What should we do?

By Secrettaa

337K 32.3K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

39 | MEET AGAIN

1.3K 121 4
By Secrettaa

FOLLOW WP @Secrettaa
TIKTOK @authorta
Ramaikan tagar #secrettaa #wpwhatshouldwedo #arikaangelina #arjunaartawijaya #arionharsadarma

🌻HAPPY READING CHINGUDEUL🌻

  Tidak ada yang berubah dalam kehidupan Arjuna, perihal kepergian kekasihnya tetap tak membuatnya merasa ingin mati. Hanya saja, terkadang perasaan kosong kerap kali menghampiri sampai membuatnya nyaris mati. Berusaha ikhlas dan menerima nyatanya tidak semudah kata, proses yang dilaluinya kerap kali membuat batinnya gila.

Arjuna memang tampak baik-baik saja di luarnya, menjalani kehidupan seperti remaja biasa. Bersekolah dengan rajin, mengikuti segala kegiatan tanpa terlewat sedikitpun, berkumpul bersama para sahabat dan teman-teman sekolahnya. Pergi berlibur dan mempersiapkan diri untuk masuk keperguruan tinggi seperti keinginan sang Bunda. Ya, laki-laki yang satu tahun lalu masih berada di kelas sebelas kini sudah berada di tingkat akhir masa SMA-nya.

Hari ini, tepat hari terakhir ujian nasional berakhir. Arjuna keluar dari ruangan, menenteng tasnya setelah berpamitan pada guru pengawas. Langkahnya masih sama seperti dulu, begitu pula dengan kedua sahabatnya yang selalu berada di sisi kiri dan kanannya.

"Enggak kerasa banget ya, hari ini hari terakhir ujian. Alhamdulillah ya Allah, sudah membantu hambamu ini tiga hari berturut-turut bisa jawab soal dengan lancar," ucap Niko dramatis seraya mengangkat kedua tangan tanda bersyukur.

"Gimana nggak lancar,  lo aja jawabnya ngasal. Pake metode baca ayat pendek, terus langsung jawab," celetuk Belvan menggelengkan kepala, tidak habis fikir dengan tingkah sahabatnya ini.

"Enggak gitu ya, gue baca surah Al-Fatihah doang,  sambil nunjuk pilihan gandanya nah kalau di opsi D aminnya, berarti itu jawabannya. Gitu!"

"Sama aja, Astaghfirullah."

"Dih, gaya lo pake istighfar segala Van, biasa juga udah ngabsen hewan di kebun binatang."

Belvan mengusap dadanya sendiri sambil menarik napas teratur, berusaha menahan emosi dan keinginan mengumpati Niko.

"Gue udah janji sama Vira bakal ngerubah sikap buruk gue dan jaga omongan, jadi lo aman Nik," jawabnya dengan wajah menampilkan senyuman.

Sedangkan Arjuna hanya terkekeh, sudah biasa menghadapi tingkah keduanya. Terlebih Belvan yang sekarang begitu giat mengambil hati sosok gadis berjilbab yang tidak lain adalah Vira, sahabat kekasihnya.

"Gue duluan ya. Oh iya, nanti kalau Bunda gue nanya kemana, kayak biasa ya, Van. Assalamualaikum," pamit Arjuna setelah ketiganya sampai di tempat parkir.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya kompak, tanpa banyak tanya seolah sudah tahu kemana Arjuna akan pergi.

Omong-omong, Arjuna sekarang tidak sedingin dulu. Bahkan, laki-laki berwajah tampan itu selalu memasang senyumnya dan bersikap ramah, ia juga semakin menjaga sholatnya. Intinya Arjuna sudah berubah jauh lebih baik dan dekat pada Tuhan. Dan itu semua tentu dengan proses yang tak mudah.

"Kasian ya temen lo, makin hari makin sholeh tapi punya temen modelan setan kayak lo, Nik."

"Heh, lo juga setan ya! Pake acara ngatain gue segala, nggak nyadar dirinya sendiri gimana," gerutu Niko sambil bersiap menghidupkan motornya. Ya, Niko sudah berani kembali mengendarai motornya. Bahkan, sekarang laki-laki ini punya hobi baru yaitu mengonceng Belvan kemanapun ia pergi, seperti sekarang.

"Naik lo buruan, Tan. Atau nggak gue tinggal!"

Belvan dengan pasrah hanya menuruti perkataan Niko. Wajahnya tampak jelas sekali tertekan.

"Enggak usah cemberut segala lo, dikira gue bakal mau mujuk apa," gerutu Niko sambil menarik kedua  tangan Belvan untuk dilingkarkan di pinggangnya.

"Astaghfirullah! Buruan jalan aja kenapa sih, Nik. Enggak usah narik-narik tangan gue. Dikira orang ntar gue--"

"Diem, gue udah jalan nih. Sekali lagi lo protes gue turunin lo di tengah jalan!" Ancamnya dengan berteriak dan Belvan hanya memasang wajah masam.

Salah dirinya sendiri juga sebenarnya, mau-mau saja menuruti keinginan Niko. Tidak membawa motor ke sekolah dan setiap hari harus pergi-pulang bersama makhluk ini, sesuai janjinya jika Niko berhasil kembali berani mengendarai motornya sendiri, ia akan selalu duduk di jok belakang motor kemanapun Niko pergi. Menyesal, tentu saja Belvan menyesal sudah menjanjikan hal seperti itu, tapi dibanding Niko ngambek, lebih baik ia menuruti. Toh, ia yakin Niko akan bosan nantinya. Meski Belvan tidak tahu kapan sahabatnya yang satu ini bosan dan segera mendapatkan pasangan untuk dibonceng.

Beralih dari kedua laki-laki yang seolah tak peduli dengan tanggapan para pengendara lain, Arjuna justru begitu tampak menikmati waktunya sendiri di motor. Walaupun sudah setahun berlalu jok belakang motornya tak pernah lagi diisi oleh sosok tersayang, entah kenapa Arjuna merasa selalu tidak sendirian. Kehadiran Arika tetap terasa, meski raganya sudah jauh hari pergi dari dunia.

Embun di matanya kembali hadir, berkumpul hingga menjadi sebuah butir cairan putih bernama air mata. Arjuna tetap sama, sakit akan kehilangan Arika masih juga belum ia temukan apa obat penawarnya. Bohong jika ia berkata ia baik-baik saja, sedang kenyataan sebenarnya selalu membuat ia ingin pergi dari dunia.

Aku enggak sekuat itu, Ka. Batinnya terus mengatakan hal sama, tapi hidup tetap berjalan. Arjuna tidak bisa memaksakan kehendaknya, sebab takdir yang sudah tertulis oleh sang kuasa tidak bisa lagi ia rubah jalan ceritanya. Karena kematian adalah pulang paling akhir dan nyata dari sebuah kehidupan di dunia.

"Makasih ya buat semuanya. Alika juga minta maaf kalau suatu saat nanti ingkalin janji kita."

Arjuna terdiam sesaat, sebelum terkekeh dan kembali tersenyum. "Lo kenapa sih akhir-akhir ini, aneh tau nggak. Ya, enggak pa-pa kalau lo ingkar, gue bakal terus nyamperin lo dimanapun lo berada. Enggak adil banget kalau misalnya lo ninggalin gue. Pokoknya gue bakal nyari lo! Tenang aja, nggak ada yang akan bisa misahin kita berdua, Arika."

"Kalau Alika pelginya jauh dan nggak balik-balik lagi gimana? Kak Juna tetap mau nyali Alika?"

Sebelah tangan Arjuna langsung menggenggam kedua tangan mungil Arika yang masih memeluknya erat. Ia menggusap tangan itu cukup lama.

"Kok Kak Juna diam? Gimana?" tanya Arika polos seraya memajukan wajahnya hingga hampir membuat wajah keduanya bersentuhan.

"Lo jangan kemana-mana ya. Tetap sama gue, jangan tinggalin gue. Kalau lo berniat pergi, please pikirin sekali lagi. Gue nggak mau kehilangan lo Arika."

Kali ini Arika yang dibuat terdiam dengan pengakuan Arjuna yang begitu tiba-tiba. "Kak Juna secinta itu ya sama Alika."

"Hm, gue cinta banget sama lo sampai rasanya gue nggak bisa jauh-jauh dari lo. Gue selalu khawatir dan takut akhir-akhir ini Arika. Gue takut lo nyembunyiin sesuatu dari gue dan tiba-tiba pergi ninggalin gue. Gue nggak mau kayak gitu, Arika."

"Alika tetap ada di sini, di hatinya Kak Juna. Kalau Alika nggak ada di depan Kak Juna pas Kak Juna sedih atau telpuluk sama keadaan, Alika ada di sini. Alika nggak kemana-mana selama Kak Juna ingat sama Alika."

Percakapan itu rasanya baru terjadi kemarin, padahal nyatanya sudah berhari-hari bahkan berbulan lalu, tapi anehnya Arjuna masih merasa semua hal tentang kekasihnya masih sama. Ia bahkan ingat betul bagaimana percakapan mereka yang pada akhirnya berubah menjadi pertengkaran kecil, lalu saling memaafkan tanpa menunggu waktu lama. Harusnya ia sadar saat itu, bahwa Arika tengah berniat pamit padanya. Dan kalimat pernyataan bahwa janji itu tidak pernah ada, nyatanya sekarang benar-benar menjadi kenyataan.

"Kamu memang tetap di sini, Arika. Tapi apa boleh aku minta raga kamu kembali?" Arjuna terkekeh, seraya kembali melajukan motornya sebab lampu merah sudah berganti hijau.

"Satu tahun yang lalu kita ketemu di lampu merah dan mungkin itu awal cerita kita ya, Ka. Tingkah polos kamu yang ngasih aku plester Dino dengan wajah cemberut sambil nasehatin aku buat enggak berantem lagi dan yang pasti cara bicara kamu yang enggak bakal pernah bisa aku lupain. What should i do, Ka?"

Hanya hembusan angin serta suara beberapa kendaraan yang menjawab pertanyaannya barusan. Lagipula Arjuna tidak yakin bahwa ia benar-benar bisa mendengarkan jawaban atas segala pertanyaannya barusan. 

Tanpa terasa motor itu akhirnya berhenti di sebuah toko bunga.

"Mas Juna ya? Kayak biasa?" Seolah sudah hafal dengan kehadiran Arjuna sang pemilik toko bunga itu langsung segara tahu apa yang akan dibeli Arjuna.

"Banyakin bunga mawarnya ya Mbak," pinta Arjuna yang langsung diangguki sang penjual itu.

"Pasti ceweknya Mas Juna seneng banget ya, tiap hari dikasih bunga terus, romantis banget. Saya jadi pengen juga punya cowok kayak Mas Juna."

"Lah, terus suamimu ini apa?" sahut sosok laki-laki yang masih sibuk dengan pena dan buku di tangannya. "Udah dikasih bunga sama tokonya sekalian, masih mau dikasih bunga tiap hari juga?"

"Bercanda loh, Sayaaang."

Arjuna hanya tersenyum melihat tingkah pasutri itu.

"Ini bunga mawarnya, enggak mau dikasih kartu ucapan ini Mas kayak biasa?"

Arjuna menggeleng seraya membayar pesanannya itu. "Enggak usah Mbak, cewek saya sebenarnya enggak suka dibawain bunga. Dia lebih suka dibawain buah pisang."

Sontak pasangan itu saling pandang lalu terkekeh.

"Lah terus, hampir satu tahun Mas Juna langganan bunga di sini bukan buat pacarnya ya?"

"Buat almarhumah pacar saya Mbak. Kalau begitu saya permisi ya Mbak, Mas, sukses terus buat tokonya. Assalamualaikum."

"W-walaikumsalam..." Sang pemilik toko bunga itu tidak bisa menutupi keterkejutannya perihal si pembeli yang sudah cukup ia kenal sebab Arjuna memang setiap hari selalu membeli bunga di sini.

"Aku awalnya enggak tahu dan sadar kenapa Mas Juna selalu beli bunga mawar tanpa ada kartu ucapan, ternyata pacarnya sudah meninggal. Kok jadi sedih gini, Sayang."

"Hm, aku udah tahu lama sebenarnya, Yang. Berita meninggalnya anak dari seorang pengusaha terkenal itu heboh dulu, dan ada Mas Juna juga." 

"Loh, kok kamu enggak ngasih tahu aku sih?! Aku ngerasa bersalah tadi udah godain Mas Juna, dia pasti sedih banget."

"Ya, salah sendiri enggak pernah mau nonton berita, bunga terus yang dilihat."

Arjuna yang memang belum menghidupkan motornya itu hanya tersenyum tipis mendengar percakapan keduanya. Ia memang sengaja tidak pernah memberi tahu sang pemilik toko alasan ia tidak pernah membeli bunga beserta kartu ucapannya. Baru hari ini rasanya Arjuna bisa mengatakan hal menyakitkan itu.

Fakta bahwa bunga mawar yang selalu ia beli adalah untuk kekasihnya yang sudah meninggal dunia.

Motor hitam besar itu kembali melaju dengan bunga mawar yang berada di depannya. Sesekali tatapan Arjuna tertuju pada bunga mawar yang hari ini lebih banyak dari kemarin. Sesuai permintaannya.

"Maaf ya, Arika. Aku bawain kamu bunga setiap hari, bukan pisang kayak yang kamu mau dulu."

Siapa yang mengira bahwa bunga yang dulunya kata Arika tidak ia sukai kini malah menjadi barang yang terus ada di atas makamnya. Bukan maksud Arjuna  tak mendengarkan kekasihnya, tapi satu-satunya yang membuat rumah Arika indah hanyalah sekumpulan bunga-bunga mawar indah ini. Meski sudah ada pohon bunga mawar yang benar tumbuh di atas makamnya, Arjuna tetap tidak pernah absen meletakkan bunga mawarnya sendiri.

Dibalik helm yang terpasang sempurna, Arjuna tidak dapat menahan senyum. Ia sudah tidak sabar menemui Arika. Hanya dengan membayangkan tempat peristirahatan kekasihnya yang dipenuhi bunga mawar Arjuna jadi merasa senang sekaligus tidak sabar.

Padahal awalnya ia begitu merasa sedih, tapi sekarang perasaan senang memenuhi dadanya. Tanpa sadar Arjuna semakin menambah kecepatan laju motornya.

"Aku enggak sabar pengen ketemu kamu, Arika ...."

Brak!!

Tidak sampai sedetik setelah kalimat itu diucapkan, motor yang awalnya melaju dengan tenang tiba-tiba saja sudah terpental begitu jauh. Motor besar itu berputar-putar tak tentu arah di jalan raya yang seketika langsung lenggang. Sedang sang pengendara pun sama, tubuh Arjuna tergeletak cukup jauh dari motornya berada dengan darah yang perlahan mengalir dari balik helm hitamnya.

Semua terjadi begitu cepat, tabrakan yang terjadi itu berhasil membuat semua pengguna jalan berhenti. Begitu pula mobil yang menabrak motor Arjuna, tampak rengsek cukup parah dan mengeluarkan asap. 

Beberapa orang pengendara langsung memberikan pertolongan, ada yang menelpon rumah sakit, ada yang menelpon polisi memberi tahu bahwa telah terjadi kecelakaan lalu lintas.

Samar-samar Arjuna mendengar keributan di sekitarnya, perlahan ia membuka matanya yang begitu berat untuk dibuka bahkan telinganya berdenging beberapa kali. Pandangannya tertuju pada bunga mawar yang berhamburan di jalan. Tangan gemetarnya tampak terulur ingin mengambil bunga itu, tapi ia tidak bisa sebab tubuhnya seolah mati rasa.

Ia hanya ingin menemui Arika seperti biasa, tapi takdir justru berkata lain. Apa mungkin sekarang adalah waktunya?

Perlahan rasa sakit disekujur tubuhnya terasa, terlebih dibagian kepala. Ia bahkan tidak sadar sudah mengeluarkan air mata sebab terlalu sakit dan juga di sana, di depan sana ia yakin betul melihat kekasihnya tengah menatap dirinya.

Arjuna tersenyum, lalu terbatuk hebat. Darah keluar dari mulutnya tapi ia tetap tersenyum pada sosok itu, Arika Angelina. Orang yang begitu ia cintai kini benar-benar menemuinya.

"Kak Juna jangan pergi."

Arjuna ingin membalas perkataan Arika, tapi lidahnya kelu mati rasa. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Arjuna juga mendengar bahwa Arika memintanya untuk tidak pergi.

"Kak Juna harus tetap hidup."

Entah itu halusinasi saja atau benar-benar Arika, Arjuna tidak tahu. Ditengah rasa sakit yang begitu menyiksanya, Arjuna yakin bahwa ia bertemu kekasihnya, Arika.
_____

See you💗

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
299K 13.7K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
3.4M 279K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
565K 43.6K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...