Detective Kim | Kim Sunwoo (o...

By Jstminegrint

9.9K 1.5K 1.2K

Case #1 : District 8269 (end✅) Case #2 : The Phantom Killer (on going) *** "Jung Chaeri, can I bite you?" ***... More

Trailer
District 8269 : 1
District 8269 : 3
District 8269 : 4
District 8269 : 5
District 8269 : 6
- 12 Points in The District 8269 Case -
District 8269 : 7
District 8269 : 8
District 8269 : 9
- 10 Points in The District 8269 Case -
District 8269 : 10
District 8269 : 11
District 8269 : 12
District 8269 : 13
District 8269 : 14
District 8269 : 15
District 8269 : 16
Districk 8269 : 17
District 8269 : 18
District 8269 : 19
District 8269 : 20 (End)
District 8269 🔞 Version [full]
New Case
The Phantom Killer : 1
The Pantom Killer : 2

District 8269 : 2

552 99 171
By Jstminegrint


Seseorang menekan bel rumah beberapa kali. Sunwoo yang sedang mengetikan sesuatu di laptopnya langsung berhenti saat mendengar bunyi bising itu. Ia berjalan mendekati pintu, melihat dari layar dan menatap datar pintu di depan. Seorang pria.

"Siapa?" kata Sunwoo.

Orang itu memperlihatkan kartu namanya, seorang detektif. Namanya Choi Yeonjun.

Sunwoo membuka pintu, membiarkan pria itu masuk ke dalam.

"Di mana Chaeri?" kata Yeonjun.

Sunwoo menaruh gelas minumannya ke meja, "Kau ini tidak memiliki sopan santun, ya? Ini rumahku."

"Kau hanya orang yang dipilih untuk menggantikanku Detektif Kim," peringat Yeonjun dengan nada menyebalkan. "Lagi pula ini bukan rumahmu yang sebenarnya."

"Dimana Agen Jung Chaeri? Ada yang ingin kubicarakan dengannya," kata Yeonjun lagi.

Sunwoo menatap Yeonjun yang sekarang duduk di sofa, "Haruskah aku masuk ke kamarnya, membangunkannya dan membantunya untuk bersiap?"

Merasa tidak setuju pdengan perkataan Sunwoo, Yeonjun berdiri memanggil Chaeri, "Jung Chaeri!"

Sunwoo mendengus lalu tertawa melihat sikap Yeonjun.

"Yeonjun?" Chaeri membuka pintu kamarnya dan tersenyum.

"Hai, Chaeri!" Yeonjun ikut tersenyum.

Chaeri berlari memeluk Yeonjun, "Astaga aku sangat merindukanmu! Kau baru sampai?"

Yeonjun tersenyum ketika wanita itu memeluknya erat, dia menatap Sunwoo tajam. "Ya, aku baru sampai."

***

Rumah yang terlihat damai di luar terasa berbeda ketika sudah berada di dalam. Siang itu diadakan rapat penting antara Sunwoo, Chaeri dan Yeonjun. Ketiganya duduk bersama diantara meja bundar sambil menikmati sarapan mereka masing-masing. Bahkan Chaeri sudah mengganti pakaiannya agar terlihat lebih segar.

"Dia Detektif Kim Sunwoo," kata Chaeri pada Yeonjun. "Orang yang menggantikan tugasmu untuk kasus ini."

"Ya, aku tahu," Yeonjun menatap Sunwoo sekilas lalu kembali menatap Chaeri, "Maaf aku tidak bisa membantumu, Chaeri."

"Tak masalah," kata Chaeri. "Aku akan berusaha yang terbaik. Lagi pula aku tahu akhir-akhir ini kau sibuk, Yeonjun."

"Terima kasih telah mengerti keadaanku," kata Yeonjun. Dia melihat Sunwoo yang sedang menatapnya sinis.

Yeonjun melempar buku di depan muka Sunwoo. "Itu adalah kasus yang harusnya aku tangani. Aku berikan ini pada kalian dan berharap kalian bisa menyelesaikannya dengan cepat. Terutama kau Detektif Kim."

Sunwoo mendengus padanya, "Sepertinya kau sangat tidak menyukaiku. Apa karena aku tinggal dengan pacarmu di sini?"

Yeonjun menatap Sunwoo jengkel, "Kalau kau menyentuh Chaeri satu jengkal saja, aku akan membunuhmu."

Sunwoo tertawa, "Chaeri! Kau belum memberitahunya soal kita-mmph!"

Chaeri menutup mulut Sunwoo dengan roti ditangannya. Dia tertawa canggung melihat Yeonjun, "Haha! Omong kosong apa yang dia katakan?"

"Apa maksudmu?" tanya Yeonjun bingung.

Sunwoo terpaksa memakan roti itu meski dia bersusah payah menelannya.

"Tidak! Tidak ada!" kata Chaeri menetralkan wajahnya yang gugup. "Jadi, apa yang harus aku pelajari dari kasus ini? Bisa kau jelaskan?"

Yeonjun menghela nafas, dia mencoba melupakan obrolan janggal ini.

"Distrik 8269 adalah salah satu distrik terpencil, kau bisa melihat di mana tempatnya di buku laporan itu." Yeonjun bercerita, "Distrik itu dihuni oleh orang-orang berdarah campuran korea-tionghoa.

"Kepolisian mendapatkan sebuah kabar soal pemadaman lampu di distrik itu beberapa waktu lalu. Bukan hanya pemadaman lampu yang dilakukan serentak, tapi keheningan di sana menggundang kecurigaan yang besar. Terlihat seperti kota yang mati, tidak ada kehidupan.

"Polisi akhirnya menyelidiki hal ini dan menemukan sesuatu yang mengejutkan. Darah bercecer di sepanjang jalan menuju pura dan klenteng. Banyak mayat berserakan dan ditemukan membusuk dengan kondisi mengenaskan. Beberapa mayat juga ditemukan di beberapa rumah, dan hampir tidak ada orang yang selamat."

"Pembunuhan berantai," gumam Chaeri.

"Benar," kata Yeonjun. "Belum diketahui motif pelaku melakukan ini. Polisi juga sedang menyelidiki sejak kapan pembunuhan ini terjadi. Namun satu hal yang perlu kalian tahu, di beberapa mayat ditemukan sebuah luka cakaran seperti binatang buas. Dan aku sangat meyakini ini bukan perbuatan manusia."

"Vampir," kata Sunwoo.

Yeonjun menatap Sunwoo dan mengangguk, "Itulah kenapa Detektif Kim ditunjuk melakukan investigasi ini, karena dia juga memiliki darah seorang vampir. Aku sangat mengharapkan kemampuanmu dalam menyelidiki kasus ini, Detektif Kim."

"Tentu saja akan aku lakukan dengan baik," kata Sunwoo dengan nada angkuh sambil mengedikan bahu.

Chaeri menatap Sunwoo kesal lalu kembali melihat Yeonjun, "Aku akan mempelajari kasus ini dengan baik, Detektif Choi." Dia tersenyum.

"Aku percaya padamu Chaeri," Yeonjun tersenyum sambil memegang tangan Chaeri.

Sunwoo yang melihat itu memutar bola matanya.

"Oh ya, mau kutemani ke tempat kejadian?" tawar Yeonjun.

Chaeri tampak berfikir, "Aku-"

"Aku akan pergi bersamanya," Sunwoo merangkul Chaeri. "Jangan khawatir, kami akan baik-baik saja. Itu benar 'kan, Agen Jung? Kau ada bersamaku, jadi bilang pada temanmu yang sombong ini, aku bisa menjagamu."

Yeonjun menatap Sunwoo, "Aku baru menyadari kau berbicara informal padaku sejak tadi."

"Aku seratus tahun lebih tua dari kalian," kata Sunwoo tak mau kalah.

Yeonjun membuang wajah kesal lalu menatapnya, "Jung Chaeri, entah kenapa aku sangat membenci rekan kerjamu."

"Yeonjun, kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku dan Detektif Kim akan pergi ke sana bersama," Chaeri mendorong Sunwoo. Dia berdiri dan berjalan menuju kamar, " Dan kau Detektif Kim, tunggu sebentar...aku akan bersiap."

"Aku tunggu di mobil Agen Jung," Sunwoo tersenyum penuh kemenangan.

***

Terparkir sebuah mobil berwarna hitam di depan gerbang. Chaeri dan Sunwoo turun dari sana dan menatap ke atas, sebuah papan bertuliskan 'Distrik Keberuntungan 8269' yang dicoret dengan sebuah cat tembok berwarna merah dengan garis silang. Di sana kembali dituliskan dengan sengaja, 'Distrik 4'.

Chaeri menyipitkan matanya saat membaca papan itu.

"Distrik 4," kata Sunwoo dengan kacamata hitam di matanya. "4 adalah angka sial bagi orang tionghoa."

Chaeri terdiam beberapa saat ketika mendengar jawaban Sunwoo. Dia masuk ke dalam dan memantau setiap daerah yang diberi garis polisi. Dilihatnya lamat-lamat jalan yang ia pijaki, setiap noda merah di sana belum hilang. Jejak-jejak darah itu membawa mereka ke depan sebuah pura yang juga diberi garis polisi. Pura itu menjulang tinggi, bahkan Chaeri harus mendongak ke atas untuk melihat ujung kepala bangunan tua itu.

"Distrik ini dibangun sejak 1999," cerita Sunwoo. "Pura ini adalah bangunan pertama di sini, dan sangat dihormati oleh beberapa orang."

Chaeri memasukan tangannya ke saku. Dia membalikan badan, melihat bangunan lain yang terbuka pintunya. Sebuah gedung serba guna.

Chaeri melihat Sunwoo berdiri di sampingnya, "Aku baru tahu seorang vampir bisa bekerja di siang hari," kata Chaeri sambil berjalan mendekati gedung bercat putih itu. "Kukira kalian takut dengan matahari."

"Aku kira kau sudah tahu banyak soal vampir, mengingat pacarmu adalah seorang berdarah vampir juga." Sunwoo berjalan santai di belakangnya. Pandangannya mengarah pada punggung Chaeri yang semakin menjauh, "Ternyata kau memang benar-benar tidak mengenal pacarmu dengan baik, ya."

Chaeri menghentikan langkahnya, dia menatap Sunwoo seolah dia tak terima dengan sindiran itu.

"Apa? Kau kesal?" kata Sunwoo.

Chaeri tak mengubrisnya dan kembali berjalan mengikuti instingnya. Dia masuk ke dalam gedung, membiarkan setiap udara di ruangan keluar ketika dia membuka pintu lebar-lebar. Seolah menyambutnya, aroma amis darah tercium kuat ketika mereka berada di tengah ruangan.

"Wah," Chaeri tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Darah menyelimuti semua lantai, bahkan panggung di depan seperti baru saja tersiram darah segar. Ketika dia mendongak ke atas, puluhan meter di atas sana terdapat lampu yang rusak, semua benda mati yang terpajang di sini menjadi saksi bisu sebuah kejadian mengerikan.

"Ini bukan pembunuhan berantai," kata Chaeri. "Ini pembantaian."

Sunwoo melepaskan kacamatanya. Pria itu berpacu melihat setiap sudut ruang untuk mencari sesuatu hal yang menarik. Bangku-bangku gereja yang berdiri di sana juga terlihat kotor. Sunwoo menyentuh permukaan kursi dan mencium sesuatu hal yang lain-bau vampir. Dia membuka mata dan menajamkan penglihatannya, Chaeri bisa melihat mata hitam itu berubah menjadi merah. Bahkan lebih pekat dari darah yang tak sengaja Chaeri injak.

"Laki-laki itu benar," kata Sunwoo. "Ini semua ada campur tangan vampir."

"Kau bisa melihat masa lalu?" tanya Chaeri.

"Tidak, aku mencium aroma mereka."

Chaeri terdiam, ia menatap ke arah panggung di atas. Wanita itu menaiki tangga dan berdiri menghadap ke Sunwoo. Chaeri membayangkan banyaknya mayat yang jatuh ke lantai, dan sekeji apa perbuatan mereka terhadap para korban. Ia menyentuh kepala mic, bunyi keras terdengar jelas ketika dia menyentuhnya.

Sunwoo berkata, "Itu masih menyala."

"Ada sesuatu yang terjadi sebelum pembunuhan itu terjadi," Chaeri membuat kesimpulan.

"Kau berlagak seperti detektif sungguhan," Sunwoo mengejeknya.

"Dan kau seperti bukan detektif sungguhan," kata Chaeri.

Chaeri turun ke bawah dan kembali melihat sekitaran. Pandangannya tertuju pada sebuah meja, ada sebuah benda yang berkilau ketika cahaya matahari menyorotnya. Chaeri mengusap permukaan itu dan meringis, "Aw!" dia melihat jarinya terluka karena ternyata benda yang berkilau itu adalah sebuah cermin yang pecah.

Sunwoo berjongkok, dia menemukan pecahan cermin yang lain di bawah meja.

"Kau tidak apa-apa?" Sunwoo berdiri dan mendekati Chaeri.

Chaeri menatap Sunwoo bingung, "Aku ingin bertanya satu hal."

Sunwoo berdiri di depannya menunggu.

"Kenapa kau bisa menahannya?" Chaeri menunjuk Sunwoo dengan jarinya yang berdarah. "Apakah semua ini terlalu mudah untukmu?"

Sunwoo terdiam beberapa saat. Darah Chaeri menetes ke lantai. Pupil Sunwoo melebar, dia meneguk ludah.

"Sebenarnya," Sunwoo mengambil tangan wanita itu. "Aku memang sudah cukup hebat menahan aroma darah manusia selama ini. Tapi aku baru tersadar," dia mendekatkan bibirnya ke telunjuk Chaeri dan menjilat darah yang mulai menetes lagi. "Semuanya terkecuali untukmu."

Chaeri membeku ketika melihat apa yang dilakukan pria itu terhadapnya.

"Jung Chaeri, bagaimana ini?" Sunwoo menatap Chaeri dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku jadi lapar."

Chaeri meneguk ludah lalu menarik tangannya. Ia keluar dari ruangan meninggalkan Sunwoo yang masih saja berdiri di sana, "A-aku harus membeli plester."

Sunwoo melihat punggung itu menjauh.

***

Jarum jam menunjuk angka sembilan malam. Yeonjun baru saja bicara dengan Kepala Kang soal kasus pembantaian distrik tionghoa yang dipegang Chaeri dan Sunwoo. Usai memberikan berkas dan beberapa hal lainnya, dia keluar dari ruangan dan tak sengaja bertemu dengan Karina. Di kantor Karina memang menjabat menjadi sekertaris Ketua Kang, jadi tak aneh kenapa Yeonjun bisa mengenal wanita itu dengan baik. Selain itu pun, Karina adalah teman Jung Chaeri.

"Detektif Choi," sapa Karina yang hendak membereskan meja kerjanya. "Lembur lagi?"

"Sekertaris Yu," Yeonjun tersenyum. "Anda benar, saya sedang sibuk sekarang."

"Sudah saya bilang panggil nama saja~" kata Karina dengan nada riang. Dia memasukan beberapa barang ke tas sebelum berdiri mengikuti Yeonjun keluar.

"Mau pulang bersama?" tawar Yeonjun.

"Bolehkah?"

Yeonjun mengangguk semangat, "Tentu saja!"

"Baiklah, mohon bantuannya Detektif Choi~"

Di dalam mobil, Yeonjun sengaja menyalakan lagu untuk Karina. Dia berkata kalau musik bisa menghidupkan suasana, dan Karina cukup menghargai usahanya itu.

"Ngomong-ngomong, anda yang memberikan kasus itu ke Jung Chaeri dan Detektif Kim?"

"Ya itu benar," kata Yeonjun. "Saya sangat mempercayai Chaeri. Saya yakin dia bisa menyelesaikan kasus ini. Chaeri mungkin akan merasakan kesulitan di awal karena kasus ini berat, tapi dia pasti bisa melewatinya dengan baik."

"Jangan khawatir, saya akan membantu Chaeri menangani kasus ini."

"Terima kasih Karina," kata Yeonjun.

Karina menatap Yeonjun lalu tersenyum.

"Ah ya, apakah saya boleh bertanya sesuatu?" tanya Yeonjun lagi.

"Tentu, ada apa?"

"Kenapa Chaeri dan Detektif Kim Sunwoo tinggal bersama? Bukankah kalian bisa memisahkan mereka? Maksud saya, saya sebagai teman Chaeri sangat khawatir," kata Yeonjun. "Kurang etis kalau seorang wanita dan pria tinggal di atap yang sama, dengan status sebagai rekan kerja."

"Tenang saja Detektif Choi," Kata Karina, "Saya yakin baik Jung Chaeri dan Detektif Kim Sunwoo, mereka pasti bisa menjaga profesionalitas dengan baik. Lagi pula belum ada keluhan dari kedua belah pihak terkait hal ini, jadi saya belum bisa memutuskan apakah mereka harus tinggal berpisah atau tidak."

Yeonjun terdiam beberapa saat, "Begitukah? Baiklah, saya akan berusaha mempercayaimu."

Karina tersenyum pada Yeonjun. "Terima kasih karena telah memberikan saya kepercayaan soal hal ini, Detektif Choi."

***

"Mungkin kasus pembunuhan seperti ini baru pertama kali kau tangani, Agen Jung," kata Sunwoo memimpin rapat esok paginya di rumah. "Selama ini kau hanya menangani konflik sosial selama bekerja sebagai agen rahasia NS di berbagai negara lain, dan di sini kau mendapatkan tantangan menangani kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang vampir.

"Aku tahu kau cukup cerdik menghadapi masalah baru, bahkan kau pandai menerima hal baru dan menjaga keprofesionalanmu. Namun di sini, aku yang memimpin kasus. Dan kasus yang sedang kita hadapi ini mungkin akan sulit dari kelihatannya. Oleh karena itu aku berharap kita bisa saling membantu sama lain."

Punggung Chaeri menyentuh badan kursi, dia menyimak. "Aku akan berusaha yang terbaik."

"Baguslah," Sunwoo mengambil sebuah laser-pointer di meja. Dia menunjuk beberapa foto yang terpajang di papan dengan benda itu. "Kau bisa lihat semua ini bukan? Distrik 8269 dibangun pada tahun 1999 oleh tiga pejabat penting. Yang pertama adalah Presdir Hwang Jinhwang, dia pemilik resmi perusahaan Micro-est. Dan dia sangat menyukai wanita. Yang kedua adalah Dokter Min Gahyeong, dia memiliki beberapa rumah sakit besar. Dia pernah terlibat satu kasus penggelapan dana. Dan yang terakhir ialah Jung Baek, dia adalah adik tiri Hwang Jinhwang. Jung Baek mendirikan perusahaannya sendiri yang bernama TM Crop, yaitu perusahaan peminjaman dana legal yang diperuntukan untuk orang tidak mampu sebagai modal usaha. Sebelum kita mendiskusikan terkait masalah kita ini, aku ingin mengenalkanmu dengan sosok yang harus diwaspadai untuk saat ini." Sunwoo menunjuk foto terbawah, "Kepala Polisi Ji Taekhyeon, untuk saat ini adalah pimpinan Detektif Choi Yeonjun, temanmu."

Chaeri cukup terkejut setelah mendengar nama Yeonjun.

"Detektif Choi Yeonjun memang memberikan kasus ini pada kita karena dia menaruh curiga dengan pimpinannya sendiri, Ji Taekhyeon," Karina yang entah sejak kapan berada di sana memasuki obrolan. "Itulah kenapa kasus ini sangat rahasia, karena Kepala Polisi Ji Taekhyeon tidak mengetahui apa pun soal ini."

"Sejak kapan kau di sini?" kata Chaeri pada Karina. "Kau tahu kata sandi rumah ini?"

"Tentu saja," kata Karina. "Karena aku yang membeli rumah ini untuk kalian."

Chaeri menatapnya tak percaya, "Tapi kau membiarkan pintu kamar mandi rusak."

"Oh benarkah? Aku akan memanggil orang untuk memperbaikinya."

Chaeri menghela nafas, "Masuk ke topik lagi, jadi Yeonjun melakukan ini diam-diam?"

"Dia melakukannya untuk mencari tahu kebenaran apakah Kepala Polisi Ji Taekyeon ada hubungannya dengan semua ini atau tidak," Karina meminum minuman di depannya. "Apa ini? Baunya amis sekali."

"Itu darah sapi-sarapanku," kata Sunwoo. "Kau menyukainya?"

Karina segera berlari menuju westafel dan memuntahkan semua yang ada di mulutnya.

Melihat hal itu Chaeri hanya menggelengkan kepalanya. Dia berbalik melihat Sunwoo, "Jadi apa rencanamu selanjutnya agar kita mendapatkan petunjuk pada pelaku?"

Sunwoo menopang dagu dengan kedua tangannya, "Tentu saja memanfaatkan keahlianmu, Agen Chaeri."

Chaeri menatapnya bingung.

"Mendekati lawan," desis Sunwoo dengan sorot mata misterius.

Usai memuntahkan semuanya, Karina berseru sambil menunjuk langit. "Aku sudah menyiapkan semuanya!"

Chaeri semakin bingung, "Apakah kalian berdua sudah merencanakan semua ini di belakangku sebelumnya?"

***

Keluar dari mobil mewah sambil menggandeng lengan Sunwoo, Chaeri menatap atap gedung dengan mata berambisi. Keduanya masuk ke dalam gedung berkarpet merah dengan percaya diri. Mereka berbaur dengan ramainya orang yang sedang mengacungkan minuman mereka ke atas langit. Sebuah pesta yang diadakan untuk orang-orang penting, pesta ini juga mengundang para pelaku yang disebutkan Sunwoo tadi di rumah.

Chaeri menggunakan gaun berwarna biru tua yang cantik, sementara Sunwoo memakai jas hitam yang menarik. Semua ini telah dipersiapkan Karina dari jauh-jauh hari. Dan sekarang adalah waktunya menyihir setiap atensi semua orang!

Chaeri menyapu pandang pada semua orang, ribuan gaun dan jas mewah berlalu lalang seperti kumpulan semut. Mereka membawa gelas alkohol dan menimati musik di lantai dansa. Sunwoo dengan insting tajamnya mencoba mencari seseorang, dia menemukan Dokter Min Gahyeong sedang berbaur dengan para tikus berdasi di meja makan. Sunwoo membaca pikiran semua orang selama beberapa detik.

"Semua yang terlibat di pesta ini," kata Sunwoo. "...adalah orang-orang brengsek."

Chaeri menatapnya sekilas, mata Sunwoo berapi-api. Dia berbisik, "Bisakah kau menahan dirimu sendiri? Kau tahu 'kan? Tidak semua orang di dalam ruangan ini adalah manusia. Sebagian mereka adalah vampir dan keturunan manusia serigala." Chaeri bisa melihat tatapan menusuk dari sebagian orang yang berdiri di depannya.

Sunwoo kembali berjalan, dengan Chaeri yang masih merangkul lengannya.

"Aku ingin bertanya sesuatu hal," bisik Sunwoo pada Chaeri. "Apa hubunganmu dengan Detektif Choi sebenarnya?"

Chaeri ikut berbisik dan mencoba tersenyum pada semua orang yang ia lewati, "Bisakah kita fokus dengan pekerjaan kita dan melupakan masalah pribadi?"

"Ini hanya pertanyaan mudah," kata Sunwoo. "Kau bisa menjawabnya dengan cepat."

Chaeri menghela nafas dan menjawab ketika mereka berpindah tempat, "Detektif Choi adalah teman sekolahku. Hanya itu."

"Dia menyukaimu," kata Sunwoo datar. "Apakah kau tahu?"

"Dia tidak menyukaiku," jawab Chaeri dengan tegas.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Apakah kau membaca pikirannya?" kata Chaeri.

Sunwoo terdiam, "Sebenarnya ada sesuatu yang aneh. Entah kenapa aku tidak bisa membaca isi kepala orang itu."

"Itu bukan hal yang aneh," kata Chaeri. "Tidak semua orang bisa kau baca pikirannya begitu saja."

"Aku hanya membaca pikiran orang-orang naif," Sunwoo melirik pada Chaeri sekilas. "Sepertimu."

Chaeri menatapnya kesal, "Aku benar-benar sedang tidak mau bertengkar."

"Terakhir kali kau mengajakku bertengkar, kita malah berciuman di hotel dan kau memintaku untuk menidurimu yang sedang mabuk obat perangsang," kata Sunwoo lagi.

Chaeri melepaskan tangannya dari lengan Sunwoo lalu pergi.

"Kau marah?" Sunwoo tertawa. "Kupikir kau bisa menjaga keprofesionalitasmu saat bekerja denganku.

"Tidak!" kata Chaeri. "Aku benar-benar tidak marah!"

Sunwoo mengambil tangan Chaeri dari belakang dan berkata tepat di telinga, "Kau berbohong."

Chaeri membeku di tempat dengan wajah memerah.

"Detektif Kim!" seru seseorang dari seberang.

Chaeri refleks mengambil tangannya kembali dan berdiri di samping Sunwoo.

"Oh, kalian!" kata Sunwoo dengan ekspresi canggung. Ini aneh, baru pertama kali Chaeri melihat pria semenyebalkan ini bisa memasang wajah seperti itu.

Para wanita yang memanggil namanya itu mendekati Sunwoo. Sebagian dari mereka merangkul, mengambil tangan pria itu, dan memeluk dengan pakaian ketatnya. Mereka mengerumuni pria itu seperti para tikus yang menemukan makanannya. Seharusnya mereka tahu makanan yang mereka temukan ini apakah beracun atau tidak, begitu pikir Jung Chaeri. Karena dia tahu betul, Sunwoo adalah orang yang berbahaya.

"Sunwoo apa kabar?"

"Kau jadi semakin tampan!"

"Aku benar-benar merindukanmu," kata salah satu wanita sambil memeluk pinggang Sunwoo.

"Ah, siapa ini? Apakah dia pacarmu?" salah satu dari mereka menatap Chaeri tajam.

"Dia," kata Sunwoo.

"Saya hanya temannya," kata Chaeri sambil tertawa. "Haha! Nikmati pestanya gadis-gadis! Aku pamit dulu."

"Yeah!" teriak mereka bersamaan lalu kembali mengerumuni Sunwoo.

Sunwoo yang sudah terjebak hanya bisa melihat punggung Chaeri menjauh. "Tapi aku..."

Dia melihat Chaeri yang sedang menatapnya dengan tatapan puas.

Chaeri berjalan melewati beberapa orang, "Kau pasti menikmati pestanya."

"Kau sengaja melakukannya, 'kan?" suara Sunwoo terdengar lewat benda di telinga Chaeri.

"Wah," Chaeri berhenti melangkah dan melihat sesosok pria yang sedang duduk bersama kumpulan wanita. "Hwang Jinhwang, kau bilang dia menyukai wanita, 'kan?"

Sunwoo di tempat yang berbeda melihat Chaeri. "Jangan melakukan hal yang aneh!"

"Kenapa?" kata Chaeri. "Aku juga wanita, bukan?"

Sunwoo tahu Chaeri akan menggodanya.

"Jangan mendekat satu meter pun sendiri," kata Sunwoo.

Chaeri membalikan badan dan menyeringai pada Sunwoo. Dia mengambil gelas di salah satu pelayan sambil berjalan dengan percaya diri.

"Chaeri," kata Sunwoo.

Namun gadis itu tak mau mendengar dan meminum minumannya.

Selangkah lagi dia mendekati Hwang Jinhwang, seseorang menarik tangannya dari belakang.

"Kubilang jangan," kata Sunwoo yang ternyata menariknya.

Chaeri menatap Sunwoo tak percaya, "Pacar-pacarmu akan marah melihat ini." Dia melihat gadis-gadis di belakang yang tadi menggoda Sunwoo.

"Apa pedulimu?" Sunwoo malah menarik Chaeri ke lantai dansa, membuat gadis itu refleks menaruh gelasnya di meja bar.

"Lepaskan aku," kata Chaeri.

"Tidak akan," kata Sunwoo.

Pria itu menaruh tangan Chaeri di bahu dan pinggangnya. Dia mengajak Chaeri menari dengannya.

"Sekali lagi kau melewati batasmu," kata Chaeri. "Aku memperingatkanmu, Detektif Kim."

"Pria itu lebih berbahaya dari kelihatannya, jangan gegabah. Bisa saja dia mengenalmu, bahkan sebelum kau datang ke sini."

Sunwoo merentangkan tangan, membiarkan badan Chaeri menjauh dan kembali menariknya ke pelukannya. Punggung Chaeri menyentuh lengan Sunwoo, kakinya tertarik ke atas. Di posisi ini Chaeri bisa melihat Sunwoo tersenyum miring padanya.

"Kalau begitu aku akan melewati batas juga," Chaeri berdiri tegak dan meninggalkan Sunwoo begitu saja.

Sunwoo menatap punggung wanita itu semakin menjauh. "Sial," umpatnya.

Chaeri melambai penuh percaya diri pada pria di depannya, "Tuan Hwang, dengan hormat saya ingin memperkenalkan diri. Bisakah kita bicara berdua?"

Yang dipanggil namanya berdiri, meminta gadis-gadis yang duduk di sampingnya pergi. Dia tersenyum pada Chaeri, "Tentu saja, dengan senang hati."

Sunwoo memasang wajah datar ketika Chaeri menerima uluran tangan Hwang Jinhwang. Mereka berdua pergi meninggalkan Sunwoo yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Kau berhasil, selamat!" kata Sunwoo.

Chaeri tak mengubris perkataan pria itu dan terus berjalan mengikuti Hwang Jinhwang. Mereka sampai di sebuah ruangan pribadi yang cukup mewah. Chaeri melihat beberapa benda antik yang terpajang, begitu berkilau, dan menyilaukan. Meja-meja panjang di depan menjadi objek pertama, lalu setiap patung dan guci mahal adalah hiasannya. Lukisan-lukisan artistik terpajang anggun di dinding. Seperti karya seni yang terpendam, lampu mewah berwarna kuning di atas meredupkan suasana.

Chaeri berdecak kagum, "Luar biasa!" Chaeri berjalan seolah tertarik dengan benda-benda di depannya. "Maha karya ini benar-benar mempesona!"

Ketika Chaeri sibuk dengan pemandangan di depannya, salah satu pria membisikan sesuatu pada Hwang Jinhwang.

"Begitukah?" Hwang Jinhwang mengambil pistol di jasnya. "Kau menyukainya?"

"Tentu saja...aku sangat..."

Tuk.

"Menyukainya..." Chaeri menurunkan nada bicaranya ketika mengetahui apa yang terjadi.

"Siapa kau sebenarnya?"






.
.
.


#Bonus

Choi Yeonjun

Continue Reading

You'll Also Like

3.4K 722 42
Serangan mendadak yang dilakukan bangsa vampir pada panti asuhan Dellmount membangkitkan peperangan antara vampir dan manusia. Kira bergabung dalam p...
788K 81.6K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
FATE By Nrlfiana

Fanfiction

2.2K 376 16
Elmira Karinia. Murid baru di Melorine High School yang memulai kembali hidupnya setelah bangkit dari jurang keterpurukan semenjak sang mama meningga...
202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...