Daripada mengejar lalu terluka, aku memilih untuk berdiam dan memandangi saja keindahan langit yang tak bisa kugapai. Melihat kembali anganku yang kubiarkan tergantung di atas sana. Langit yang hanya akan kupandang sebagai langit,
Aku berhenti untuk mencoba memilikinya karena yang kutemui hanyalah sakit yang tak berkesudahan.
Sekalipun langit itu pernah menjadikanku pelangi seakan ia bisa kugapai tapi aku tersadar bahwa tetap awan yang setia dalam dekapnya, bukan aku.
Aku hanyalah keindahan semu yang perlahan memudar dari pandangannya.
Aku hanyalah bias warna yang datang sesaat untuk melengkapi keindahannya.
Karena aku hanyalah bias warna yang hadir sebagai penawar dari tangisnya.