! Coba cari lagi yang benar!" Sahut ibunya dengan nada yang kembali panik.

Hening.

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang semakin dekat ke arah kamar Ell.

Ell yang merasa ayahnya akan kemari itu gelagapan.

"Ah iya, berkasnya!" Celetuk gadis tersebut pelan, segera berlari secepat mungkin tanpa mengeluarkan suara agar tidak terdengar berisik, mengambil berkas kuning yang ada di laci meja belajarnya dan segera menyembunyikannya dibawah kasur. Terhimpit antara kasur dan kerangkanya, entahlah itu tempat yang ia langsung terpikirkan untuk menyembunyikan berkasnya.

Lalu Ell memiliki ide, segeralah ia kekamar mandi dan menutupnya.

Tak lama pintu kamarnya terbuka lebar, di ambang pintu sudah terlihat ayahnya dengan raut wajah yang sangat menyeramkan, di belakangnya juga terdapat istrinya yang hanya bisa memantau tingkah suaminya itu.

Ell yang berada di kamar mandinya itu takut sejadi-jadinya. Ia takut jika ayahnya mengetahui keberadaan berkas tersebut. Bagaimana dengan nasibnya nanti? Apakah ia akan dikurung di kamarnya itu selama sebulan? Atau ayahnya akan memukulnya?

Tidak-tidak, Ell tidak berani memikirkan hal apa yang akan terjadi dengannya setelah ini.

'tok tok tok'

Bunyi ketokan pintu kamar mandi terdengar. Ell kembali menggigit jarinya tak karuan.

"Ell kamu di dalam?" Sahut suara berat dari balik pintu tersebut.

Itu pasti ayahnya.

Ell yang kebetulan berada di sebelah sink yang tepat berada di depan pintu kamar mandinya langsung menyalakan keran tersebut, berpura-pura sedang mencuci tangan.

"Ah iya pah, Ell habis buang air kecil." Jawabnya.

Hening.

Tak lama terdengar suara gaduh di kamar Ell. Ayahnya itu pasti sedang menggeledah kamar Ell.

Sebelum keluar gadis itu sedikit mencipratkan air ke pergelangan celana piamanya.

Ayahnya kini sedang mencari sesuatu. Mulai dari laci meja belajar Ell, meja riasnya, lemari Ell, lemari yang ada dibawah tv Ell, dan seterusnya mengelilingi kamar Ell.

"Astaga suamiku! Kenapa kau malah mencarinya di kamar Ell?"

"Siapa tau anak itu menyembunyikan sesuatu." Lanjutnya, kemudian berhenti dengan aktivitasnya itu dan menatap kebelakang dimana sang terdapat sang istri.

"Dari pada kau diam saja, mening ikut mencarinya denganku." Lalu berlanjut dengan aktivitas pencariannya itu.

Ell pun kini memberanikan diri untuk keluar.

"Ah astaga apa yang papah lakukan?!, Kenapa kamar ku di acak-acak?!"

Iya, gadis tersebut sedang ber acting sekarang, berpura-pura tidak tahu apa yang ayahnya sedang lakukan. Tolong doakan Ell agar aktingnya itu tidak ketahuan.

Ibunya yang tadi berdiri di belakang suaminya itu menghampiri Ell.

"Ell jujur nak, apa kau mengambil suatu berkas kuning milik ayahmu?" Tanya ibunya lembut, tangannya kini sudah terulur mengusap puncak atas kepalanya.

"Hah, berkas kuning? Memangnya itu berkas apa mah?, Sampe-sampe papah menggeledah kamarku."

Di satu sisi Ell berusaha menahan matanya itu agar tidak melihat kemanapun selain mata ibunya.

Ibunya hanya bisa menatap Ell lekat.

Tak lama ayahnya juga ikut menghampirinya.

"Kau benar-benar tidak mengambil apapun diruang kerja papah huhh?!" Tanya ayahnya tegas. Ell bisa melihat muka ayahnya yang mengeras, menyeramkan sekali pikirnya. Tapi itu tidak membuat Ell luput dari actingnya.

"Tidak pah, dari tadi papah menggeledah kamar Ell dan tidak ada apa-apa bukan disini?" Bukannya menjawab, Ell malah bertanya balik ke ayahnya yang terkesan sedikit menantang

Kewarasan Ell sudah hilang sepertinya. Berani sekali ia terlihat menantang ayahnya itu.

Bohong jika Ell tidak merasa ketakutan, tapi bagaimanapun juga dia tidak mau aksinya itu terkuak. Ell juga masih memerlukan berkas kuning tersebut untuk memecahkan semua masalah dan semua pertanyaan yang ada di benaknya. Baiklah jika kedua orang tuanya tidak ingin mengakui sesuatu kepada Ell, maka dia akan mencari tahunya sendiri. Karena itu rencananya ini tidak boleh gagal.

Pria paruh baya didepannya itu menatap Ell lekat, seakan-akan mencari kebohongan dimata anak semata wayangnya itu.

Ell balas menatap ayahnya lekat, berharap ia percaya pada semua ucapan gadis itu.

Tak lama ayahnya menghembuskan nafas kasar sambil memegang pelipisnya, pusing.

"Ya sudahlah, tidur sana! sudah malam, biar nanti pagi bi inem yang membereskan kamarnya." Lanjut ayahnya kemudian berjalan keluar kamarnya, disusul ibunya yang sekilas menatap Ell dan memberikan senyuman kecil ke anak gadisnya itu.

Niat Ell ingin memeriksa berkas yang ada di bawah kasurnya itu, tapi dia urungkan. Rasanya Ell ingin segera tidur saja untuk melepaskan rasa panik dan tegangnya tadi.

---

Setelah malam yang penuh ketegangan itu, Ell akhirnya bangun berusaha mengumpulkan nyawanya itu dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 pagi.

"Oh astaga!, gue kan ada janji ketemuan sama Al jam 10." Ell yang teringat ada janji itu langsung pergi ngambil anduk dan buru-buru mandi.

Ell memang sudah berjanji ketemuan dengan Al saat kemaren sore di chat untuk kembali melanjutkan bahasan yang tak sempat selesai kemarin saat orang tuanya tiba-tiba datang.

Ell kini sudah rapih mengenakan bajunya tak lupa ia juga sedikit merias dirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Takut membuat pria tersebut menunggu lama.

Mereka ketemuan di sebuah cafe yang tak jauh letaknya dari rumah Ell, jaraknya hanya sekitar 3 kilo an saja.

Dilain sisi Al baru saja sampai dan langsung duduk dengan posisi meja yang berada di pojok dan terkesan privat karena terdapat sekat, mengingat mereka akan membicarakan hal yang penting.

Kembali ke posisi Ell yang tergesa-gesa pamitan kepada ibunya yang berada di dapur dan segera lari kearah mobil B*W putih kesayangannya lalu langsung menyalakan kunci mobil dan pergi dengan kecepatan yang sedikit ngebut. Fyi Ell ini sudah bisa mengendarai mobil dan juga tentu memiliki SIM yang baru saja ia dapatkan beberapa bulan lalu.

Setibanya di kafe, Ell mencari tempat duduk yang sudah Al pesan. Ell yang melihat Al melambaikan tangannya di pojok itu langsung menghampiri pria tersebut.

Ell tersenyum menatap pria yang di hadapannya, bukannya membalas senyuman itu Al malah justru terlihat sedang mencari sesuatu di tangan Ell.

Ada yang kurang pikirnya.

"Kenapa Al?" Ell yang menyadari raut wajah Al yang tampak bingung tak kalah bingungnya dengan pria yang ada di depannya ini.

"Lo nyari apa deh di gue?" Tanyanya lagi, yang berjalan duduk di bangku tepat berhadapan dengan Al.

"Kita mau lanjut bahas yang kemaren kan?" Tanya Al.

"Iya."

"Terus berkasnya mana?"

"..."

.
.
.

'BRAK'

Suara hentakan meja yang cukup kuat membuat Al tersentak. Untung saja kafe ini sedang sepi, kalau tidak sudah banyak pasang mata menatap kearah mereka dengan tatapan tajamnya.

Ell yang tadi baru saja duduk kembali berdiri dan menepuk jidatnya.

"Astaga! Lupa gue ambil dari bawah kasur gue!"

Al kembali bingung dengan perkataan wanita dihadapannya ini. Loh kok dibawah kasur? Perasaan kemarin dia ingat menaruhnya di laci meja belajar Ell.

Ell yang mengerti dengan raut ekspresi Al langsung menjawab,

"Nanti gue jelasin, gue mau ambil dulu deh ya, untung gue bawa mobil sendiri, Lo tunggu di sini sekalian pesenin minuman gue. Samain aja." Ujar Ell panjang lebar lalu berlarian keluar kafe menuju mobilnya.

Setelah memarkirkan mobil tepat di depan rumahnya, Ell langsung keluar dari mobil dan berlarian masuk kedalam rumahnya.

Sepi sekali, perasaan tadi masih ada ibunya di dapur, sekarang dapurnya tidak ada siapa-siapa. Ellpun berjalan naik ke lantai dua menuju kamarnya, ia melewati ruang kerja ayahnya yang terlihat pintunya setengah terbuka.

Mungkin kedua orangtuanya sedang asik berbincang disana pikirnya mengedikkan bahu acuh dan langsung memasuki kamarnya.

Terlihat kamarnya yang sudah bersih sekali dibandingkan saat dia baru bangun tidur masih dengan kamarnya yang seperti kapal pecah karena kejadian semalam.

Perasaan Ell langsung tak enak dan berjalan menuju kasurnya yang tampak sangat rapih lalu mengangkat kasur tersebut.

Ell melotot tak melihat benda kuning yang dicari dibawah kasurnya.

Ell panik.

Ia kembali memeriksa kasurnya dengan tangan kiri setengah mengangkat kasur dan tangan kanan yang meraba sana-sini. Kali ini ia mencari di sekeliling kasurnya, takut-takut terjatuh atau terselip di suatu tempat.

Tak ada. Ell tidak menemukan benda tersebut.

Masih dengan dirinya yang berusaha mencari, entah itu dikolong meja, laci dan lemari. Ell masih berusaha berfikir se positif mungkin.

Siapa tau bi inem yang menaruhnya kan? Ya, bisa jadi.

Ell yang sedang mencari di lemari tersentak mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, dan langsung berbalik menghadap kesumber suara.

Terlihat diambang pintu terdapat pria paruh baya dengan pakaian khas kerjanya, kemeja biru muda dengan dasi biru tua-hitam lalu tak lupa jas blazer berwarna abu-abu gelap dengan celana bahan senada sedang memegang map kuning di tangan kanannya.

Ell menatap map kuning dan wajah yang terlihat datar tapi sangat mengintimidasi itu sedang menatapnya dengan lekat.

"Kamu nyari ini?"

Loh? HEH?!

'Oh god please help me.'

______

Heyoo...
Jangan lupa juga baca cerita baru dari author yaa, judulnya
'a girl with magical Powers.'
Bisa di liat di akun author
Baca aja dulu siapa tau tertarik😉

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 88.5K 56
BOOK 1 > Remake. ๐˜๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌโš ๏ธ โš ๏ธ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ค ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต...
862K 6.1K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
1.2M 69.3K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
457K 34.8K 43
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...