AUNTY

By bunnycarrotz

88.7K 10.4K 2.4K

[M] Rochely Park memiliki keponakan tiri yang bernama Jeon Jungkook. Wanita itu selalu ada di sisi Jungkook s... More

1: welcome home, aunty
2: the choices
3: full of suprises
4: teasing
5: there's no boundaries
6: do you need some help, aunty?
7: aunty, i'm really sorry
8: the wildest side of him
9: i have one request for you
10: love scenario
11: meet, the park family
12: she said, "this is just a dream."
13: love maze
14: keeping promises
15: the story of anne
16: someone to lean on
17: walk along the beach
18: be mine, aunty
19: about last night
20: full of jealousy
21: escape from the reality
22: anti-sleepy
23: the best gift ever
25: unacceptable reality
26: the embarrassing fact
27: move in
28: talking about the future
29: he's so fucking jealous
30: the night of drama
31: too sweet
32: status
33: unexpected things
34: the storm of destruction
35: like a hurricane
36: after the storm [END]

24: confessing

1.7K 204 36
By bunnycarrotz

❀° ┄───────╮
Vote | Comment
╰───────┄ °❀

Hampir selama lima belas menit Rochely menantikan kedatangan Jungkook yang akan membantu mengoleskan salep pada keintimannya yang lecet. Sejak tadi, wanita itu mengistirahatkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk dengan buku sketsa milik Jungkook yang berada di genggaman tangannya.

Jemari lentik nan berpoles cat kuku berwarna hitam berulang kali membolak-balikkan setiap lembaran gambaran erotis ciptaan sang keponakan guna mengalihkan pikirannya sejenak dari urusan pekerjaan esok hari.

"Aunty..." Suara merdu Jungkook terdengar samar-samar dari balik pintu setelah pria itu mengetuk beberapa kali. "Aku izin masuk ya?"

"Sini masuk." Mendengar jawaban Rochely, Jungkook pun membuka pintu kamar sang bibi.

Oh shit! Jungkook mengutuk dalam hati begitu mendapati presensi Rochely yang hanya mengenakan kemeja putih transparan sepaha tanpa dihadiri bra serta celana dalam.

Terkejut? Pastinya. Jungkook bahkan bergeming, begitu terpana sampai matanya membulat dan bibirnya menganga selama beberapa detik di daun pintu, tatkala disuguhkan oleh pemandangan bukit kembar dengan kedua pucuknya nan tercetak jelas dari balik balutan kain transparan tersebut.

Ditambah setelah menilik lebih jauh, Jungkook menemukan beberapa bekas merah keunguan di sekitaran leher jenjang Rochely yang ia torehkan tadi malam. Sukses membuat isi kepalanya kacau di dalam sana.

"Koo, Kenapa tidak masuk?" Pertanyaan Rochely berhasil membuyarkan lamunan pria Jeon itu.

Jungkook pun mulai memberanikan diri untuk melangkah perlahan ke dalam kamar sang hawa. Namun sewaktu kakinya hampir sampai di ujung ranjang, Jungkook memutar kembali badannya demi mengunci pintu kamar. Untuk berjaga-jaga, barangkali pria muda itu akan lepas kendali.

Rochely yang melihat aksi sang keponakan hanya menggigit bibir bawahnya agar gelak tawa tidak keluar dari mulutnya. Sementara Jungkook menyeringai tipis kala netranya kembali mengekori sang hawa. "Aunty sedang menggodaku ya?"

Niat hati Rochely ingin mengelaknya, tetapi mendadak ia tidak dapat menahan kekehannya pada saat mendapati Jungkook yang terus menatapnya tanpa berkedip. "Iya. Aku sedang menggodamu. Kau tidak keberatan, 'kan?"

Rochely seakan berpura-pura tidak menyadari efek yang ia berikan di setiap sang adam melihatnya ketika tengah berpakaian layaknya kekurangan bahan seperti itu. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jungkook merasa butuh sebuah tekad besar agar tidak mencabik-cabik kain transparan itu saat ia terus mengamatinya.

Sementara Jungkook menggendikkan bahunya sebelum ia duduk di pinggir kasur dekat Rochely terbaring sembari berdehem, berusaha mengalihkan pembicaraan. "Buku sketsa saktiku sudah benar-benar dihak milik olehmu ya?"

"Tentu saja," jawab Rochely. Kemudian ia menunjuk gambar; seorang pria tengah mengangkat sang wanita menggunakan kedua tangannya selagi melakukan penyatuan dalam posisi berdiri. Rochely lantas menarik satu sudut bibirnya dengan sorot gelap dari kedua manik hazelnya untuk mempertegas keinginannya. "Kita harus mencoba gaya ini, Koo."

Jungkook menganggukkan kepalanya dengan pipinya yang mengembang. "Sebelum mencobanya, keintiman aunty harus sembuh dulu. Aku tidak ingin lembah kesayanganku terinfeksi."

Bicara tentang infeksi, Rochely jadi mengingat alasan utamanya meminta Jungkook untuk datang ke kamarnya.

"Ooh iya, tolong pakaikan aku salep, Koo..." Rochely berusaha duduk—setengah berbaring—menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang.

"Mana salepnya, aunty?" Tanya Jungkook cepat-
cepat. Ia berusaha keras untuk tetap mengontrol matanya agar tidak terang-terangan memandangi pucuk dada Rochely yang menonjol.

"Ini." Rochely lantas memberikan sebuah salep yang tersembunyi di bawah bantal kepada Jungkook. "Tolong oleskan di bagian yang merah-merah ya. Biar cepat sembuh."

Jungkook mengerling ketika Rochely begitu sigap mengangkat kedua kaki jenjangnya tinggi supaya wanita itu dapat mengangkang dengan sempurna.

"Keintimanmu merah sekali." Jungkook meniup sekilas kewanitaan Rochely nan terlihat semerah delima yang disebabkan oleh dirinya. Lalu pria muda itu mendongak dan mengerutkan bibirnya ke arah Rochely. "Maafkan aku ya."

Rochely hanya mengangguk pasrah manakala di bawah sana timbul sensasi dingin dan cekat-cekit berkat salep yang dioleskan oleh Jungkook dengan penuh kehati-hatian pada kedua labianya.

"Aunty..." Panggil Jungkook di sela-sela aktivitasnya. "Apakah aku boleh bertanya?"

"Sure," Jawab Rochely sembari memejamkan matanya lantaran berusaha menahan rasa perih dibarengi dengan tubuhnya yang terus menggeliat gelisah.

Setelah Jungkook menyelesaikan tugasnya, ia mendaratkan beberapa kecupan hangat di paha dalam Rochely. Kemudian kembali mendongak ke arah sang hawa untuk bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi di antara cucu teman kakek Park denganmu?"

Rochely menghela napas kasar sebelum menanggapinya dengan malas. "Ceritanya panjang."

Si pria Jeon mengulum bibir selama beberapa sekon, lantas menyemburkan napas panjang di antara kedua paha Rochely sebelum akhirnya wanita itu menurunkan kakinya hingga tidak lagi mengangkang.

"Aku memiliki banyak waktu untuk mendengarkan ceritamu," ucap Jungkook sewaktu mengambil beberapa lembar tisu di meja nakas samping ranjang.

Rochely kemudian mendadak memalingkan wajahnya guna mencoba menahan getar kesedihan di dada. "Bukannya aku tidak ingin bercerita. Hanya saja aku masih merasa belum siap untuk menceritakannya kepada siapapun."

Diselimuti rasa penasaran yang luar biasa, Jungkook menatap lekat wajah sang hawa sebelum kembali bertanya. Sekalipun mengetahui bahwa Rochely dilanda rasa tidak nyaman oleh percakapan tersebut.

"Seburuk itukah kenangan yang ada di antara kalian?" Tanya Jungkook seraya mengelap jemarinya yang lengket lantaran dipenuhi krim salep dengan tisu.

Rochely hanya mengangguk sembari tersenyum getir, lalu menepuk pahanya pelan; memberi isyarat agar Jungkook merebahkan kepalanya di pahanya.

Paham dengan kode yang diberikan oleh sang hawa, tanpa menunggu waktu lama Jungkook langsung merebahkan kepalanya di paha Rochely, lalu memejam lembut sembari bertanya, "Apa pria itu merupakan tipe idealmu?"

"Pada awalnya iya, tapi setelah semakin mengenalnya, ternyata dia sangat jauh dari tipe idealku," jelas Rochely lirih. Sejujurnya, kalau boleh memilih, ia tidak ingin membahas hal-hal yang telah terjadi di masa lalunya itu.

Jungkook menghela napasnya sejenak sebelum mengarahkan atensi ke arah paras Rochely yang tengah bersandar pada kepala ranjang. "Memangnya tipe pria ideal aunty itu seperti apa?"

Jelas seorang pria dengan lengan berurat dan perut penuh otot, "Aku menyukai pria yang tulus, dapat diandalkan, dan lemah lembut tapi tetap tangguh," jawab Rochely dengan maniknya yang ia arahkan ke sudut kamar.

Jungkook lantas menangkupkan telapak tangannya pada satu pipi Rochely nan mendadak memerah. Meminta sang hawa untuk memfokuskan atensi hanya kepadanya. "Apakah aku masuk ke dalam tipe idealmu?"

"Entahlah." Rochely mengaitkan manik hazelnya ke arah manik bambi sang keponakan, hingga kini netra keduanya berpaut. "Kau terlalu muda untukku, Jung."

Ucapan Rochely bagai panah api yang menghujam jantung Jungkook. Ia pun tertohok, bagaikan ditolak secara halus oleh sang bibi. Jungkook pun memilih bungkam dengan wajahnya yang nampak dongkol.

"Kenapa mendadak diam?" Tanya Rochely seraya mengusap surai hitam legam Jungkook yang sukses membuat pahanya geli lantaran rambut tersebut bergesekan langsung dengan kulitnya. "Coba katakan kepadaku." Rochely menaikan sebelah alisnya, ia menantang Jungkook untuk berkata jujur. "Apakah kau kecewa dengan jawabanku?"

Jungkook mengangguk dengan mata bulatnya yang berbinar serta bibirnya yang terus merengut. "Andai saja aku lahir lebih dulu darimu. Namun sayangnya saat Aunty lahir, aku masih berada di bagian tubuh papaku. Masih menjadi sperma."

Seketika Rochely tertawa geli sembari mengangkat dan menggerakkan pelan paha sebelah kanannya yang mulai kesemutan. Mengetahui ketidaknyamanan sang hawa, dengan secepat kilat Jungkook merubah posisinya. Ia kini duduk menghadap Rochely seraya mengaitkan tatapan sendunya.

Jemari Rochely menggelitik kecil dagu Jungkook, berusaha untuk menghiburnya. "Jangan menyesali hal yang sudah terjadi. Kita tidak bisa memilih kapan kita lahir dan dimana keluarga kita dilahirkan. Bersyukurlah kau lahir dan dibesarkan di keluarga yang dapat memenuhi segala kebutuhanmu tanpa pernah kekurangan apapun."

Jungkook hanya mengangguk-anggukan kepalanya, lalu mengulum senyum sembari menunduk ke bawah dengan kedua tangannya yang terus ia mainkan selagi mendengar nasehat dari Rochely.

"Dasar bayi!" Pekik Rochely yang merasa sangat gemas dengan tingkah laku sang keponakan, sampai wanita itu tidak dapat menahan untuk tidak mencubit pipi gembil Jungkook dengan kedua tangannya.

Sontak Jungkook mendesah pelan sebelum akhirnya menatap lekat-lekat wajah Rochely dengan bibirnya yang terus mengerucut maju. "Apa aku terlihat seperti bayi?"

Rochely lantas mengangguk antusias seakan ia sangat setuju dengan pertanyaan yang merupakan sebuah pernyataan baginya. "Selain wajahmu, kelakuanmu pun masih sama seperti bayi. Kau selalu merengek, juga seringkali merajuk jika lawan bicaramu tidak memberikan atensi penuh pada saat kau sedang menunjukkan sesuatu hal kepada mereka."

"Hm..." Jungkook melipat bibir protes. Walaupun begitu ia sama sekali tidak menyanggahnya, sebab ucapan Rochely itu seratus persen akurat dalam menggambarkan dirinya. "Aku adalah bayi super yang diciptakan khusus untukmu. Bayi yang dapat membuatmu menjerit, mengompol, gemetaran hebat, dan bahkan mengangkat punggungmu hanya dengan lidah dan jari ajaibku. Benar begitu?"

Rochely mengangguk sembari terkekeh. "Kau adalah bayi superku, Jung."

"Aku berjanji tidak akan menidurimu dengan kasar lagi. Di lain waktu, aku akan menidurimu dengan pelan dan penuh cinta di setiap hentakannya," Jungkook berbisik dengan suara rendahnya, ditambah tatapan matanya begitu mesra dengan posisi keduanya yang sangat intim.

Tidak dapat dipungkiri jika aksi dan kata-kata manis yang diucapkan Jungkook mampu mengusik pikiran Rochely hingga membuat hatinya berdebar.

Awalnya wanita Park itu berasumsi bahwa Jungkook hanya menganggapnya sebagai 'aunty with benefit' atau sebagai batu loncatan agar kemampuan dalam permainan seks sang keponakan bertambah. Namun setelah menelaah lebih lanjut mengenai berbagai hal yang telah dilakukan serta diutarakan Jungkook kepadanya, sepertinya dugaannya selama ini salah.

Dalam keheningan yang menguasai kamar, Jungkook menatap sang hawa begitu lembut tetapi seakan dipenuhi cinta dan hasrat yang membara, sampai denyut nadi Rochely kian melonjak. Wanita itu yakin seratus persen jika pandangan tersebut hanya Jungkook berikan padanya seorang.

"Koo?" Rochely memanggil Jungkook, seakan tengah menuntut sebuah kejelasan. "Kenapa memandangiku begitu?"

Jungkook memiringkan kepala sesaat, agaknya ia kebingungan. "Memangnya bagaimana?"

Tatapan mendamba dan penuh kekaguman, bodoh! Batin Rochely yang tidak dapat ia suarakan.

"Koo..." Lagi-lagi Rochely memanggil sang keponakan. Namun kali ini wanita itu menjedanya cukup lama, lantaran diselimuti keraguan selama kurang dari enam detik. "Apakah kau menyukaiku?"

Dengan penuh keyakinan Jungkook menggelengkan kepalanya.

"Aunty salah," sangkal Jungkook. "Pertanyaannya bukan seperti itu."

"L-lalu?" Tanya Rochely yang tiba-tiba saja tergagap.

Jungkook lantas memamerkan senyum kelincinya, sungguh manis sekali. "Apakah kau mencintaiku? Seharusnya pertanyaannya seperti itu."

Rochely tertunduk diam. Ia tidak segera membuka mulut untuk membalas, sebab dihantam dentum detak jantungnya nan bertalu hebat bukan main. Bahunya turut menegang dengan sepasang netranya bedenyar gelisah. Tidak menyangka bahwa Jungkook akan berkata seperti itu padanya.

"Kalau pertanyaannya begitu, maka jawabanku adalah iya. Aku mencintaimu." Jungkook kembali membuka suaranya. Membuat Rochely
kembali meluruskan pandangannya ke arah Jungkook dengan terkesiap.

Sontak wanita bermarga Park itu mengerjap guna membuyarkan lamunan. Berupaya mengumpulkan berbagai macam respon terbaik, meski dengan alunan vokal yang terdengar bergetar dan tergagap. "S-sejak kapan?"

"Aku pun tidak tahu pasti, yang jelas aunty adalah cinta monyet serta cinta pertamaku," jawab
Jungkook, lalu mengeluskan jemari dinginnya pada lutut Rochely. Sentuhan Jungkook berhasil menyentak tiap syaraf wanita Park itu, membuat tubuhnya kian goyah dan menegang.

"Tidak mungkin..." gumam Rochely dengan napasnya yang tercekat. Oksigen di sekitarnya bagaikan lenyap begitu saja, hingga ia kesulitan untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen baru.

Jungkook memangkas jarak tubuhnya dengan Rochely. Tubuh wanita itu pun semakin meremang.
"Mungkin ini terdengar sangat gila bagi orang lain, mengetahui fakta bahwa aku mencintai bibi tiriku sendiri. Namun bagiku, memiliki perasaan cinta kepadamu bukanlah sesuatu yang memalukan. Aku senang akhirnya bisa mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan perasaanku ini."

"Tapi..." Rochely menelan liurnya guna membasahi tenggorokannya yang tercekat dan kering sembari mempersiapkan diri untuk merangkai kata. "Kenapa harus aku? Bukankah kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau inginkan, selain diriku."

Rochely lantas memaku, menanti jawaban Jungkook. Wanita itu betul-betul tidak memberikan jawaban atau bahkan setidaknya memperlihatkan gelagat yang menandakan bahwa Jungkook tidak pantas untuk mencintainya lantaran hubungan 'bibi dan keponakan tiri' mereka yang begitu menyulitkan. 

Kedua mata penuh binar dipertemukan, pun senyum dilemparkan sebelum Jungkook kian mengikis jarak mereka menjadi lebih dekat untuk membisik, "Jika hatiku hanya menginginkanmu, lantas apa yang harus aku lakukan?"

Tok
Tok
Tok

"Rochely, buka pintunya nak. Daddy ingin bicara."

Belum sempat Rochely menjawab, suara ketukan pintu terlanjur mengganggu obrolan serius keduanya. Suasana sendu di kamar tidur Rochely kini berubah menjadi gaduh. Membuat sepasang insan itu terlonjak kaget sampai jantung mereka hampir berhenti bekerja di dalam sana begitu mendengar suara Yoo yang menyapa pendengaran mereka.

TBC






***
20 April 2022

Continue Reading

You'll Also Like

758K 75.8K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
88.1K 9.8K 63
Hal yang paling disesali Qi Chen dalam hidupnya adalah pergi ke pesta ulang tahun pengusaha Han Wenxi. Sayangnya, dia dibius, main mata dengan pria t...
364K 9.5K 32
Warning : hanya untuk 18+ keatas! Apa kau akan menghukumku dan mengikatku jika aku tak menuruti perkataanmu... Aku tau tanpamu aku tak akan bisa menj...
405K 1.3K 6
Setelah bertahun-tahun lamanya Arya memendam hasratnya, akhirnya bisa mengeluarkan semuanya yang ia dapatkan informasinya pada seorang gadis sekaligu...