The Goddness

By aryramadhan30

1 1 0

Terdengar isakan tangis dari seorang perempuan di balik kamar di sebuah Rumah Sakit Jiwa. Ia merindukan masa... More

Chapter : Prolog
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 04
Chapter 05

Chapter 03

0 0 0
By aryramadhan30

Seorang pria tampan tengah keluar dari kamar mandi, tetes demi tetes mengucur dari sela - sela rambutnya. Ia segera mengambil kaos polo serta celana chino sebagai bawahannya dari dalam lemari.

Frans Evans itulah nama pria yang kini sedang berkaca, menata penampilannya sebelum menunaikan tugasnya di salah satu Rumah Sakit Jiwa.

Pekerjaannya sebagai perawat membuatnya harus bekerja secara profesional dan tepat waktu.

Saat akan menggapai tas kerjanya yang berada di salah satu kursi dekat nakas, bel rumah seketika berbunyi mengurungkan niatnya untuk segera pergi ke rumah sakit.

Ia segera membuka pintu dan menemukan seorang perempuan berdiri di depan pintu rumahnya, pria itu seketika mengerutkan alis memandang perempuan itu.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" Frans seketika keluar menghadap Dewi.

Dewi menyunggingkan senyuman sambil menyodorkan rantang makanan. "Maaf kak, saya mengganggu waktu kakak, saya kesini mau antar pesanan kakak dari Ibu saya."

Frans tidak langsung mengambil rantang tersebut, pikirannya mulai berfikir kapan ia memesan makanan untuk dirinya hingga sebuah bunyi dari dalam perutnya membuat ia teringat bahwa ia belum makan siang.

Merasa malu, Frans hanya bisa terkikik pada perempuan yang ada di hadapannya. "Maaf, kakak lupa kalau pesan makanan, tunggu sebentar, kakak akan ambil uangnya dulu."

Dewi menganggukkan kepala sembari melengkungkan senyuman. "Baik, Kakak."

Frans segera mengais rantang tersebut dan masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian, pria itu segera keluar dan menyodorkan uang tersebut pada Dewi sembari berkata. "Tolong berikan salam terima kasih ku pada Ibu Sri atas makanannya."

"Baik, Kak. Nanti akan saya sampaikan salam kakak pada Ibu." Dewi lantas berpamitan dan melangkahkan kaki menghampiri Putra yang masih menunggu.

Frans tidak langsung masuk ke dalam, pandangannya masih melihat sosok Dewi yang menghampiri Putra. Melihat kedekatan dua remaja itu, ia segera teringat kembali akan masa lalunya.

Masa lalu yang sulit terhapus di ingatannya, masa lalu yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang, masa lalu yang mungkin masih tertanam dan akan terus berakar di pikirannya.

Pria itu seketika tersadar saat Dewi yang berada di atas motor berpamitan pada dirinya dan menghilang di sebuah belokan. "Iya, hati - hati."

"Astagfirullah, kenapa harus mengingat hal semacam itu lagi." Monolognya sembari menepuk kepalanya berkali - kali sebelum masuk ke dalam rumah.

***
Dengan kecepatan sedang, Frans segera melajukan motornya menerobos beberapa kendaraan yang melintas di jalanan tersebut.

Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di sebuah Rumah Sakit Jiwa, tempatnya bekerja.

Rumah Sakit tersebut bernama SENTRA AMANAH. Rumah Sakit yang di khususkan untuk orang - orang yang mengalami gangguan jiwa. Rumah sakit tersebut berisi orang - orang gangguan jiwa di sebabkan oleh faktor Biologis, Psikologis dan juga Lingkungan.

Setelah memarkirkan motor, Frans segera melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Pria tersebut segera menuju bilik tempat para perawat berkumpul.

"Kau sudah datang, baguslah gue bisa pulang sekarang. Ibu gue bolak balik telepon." gerutu perawat bernama Anton.

Ia segera menyodorkan daftar hadir pada Frans."Ya, sudah. gue pulang dulu." Anton segera mengais tas kerjanya sembari menepuk bahu rekannya itu.

Usai melihat rekannya itu menjauh ia pun segera menggantikan pekerjaan yang sebelumnya di lakukan sahabatnya itu.

***
Motor Putra terus melaju membelah jalanan yang terlihat ramai di iringi senja yang sebentar lagi akan menjadi malam. Putra merasa gembira karena kini ia akan berkencan dengan kekasihnya itu.

"Kita mau kemana sekarang?" Dewi memandangi area sekitar yang bukan menuju rumahnya, ia melirik Putra dari kaca spion.

Tak ada jawaban dari Putra, laki - laki itu terus melajukan motor sesekali tersenyum di balik helmnya. Perlahan motor pun seketika berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Turun Sayang, gue laper pengin makan."
Dewi memandangi sekilas rumah makan tersebut sebelum turun dari motor.

Putra segera menggandeng tangan Dewi memasuki rumah makan. Terlihat suasana yang begitu ramai hingga tak ada satupun meja untuk di isi.

"Ramai banget, Sayang. Bagaimana dong." ujar Putra. Menatap sekeliling meja yang penuh dengan orang - orang.

Seketika Dewi teringat dengan bakso langganan Ibunya, perempuan itu segera menepuk bahu kekasihnya itu membuat Putra menoleh pada Dewi. "gue ada tempat makan yang enak, tapi gue gak yakin elu mau ke sana?"

Putra hanya diam sembari memikirkan kata - kata dari Dewi, tiba - tiba perut Putra berbunyi menandakan bahwa tidak ada pilihan lain selain menuruti kata - kata Dewi.

Putra segera menganggukkan kepala, mengiyakan ajakan Dewi.

Dewi melengkungkan senyuman, sengaja ia membawa Putra pergi ke sana, jarang sekali mereka makan di tempat seperti itu.

Biasanya Putra membawa Dewi untuk makan di restoran hingga Dewi lama - kelamaan bosan dengan makanan di tempat itu.

Putra bergegas melajukan motornya ke tempat yang di tunjukkan oleh Dewi. Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di depan warung bakso yang berada di pinggir jalan.

Melihat tempat itu, tatapan Putra sedikit aneh karena baru kali ini, ia makan di tempat seperti itu. Laki - laki itu segera melirik Dewi yang masih ada di belakangnya. "elu yakin mau makan di tempat seperti ini?"

Dewi menganggukkan kepala sembari turun dari motornya. Setelah melepas helm ia segera menarik tangan Putra yang masih terdiam dan atas motornya.

"Ayo."

Putra masih terdiam di atas motornya, ia melirik warung dan Dewi secara bergantian.

"Katanya laper pengen makan." Dewi terkikik sambil menunjuk perut Putra.

Putra menghembuskan nafas kasarnya sebelum akhirnya turun dari motor, sebenarnya laki - laki itu ingin mengajak kekasihnya itu di rumah makan namun pada akhirnya berakhir di sebuah warung.

Laki - laki itu kini terlihat canggung berada di dalam warung, matanya mengitari orang - orang dan suasana di dalam warung, tanpa berlama - lama Dewi segera menarik Putra ke sebuah meja.

Dewi segera mengambil menu yang ada di atas meja, ia melihat barisan makanan dan minuman yang tersedia di warung itu.

Dari sederet makanan itu ada satu makanan yang yang menjadi favoritnya.

Seorang pelayan wanita datang ke meja Dewi dan Putra. "Kakak, mau pesan apa?"

"Saya mau bakso ikan dan minumnya es teh." Dewi melirik Putra yang masih tenggelam dalam buku menunya.

"Kalau kamu?" Dewi menepuk lengan laki - laki itu hingga membuat lelaki itu tercekat dan menoleh pada Dewi. "Iya, ada apa?"

"Kamu mau pesan apa?" Dewi mengulangi pertanyaannya.

"Aku pesan yang sama dengan kamu. " ujarnya.

Dewi menatap pelayan itu. "Kalau begitu, saya pesan Bakso Ikan dan es teh manisnya dua."
"Baik, tunggu sebentar, ya kak."

Sepeninggal pelayan itu, Dewi kembali menatap Putra yang terlihat cemas."Putra, apa kau baik - baik saja?"

"Aku.. baik - baik saja." Sebenarnya Putra terlihat canggung makan di tempat tersebut.

Tapi, demi Dewi ia harus menahan kecanggungannya.

Tak lama kemudian, pesanan datang, Dewi tampak kegirangan melihat makanan favoritnya sudah ada di depan mata, ia pun segera menikmati bakso tersebut.

Sejenak, tanpa Dewi ketahui, Putra tersenyum melihat kegiatan perempuan itu makan makanan favoritnya. Laki - laki itu pun segera melahap makanannya.

***
Frans yang berada di ruangannya pun terlihat menikmati makanan yang di pesan beberapa waktu yang lalu, selama melahap makanan tersebut ia teringat dengan perempuan yang mengantar makanannya itu.

Wajah perempuan terlihat mirip oleh seseorang yang berada di masa lalunya, wajahnya dan senyumannya begitu mirip hingga ia tak mampu untuk membedakannya.

Hingga suara benturan pun menyadarkannya kembali. "Astaghfirullah, apa yang sedang gue pikirin?"

Terdengar kembali suara benturan seperti ada sesuatu yang jatuh, ia pun segera bangkit dan menghampiri asal suara tersebut.

Angin dingin turut menyapa Frans saat menyusuri lorong Rumah Sakit Jiwa itu membuat bulu kuduk laki - laki itu meremang.

Dan benar saja, ia terkejut dengan apa yang di lihat oleh laki - laki itu di dalam bangsal.

"Ibu.."

Bersambung.
22 April 2023.

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 96.3K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.2M 87.8K 55
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
267K 10.2K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)
1.7M 72.7K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...