Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 137K 11.9K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:14
Part:15
Info
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:16

22.2K 3.1K 253
By Mhyka62

Vote and comment guys..
....

Aland menggeliat tidak nyaman, dan membuka matanya secara perlahan dengan kepalanya yang terasa sangat pusing.

"Eghhh" ringis Aland hendak memegang kepalanya, tapi sayang ketika dia sadar sepenuhnya ternyata kedua tangannya sedang di rantai di ruangan yang biasanya keluarga Oliver menghukum Aland.

Aland menyandarkan kepalanya di dinding ruangan itu, dan memejamkan matanya berharap pusing dikepalanya menghilang, bahkan dia mengabaikan suara pintu ruangan itu dibuka.

"Siap menerima hukuman mu anak sialan" ujar Bimo, Aland membuka matanya dan menatap Hendry dan Bimo yang menatapnya dengan tatapan remeh.

"Kalian mau saya membayar semua kehidupan saya selama di sini bukan?" Ujar Aland

"Katakan berapa jumlahnya, saya akan melunasinya"

"Jadi biarkan saya pergi dari sini" lanjut Aland, membuat Bimo dan Hendry terkekeh pelan.

"Melunasinya dengan cara apa hmm, dengan pekerjaan kamu sebagai pelayan kafe kecil itu" ujar Bimo menepuk pelan rahang tegas Aland.

"Sampai kapanpun kamu tidak akan pernah melunasinya" Lanjut Bimo dan melangkah mengambil cambukan yang ada di sana

"Kamu hanya perlu diam, dan menurut seperti biasanya, maka kamu akan aman Aland dan hutang kamu akan saya anggap lunas"

"Saya terlalu menyayangkan kalau membunuh anak berbakat seperti kamu, Aland" ujar Bimo

"Dan anda pikir saya akan diam saja, diperlakukan seperti hewan peliharaan di sini" ujar Aland menatap Bimo tajam

"Itu sudah nasib kamu, jadi terima saja" ujar Bimo santai

"Hitung" ujar Bimo dan mulai mencambuk perut Aland.

"Akhhhh" teriak Aland kesakitan

Ctak

Ctak

"Hitung Aland" tegas Hendry

"S-satu" ucap Aland mulai menghitungnya dengan mata yang memulai memerah menahan tangis yang akan keluar.

Rasanya benar-benar menyakitkan, selama Kenzi hidup dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Kenzi terbiasa hidup dengan kenyamanan dan kasih sayang dari keluarganya, walaupun abang-abang sering usil kepadanya, tapi keluarganya tidak pernah melukainya sedikitpun. Bahkan dulu ketika Kenzi hanya terluka sedikit ketika jaruh dari sepeda, keluarganya sangat heboh dan khawatir.

Tapi apa sekarang, dia sendirian di sini, tidak ada yang membantunya, tidak ada yang mengobatinya ketika dia mendapatkan luka. Di tatapnya Hendry yang hanya diam memperhatikannya, seperti sedang menonton pertunjukan yang sangat menarik baginya.

Aland tersenyum tipis dengan air matanya yang sudah menetes karena tidak sanggup menahan rasa sakit dikehidupannya sekarang, bahkan Hendry yang sebagai ayah kandung Aland hanya diam melihat dia tersiksa seperti ini.

"Jangan menangis bodoh, hanya karena luka kecil seperti ini saja kamu sudah lemah" ucap Bimo menghapus air mata Aland kasar

"Sangat tidak cocok jadi bagian keluarga Oliver" lanjut Bimo

"E-emangnya s-siapa yang mau jadi bagian k-keluarga iblis ini" ujar Aland dengan terbata-bata menahan rasa sakit ditubuhnya. 50 cambukan yang diberikan oleh Bimo tidak main-main, bahkan badannya sudah penuh luka sekarang.

"Mau atau tidak, tapi bagaimanapun kamu memang bagian keluarga ini tapi sayangnya kamu hanya aib di keluarga ini"

"Jadi lakukan seperti biasanya, berikan yang terbaik, dan tunjukkan kalau kamu memang pantas jadi bagian keluarga ini"

"Saat waktunya tiba, saya akan memperkenalkan kamu ke publik sebagai anak angkatnya Hendry" ujar Bimo, membuat perasaan Aland semakin sakit.

"Nggak butuh, gue nggak mau" ujar Aland, dia tidak mau diperlakuan seperti boneka hidup seperti itu. Dia punya pilihan hidup sendiri, tidak diatur seenaknya saja oleh keluarga Oliver seperti ini.

Dia merasa tidak ada harganya di keluarga ini. Dulu mereka tidak pernah menganggap Aland bagian keluarga ini, tapi hanya karena Aland pintar mereka berbalik dan memanfaatkannya demi keuntungan mereka sendiri, mereka pikir Aland akan suka tentang itu pikirnya.

"Saya tidak mau mendengar penolakan Aland" geram Bimo kembali terlihat marah mendengar perkataan tidak sopan dari Aland.

"Hmm pa, biar Hendry yang mengambil alih, papa sekarang lebih baik keluar dan istirahat"

"Pasti papa capek, karena baru datang tadi tapi harus mengurusi anak sialan ini" ujar Hendry mendekati Bimo dan Aland.

"Ini juga gara-gara kamu Hendry, padahal papa sudah suruh kamu dulu untuk tidak membiarkan dia pergi, tapi bisa-bisanya kamu membiarkan dia pergi begitu saja"

"Kamu memang tidak bisa diandalkan seperti abang kamu" marah Bimo pada Hendry

"Maaf pa" ujar Hendry, Bimo menghela nafasnya kasar dan beranjak keluar dari ruangan itu meninggalkan Aland dan Hendry berdua saja.

Hendry menatap Aland, yang menunduk sambil mengigit bibir bawahnya.

"Saya akan panggil dokter, kamu tetap di sini, renungi kesalahan kamu" ujar Hendry dan melangkah keluar dari ruangan itu juga. Entah kenapa, dia tidak sanggup melihat air mata yang membasahi wajah pemuda itu.

Ingin rasanya Hendry memeluk Aland dan menenangkannya, tapi rasa gengsinya lebih besar dan akhirnya menghindar dan pergi meninggalkan Aland sendirian yang mulai terisak.

.

.

.

.

.

.

Tiga hari berlalu, Sky, Candra, Azka dan Vino mulai prustasi mencari Aland yang tidak ada kabarnya sedikitpun. Mereka tampak kacau dan khawatir, takut terjadi sesuatu pada Aland.

Sekarang sudah malam, tapi hasil yang mereka temukan lagi-lagi tidak ada mendapatkan titik terang seperti hari-hari sebelumnya, keberadaan Aland seakan hilang ditelan bumi.

"Akhhhh" teriak Sky prustasi memukul dinding di apartementnya, dimana juga ada Candra, Azka dan Vino di sana.

"Ini salah lo Sky, kenapa lo biarin Aland sendirian malam itu, seharusnya lo temani dia" ujar Sky lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri.

Malam setelah Aland menangis dan menceritakan semua masalahnya pada Sky, Sky membawa Aland ke apartement milik Aland setelah Aland tertidur.

Dia ingin menemani teman yang sudah dia anggap adeknya itu, tapi dia tidak bisa karena abangnya menyuruhnya untuk pulang. Karena tidak bisa membantah, akhirnya Sky dengan terpaksa membiarkan Aland yang terlelap di kasurnya sendirian.

Tapi ternyata setelah itu, dia tidak menemukan Aland bahkan ini sudah beberapa hari lamanya, dia benar-benar merasa sangat khawatir dan merutuki dirinya karena menganggap dirinya gagal menjaga adeknya.

"Aland pasti baik-baik saja Sky, lo tenang" ujar Candra menahan tangan Sky yang mau memukul dinding itu lagi

"Gue nggak bisa tenang Ndra, sebelum Aland ditemukan" ucap Sky menghapus air matanya kasar

"Besok kita cari Aland lagi"

"Mau dicari kemana hiks, kita nggak menemukan petunjuk apapun Candra, gue takut hiks" isak Sky, Candra membawa Sky kedalam pelukannya, dia juga sebenarnya sangat khawatir, tapi kalau dia juga kalut siapa yang menenangkan ketiga orang itu pikirnya. Di tatapnya Azka yang tatapannya terlihat kosong, berapa lama Azka tidak tidur pikirnya ketika melihat kantong mata Azka yang menghitam.

"Vino, Azka, kalian pulang dulu"

"Besok kita cari Aland lagi" ujar Candra dan diangguki oleh Vino.

"Yuk dek" ucap Vino merangkul bahu Azka

"Kami pulang dulu ya bang, kalau ada kabar tentang bang Aland, kabari kita" ujar Vino

"Tentu" ucap Candra

Vino membawa Azka keluar dari area apartement itu, dan mendudukkan Azka di mobilnya.

"Dek" panggil Vino dan hanya dibalas deheman oleh Azka yang menatap kosong keluar dari kaca mobil itu.

"Bang Aland pasti baik-baik saja, dia pemuda yang kuat" ujar Vino mencoba menghibur adeknya itu yang murung beberapa hari.

Karena tidak mendapatkan tanggapan oleh Azka, Vino menghela nafasnya pelan dan melajukan mobilnya menuju mansion Oliver.

Tak berselang lama, Azka dan Vino masuk ke dalam mansion itu dan melihat keluarganya yang tampak bahagia di sana.

"Kalian sudah pulang boy" ujar Hendry tersenyum mendekati Vino dan Azka dan mengelus rambut mereka.

"Abang dari mana sih, kok nggak ngajak Vano" ujar Vano tampak kesal dan mendapat jitakan dari Kevin, sepupunya.

"Sakit bang" ringis Vano, Kevin hanya mengangkat bahunya acuh dan mengelus rambut adeknya, Rafael pemuda yang hanya berbeda beberapa bulan dari Azka.

"Kalian kenapa, tampak kacau gitu?" Tanya Lucas, cucu pertama Oliver yang beda 2 tahun dari Aland yang sekarang menempuh bangku kuliah dan sudah mulai masuk ke dunia bisnis keluarganya.

"Gapapa bang, kita ke kamar dulu ya" ujar Vino dan merangkul bahu Azka yang hanya diam dari tadi.

Vino dan Azka menghentikan langkahnya ketika mendengar sesuatu dari maid yang berbincang tidak jauh dari mereka.

"Hey, tugas kamu kan yang membawakan makanan buat tuan muda Aland sekarang"

"Biarin aja, mereka juga tidak akan peduli tuan muda Aland sudah makan atau belum, ngeri tau masuk ke ruang bawah tanah itu" ujar maid itu membuat Vino dan Azka kaget

"Jangan-jangan"...

.

.

.

.

.

Aland mencoba meregangkan tubuhnya yang terasa sangat sakit semua, tangannya sangat merasa capek karena tangannya sekarang masih di rantai dan badannya menempel di dinding ruangan itu. Aland benar-benar merasa pegal karena selama tiga hari posisinya berdiri seperti itu dan itu sangat tidak nyaman, dia ingin rebahan dan mengistirahatkan tubuhnya.

Aland mengernyit heran mendengar kunci pintu ruangan itu terbuka, siapa tengah malam seperti ini yang masuk ke sana pikirnya.

"Apa mungkin Bimo dan Hendry mau nyiksa gue lagi" batin Aland. Dia tidak takut sama Hendry dan Bimo yang menyiksanya, tapi dia takut kalau yang masuk malah makhluk astral yang mengganggunya tengah malam seperti ini, mana sekarang ruangan tempat dia disekap sekarang pencahayaannya sangat minim membuat Aland seketika bergedik ngeri.

Ngomong-ngomong tentang Hendry dan Bimo, Hendry setiap hari pasti masuk ke ruangan itu melihat Aland sebentar dan pergi tanpa berkata sepatahpun, membuat Aland bingung saja dengan perlakukan bajingan yang sialnya ayah kandungnya itu.

Aland memejamkan matanya, ketika mendengar sesuatu yang mendekatinya.

"A-abang" panggil seseorang tercekat melihat keadaan Aland yang tidak baik-baik saja.

Mendengar suara yang terdengar familiar itu, Aland langsung membuka matanya dan menatap kaget keberadaan Azka dan Vino di sana.

"K-kalian k-kok ada d-di sini" ujar Aland lemah dengan mata yang sayu menatap kedua adeknya itu

"A-abang kenapa abang bisa seperti ini?" Tanya Vino dengan mata berkaca-kaca tidak tega melihat keadaan Aland sekarang, sedangkan Azka sudah menangis dan hendak memeluk Aland

"S-sakit, j-jangan p-peluk" ujar Aland membuat Azka langsung mengundurkan niatnya

Aland tersenyum dan menghela nafasnya pelan.

"Abang, jangan senyum, senyum abang jelas-jelas terlihat palsu sekarang"

"Bilang sama gue, siapa yang sudah bikin abang seperti ini" ujar Azka tampak marah, kesal dan sedih

"L-lo m-mau apa?" Tanya Aland tersenyum tipis

"Gue mau hajar" ujar Azka membuat Aland terkekeh pelan

"L-lo mau h-hajar Opa lo?" Tanya Aland membuat Azka dan Vino menunduk dan menangis

"Maaf bang hiks, maaf nggak bisa bantuin abang" ujar Azka terisak

"G-gapapa, gue besok j-juga keluar" ujar Aland tersenyum

"U-udah j-jangan nangis, g-gue nggak bisa peluk k-kalian" lanjut Aland

"Gue obatin ya bang" ucap Vino dan diangguki oleh Aland, walaupun bingung sejak kapan Vino dan Azka akrab pikirnya, dan kenapa Vino peduli padanya.

Lain kali dia akan bertanya tentang itu, sekarang untuk berbicara saja dia sangat kesulitan.

"Aiss" ringis Aland merasakan salep menyentuh lukanya.

"Maaf bang" ujar Vino meniup-niup luka Aland, Aland memejamkan matanya menahan perih dibadannya itu hingga Vino selesai mengobati lukanya.

"Abang sudah makan?" Tanya Azka dan dibalas gelengan oleh Aland, Azka menatap sendu abangnya itu. Dia penasaran kenapa abangnya malah berakhir di sini, bukannya Aland sudah bebas dari keluarga ini pikirnya.

"Gue ambilin makan dulu ya bang, abang harus makan" ucap Vino dan lagi-lagi dibalas gelengan oleh Aland.

"G-gue mau istirahat" ucap Aland dan akhirnya kehilangan kesadarannya.

"Bang, abang bangun"

"Abang"....

.

.

.

.

.

"Kamu ternyata lemah banget ya, segitu aja sudah pingsan" ujar Bimo ketika melihat Aland membuka matanya, Aland berdehem sebagai tanggapan dan memperhatikan sekitar ternyata sekarang dia sudah berada di kamarnya.

"A-azka, V-vino" ujar Aland serak dibalik masker oksigennya. Dia merasa khawatir sama adek-adeknya itu, takut Bimo marah sama mereka karena sudah menemuinya.

"Kamu melakukan apa sampai Azka dan Vino sampai peduli sama kamu haa?"

"Kamu seharusnya sadar diri dengan posisi kamu, kamu tidak pantas buat dekat dengan mereka" ujar Bimo, Aland hanya melirik pada Bimo, karena untuk membalas perkataan Bimo saja terasa sangat berat buatnya sekarang.

"Kamu nggak punya mulut untuk menjawab haa" geram Bimo karena tidak ada tanggapan dari Aland.

"M-maaf" ucap Aland, hanya itu yang bisa dia katakan sekarang.

"Besok kamu harus berangkat ke sekolah" ujar Bimo dan hanya diangguki oleh Aland

Bimo berdecak kesal dan melangkah pergi meninggalkan Aland sendirian dan mengunci pintu kamar itu, supaya tidak ada yang masuk menemui Aland.

Aland menghela nafasnya pelan dan melirik jarum inpus yang tertancap di tangannya.

"Lapar"....













Tebece....

Continue Reading

You'll Also Like

547K 54.4K 44
Padahal Erland ingat betul kalau beberapa hari ini, merupakan hari yang paling membahagiakan untukny Mendapatkan banyak uang dari pekerjaan yang seda...
1.3M 158K 47
Apa jadinya seorang pemuda yang pemalas dan mageran, harus bertransmigrasi ke tubuh seorang Leonard Fernandes yang di cap buruk oleh sekitarnya terma...
455K 36.1K 60
Brukk... Tubuh yang terlihat cukup tinggi, kurus, dan putih jatuh dengan keras dan tidak estetiknya dari lantai 3 mall yang sedang ramai-ramainya pen...
548K 67.8K 23
tidak ada deskripsi.. baca aja. tapi, bijaklah dalam memilih cerita. karena bulan puasa, baca cerita ini waktu malam hari. bahasa non baku dan kasar...