Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part 13
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part:14

23.9K 3.3K 278
By Mhyka62

Vote and comment juseyo..
.....

BRAK...

Suara pintu di dobrak sangat kuat, membuat orang-orang yang sedang rapat di ruang osis langsung menatap sang pelaku.

"Abang, abang ngehindarin gue ya" ujar Azka tampak kesal menatap Aland, sedangkan Aland yang ditatap hanya menghela nafasnya pelan dan menatap anggota osisnya.

"Kalian sudah paham tugas masing-masing bukan?" Tanya Aland dan diangguki oleh mereka semua.

"Baiklah, karena acaranya akan dilaksanakan seminggu lagi, jadi mari kita lakukan yang terbaik" lanjut Aland

"Semangat" ucap Sky

"SEMANGAT" kompak mereka semua

Aland tersenyum tipis dan menatap Azka yang masih setia menatapnya dengan raut wajah kesal. Bagaimana tidak, sedari Aland kembali lagi ke sekolah Azka bahkan tidak ada waktu untuk berbicara dengan Aland.

Aland selalu saja sibuk dan itu sangat aneh menurut Azka, seberapa sibuknya Aland sampai tidak bisa bicara sama dia sedikitpun, pikirnya.

"Kalian bisa memulai tugas kalian mulai sekarang" ujar Aland

"Siap" jawab mereka kembali kompak, Aland lagi-lagi tersenyum tipis

"Lo, ikut gue" ucap Aland menatap Azka datar dan melangkah menuju ruang istirahatnya yang ada di ruang osis itu, diikuti juga oleh Azka.

Sehingga membuat anggota osis yang melihat itu bertanya-tanya ada hubungan apa Aland dan Azka. Yang mereka tau tidak boleh ada yang masuk ke ruangan itu kecuali Aland, Sky dan Candra, karena memang ruangan itu dibuat khusus oleh Sky selaku anak pemilik sekolah untuk Aland.

Tapi Azka yang adek kelas mereka, bisa masuk ke sana, bahkan Candra dan Sky hanya diam tanpa melarang Azka sedikitpun.

"Kalian jangan urusin urusan orang lain, lebih baik urusin aja tuh urusan kalian" ujar Candra menatap mereka yang masih saja bergosip itu.

"M-maaf kak" ujar Siswi itu dan melanjutkan tugasnya.

Sedangkan di ruangan Aland, terjadi keheningan antara Aland dan Azka. Aland yang hanya diam duduk di kasurnya enggan menatap Azka, dan Azka yang menatap Aland intens.

"Abang" ujar Azka lembut dan duduk di samping abangnya itu.

"Lo ngapain sih tadi, nggak sopan tau nggak" ucap Aland

"Gue greget sama abang, abang selalu ngehindari gue"

"Gue kangan sama abang tau" ucap Azka memanyukan bibirnya dan hendak memeluk Aland, tapi Aland langsung saja berdiri.

"Gue sibuk Azka, kalau mau ngomong hal nggak penting, lo pergi aja sana" usir Aland

"Hal nggak penting" beo Azka tersenyum miris

"Jadi menurut abang, gue kangen sama abang itu bukan hal yang penting haa"

"Gue terus khawatirin abang setiap hari, gue bahkan nggak bisa tidur nyenyak karena selalu mikirin keadaan abang yang hilang bak ditelan bumi"

"Tapi saat abang kembali ke sekolah, abang bahkan ngehindari gue"

"Menurut abang itu nggak penting haa, gue khawatir sama abang" ujar Azka

"Iya nggak penting" ujar Aland membuat Azka kaget dan menatap Aland dengan mata berkaca-kaca.

"Azka, nggak penting khawatirin anak haram dan stress kayak gue"

"Itu cuma buang-buang waktu lo aja"

"Lebih baik lo nikmati waktu bersama keluarga lo, mereka sudah menyesal bukan"

"Jadi gue sudah nggak penting, jadi lo lebih baik pergi sekarang"

"Gue sibuk"

"ABANG" teriak Azka tidak percaya mendengar ucapan abangnya itu, dengan cepat dia langsung membawa Aland ke dalam pelukannya. Untung saja ruangan itu kedap suara, jadi tidak akan ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Abang kenapa ngomong gitu hmm, abang ngeraguin perasaan gue sama abang haa"

"Bagi gue abang lebih berharga dari pada mereka, jadi gue mohon, jangan hindari gue lagi hiks"

"Gue nggak sanggup abang" isak Azka, Aland yang merasakan badan Azka yang bergetar dengan ragu mengangkat tangannya hendak mengelus rambut Azka, tapi dia urungkan ketika Azka mendongakkan wajah menatapnya.

"Nanti gue ke apartement lagi ya bang, kita tinggal berdua lagi"

"Gue nggak peduli sama Hendrinjing itu"

"Apalagi Vano yang tiap hari ngajak gue ribut, pengen gue tonjok wajah songongnya itu, dan yang lebih penting gue lebih senang sama abang" ujar Azka menatap Aland penuh harap.

"Abang iss, ngomong dong"

"Masa diam aja sih"

"Lo nggak malu punya abang seperti gue haa" ujar Aland mengutarakan pikirannya akhirnya, membuat Azka menautkan alisnya bingung.

"Lah, malu kenapa?" Heran Azka

"Gue nggak sekeren yang lo pikirin"

"Ohh hahha, kalau itu gue tau haa" tawa Azka membuat Aland langsung muram.

"Gue tau kalau abang nggak bisa berkutit kalau udah sama bang Sky dan Bang Candra, kadang abang juga kekanak-kanakan, abang nggak bisa masak, ahh jangan lupaa kalau abang itu penakut haha" tawa Azka menatap Aland yang menatapnya tanpa ekspresi

"Walaupun gitu, menurut gue tetap abang Aland yang paling keren" ucap Azka bersemangat membuat Aland terkekeh pelan dan membawa Azka ke dalam dekapannya.

"Terima kasih" ucap Aland mengecup singkat puncak kepala Azka

"Gue takut lo ngejauhi gue karena tau gue udah nggak waras" ujar Aland memeluk Azka erat

"Yang bilang abang nggak waras siapa haaa, biar gue hajar" ujar Azka tapi Aland hanya diam

"Lagian ya bang gue nggak akan ngejauhi abang, karena gue sayang sama abang gimanapun keadaan abang" ujar Azka melepaskan pelukan mereka dan menatap Aland intens.

"Jadi mulai sekarang, abang jangan pendam sendiri perasaan abang, abang nggak usah sok kuat di depan gue, abang bisa utarain apapun sama gue"

"Gue akan selalu jadi sandaran buat abang karena kita saudara, begitupun gue juga akan jadiin abang sandaran gue" ucap Azka tersenyum menatap Aland sambil menghapus air mata Aland.

"Lo dengar itu kan Aland, adek lo udah mulai dewasa" batin Kenzi

"Iya, terserah lo" ucap Aland mengacak-acak rambut Azka, Azka tersenyum dan memeluk Aland kembali.

"Janji ya bang, jangan pendam sendiri perasaan abang"

"Janji"...

.

.

.

.

.

.

Azka merenggut kesal menatap Aland sekarang yang sedang berbicara dengan kedua temannya itu di parkiran, karena Aland melarang Azka untuk tinggal lagi bersama dia di apartement itu.

"Abang" rengek Azka memanggil Aland, Aland yang merasa terpanggilpun langsung menatap Azka yang tampak kesal

"Kenapa hmm?" Ujar Aland mengelus rambut Azka

"Ini serius bang, gue nggak boleh tinggal di apartement lagi bareng lo" protes Azka

"Iya Azka, udah berapa kali gue bilang hmm"

"Gue nggak mau berurusan sama daddy lo lagi, dan lo tau kan maksud gue apa?" Ucap Aland

Aland cuma mau menghindari masalah dan kemungkinan yang akan terjadi, mengingat kata teman-temannya kalau waktu itu Azka dipaksa buat kembali ke mansion Oliver oleh Hendry.

Dia hanya waspada, kalau Azka kembali tinggal bersamanya, Hendry pasti akan marah dan dia juga yang akan kena akibatnya, paling parah Aland disiksa lagi di ruang bawah tanah itu.

Jadi Aland cuma mau kehidupannya aman dan tentram dengan menghindari masalah yang mungkin terjadi.

"Lo bisa kapanpun temui gue Azka, apartement gue masih di situ kok" ucap Aland memberikan pengertian pada adeknya itu, Azka hanya mengangguk lesu sebagai tanggapan.

Walaupun Azka mengerti kemana jalan pikiran abangnya itu, karena memang dia hapal betul dengan sikap Daddynya itu. Tapi Azka hanya ingin tinggal bersama Aland, dia tidak mau bersama dengan para setan di mansion itu.

"Kayaknya gue harus buat masalah deh, supaya Hendry marahi gue, dan gue punya alasan buat keluar dari mansion itu" batin Azka tersenyum tipis ketika sebuah ide terlintas dipikirannya.

"Azka pulang" ujar Vino yang mendekatinya bersama geng Aodra, karena memang Hendrynjing itu menguruh Azka berangkat ke sekolah bersama saudaranya itu.

"Loh kak Aland, udah lama nggak keliatan"

"Kakak sehat kan?" Tanya Bella menatap Aland dan hanya dibalas deheman oleh Aland

"Aland, cepatan" panggil Sky

"Sabar" ujar Aland dan mengelus rambut Azka

"Gue pulang dulu ya, nanti gue kabari lo" ujar Aland tersenyum

"Iya bang, abang hati-hati" ucap Azka juga ikutan tersenyum, Aland mengangguk dan mendekati kedua temannya yang sedari tadi menunggunya. Selepas kepergian Aland, Azka langsung merubah raut wajahnya malas.

"Kamu kok bisa akrab sama kak Aland Azka?" Tanya Bella menatap Azka dengan raut wajah polosnya.

"Kenapa, emangnya gue nggak boleh dekat sama bang Aland"

"Dan urusannya sama lo apa, kalau gue dekat sama dia"

"Nggak ada kan" ujar Azka malas

"Kok gitu jawabnya, Bella kan cuma nanya baik-baik"

"Bella kan penasaran aja, kamu kan suka buat masalah tapi kok bisa akrab sama kan Aland sama teman-temannya yang sangat berprestasi itu" ujar Bella dengan mata berkaca-kaca.

"Bang Vino pulang, malas gue ngeladani dia" ujar Azka menghela nafasnya pelan dan melangkah menuju mobil Vino.

"Lo ngomong kayak ngerendahin Azka tau nggak, dan gue nggak suka lo ngerendahin adek gue" ujar Vino menatap Bella tajam, dan dengan cepat berbalik badan ketika melihat Vano hendak bersuara, pasti lagi-lagi Vano akan membela perempuan itu fikir Vino.

"Hiks salah Bella apa, Bella kan cuma bilang yang sebenarnya" ujar Bella

"Lo nggak salah kok, mereka aja yang sensian" ujar Vano menenangkan Bella

"Vano, lo pulang atau nggak" teriak Vino dari dalam mobil

"Ck sabar bang" kesal Vano dan menatap teman-temannya.

"Gue pulang duluan ya" ujar Vano dan diangguki oleh Alex.

"Kak Alex, Bella pulang sama kakak ya" ujar Bella

"Nggak" jawab Alex singkat dan melangkah menjauhi mereka, setelah itu Bella langsung menatap Chiko.

"Kak Chiko bisa kan antar Bella pulang"

"Duhh maaf ya Bel, tapi gue harus jemput adek gue pulang sekolah" ujar Chiko menatap jam ditangannya.

"Gue duluan bel" ujar Chiko terburu-buru meninggalkan Bella yang tampak kesal

"Sialan, gue ditinggal sendirian"...

.

.

.

.

.

.

Aland sekarang berada di Cafe bersama Sky dan Candra tentunya dengan Aland yang merenggut kesal karena gara-gara Sky dia dipecat dari tempat kerjanya. Padahal dengan bekerja seperti itu dia bisa menyibukkan dirinya sendiri, tapi sekarang apa yang dia harus dia lakukan pikirnnya.

Mencari kerja lain tidak memungkinkan juga, karena Sky dan Candra sudah terlebih dahulu mengancamnya. Kalau Aland tetap kerja maka mereka tidak akan segan-segan mengurung Aland di apartementnya setelah pulang sekolah dan akan dikeluarkan lagi setiap pagi.

Aland menghela nafasnya kasar dan beranjak pergi dari sana.

"Mau kemana?" Tanya Sky

"Apartement, mau istirahat" ujar Aland dan akhirnya diangguki oleh Sky.

"Nanti kita ke sana bawain makanan" ucap Candra

"Terserah kalian" ketus Aland dan melangkah keluar dari Cafe itu menuju motornya.

"Ngambek dia" ujar Candra terkekeh pelan

"Biarin aja, lebih baik kita juga sekarang pulang" ujar Sky dan diangguki oleh Candra.

Sedangkan Aland bukannya pulang tapi malah nongki di mini market dengan camilan dan Ice Cream yang ada di atas meja mini yang disediakan.

"Huff gue harus apa ya sekarang?" Monolog Aland sambil memperhatikan kendaraan yang lewat.

"Gue nggak bisa kayak gini terus, gue harus ngelakuin sesuatu"

"Tapi apa ya?" Batin Aland dan memainkan ponselnya walaupun pikiran entah kemana sekarang.

"Gue coba investasi aja nggak sih, lumayan kan" ujar Aland tampak bersemangat dan segera pergi ke apartementnya untuk melakukan riset.

"Aland" panggil seseorang, Aland yang merasa terpanggilpun mencari sumber suara hingga tatapannya bertemu dengan Hendry.

"Saya mau berbicara dengan kamu" ujar Hendry

"Sepertinya saya tidak punya urusan lagi dengan anda, jadi saya permisi" ucap Aland memakai helmnya

"Saya mau kamu mengurus perusahaan saya di Bali" ujar Hendry membuat Aland menghentikan aktifitasnya dan menatap Hendry tajam.

"Tidak, terima kasih tawarannya" tolak Aland membuat Hendry tersenyum sinis

"Saya sudah memberikan kamu kesempatan, tapi malah kamu sia-siakan" ujar Hendry

"Kamu sudah dewasa, sebentar lagi kamu akan lulus sekolah"

"Setidaknya pikirkan masa depan kamu, dan saya sudah mempermudah jalan kamu tanpa harus repot-repot menata masa depan kamu lagi, tapi bisa-bisanya kamu menolak" lanjut Hendry

"Nah itu, kenapa juga anda repot-repot memikirkan masa depan saya"

"Mau jadi apapun saya nantinya, itu bukan urusan anda" ujar Aland sebenarnya merasa ada sesuatu dari sikap Hendry yang sekarang. Pasti ada maksud tertentu pikirnya, dia tidak akan terjebak dalam permainan yang dibuat oleh Hendry.

"Karena saya sangat menyayangkan kemampuan kamu kalau hanya jadi pelayan di Cafe kecil itu" ucap Hendry membuat Aland tersenyum sinis.

"Jadi karena kemampuan saya, anda mau menjadikan saya alat untuk perusahaan anda itu haa"

"Bukan begitu Aland"  ucap Hendry, Aland menghembuskan nafasnya pelan, menormalkan emosinya.

"Anda langsung ke intinya saja, anda mau apa dari saya sebenarnya?"

"Tidak mungkin anda tiba-tiba baik pada anak yang tidak diinginkan seperti saya ini kan" ujar Aland menatap Hendry dengan wajah datar andalannya.

"Saya hanya ingin...."

"BANG ALAND"....















Tebece

Continue Reading

You'll Also Like

1M 113K 51
Virtexxion Valec FR tiba-tiba terbangun disebuah kamar rumah sakit, dirinya yakin bahwa ia bertransmigrasi ke Novel yang ia baca sebelum kecelakaan. ...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 84.7K 38
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
838K 96.8K 28
Fabio adalah pemuda yatim piatu. Orang tuanya meninggal karena perampokan yang terjadi saat dirinya berusia 10 tahun. hidup sendirian, Fabio menjadi...