Aland Leon O. (Pre ORDER)

By Mhyka62

1M 134K 11.8K

Hanya kisah seorang pemuda yang terlahir sebagai bungsu di keluarganya, malah bertransmigrasi ke raga Putra s... More

Part:1
Part: 2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part:14
Part:15
Info
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Part:41
Extrapart
Baru
Promosi
Inpoooooo
PO Aland
Novel Aland
Tentang Extra Part

Part 13

23.9K 3.6K 391
By Mhyka62

Vote and comment juseyo..
....

"Lo bakalan menyesal" ujar Azka menatap Hendry tajam.

"Daddy tidak mau berdebat dengan kamu hanya karena anak tidak diinginkan itu, jadi sekarang pulang"

"Selagi daddy masih bicara baik-baik Azka" ucap Hendry menatap Azka dan Aland tajam

"Gue nggak mau ikut sama lo, selagi lo belum bisa ngerubah sifat lo itu"

"Apalagi lo masih ngehina bang Aland yang juga putra lo" ketus Azka menatap Aland ketika dia merasakan tangan abangnya itu gemetaran.

"Katanya dia nggak punya orang tua"

"Kasihan ya"

"Anak haram"

"Jangan temanan sama dia, kata bunda aku, dia anak haram"

"Ihh jangan dekat-dekat, nanti kamu malah bawa sial"

"Orang tuanya pasti buang dia"

"Nggak berguna"

"Kamu, bukan anak saya sialan"

"Lo bukan siapa-siapa, jangan pernah mendekati gue"

"Gue jijik disentuh sama lo, pergi sana"

Bayang-bayang ketika Aland saat kecil terngiang di kepalanya, waktu sekolah dasar dia dijauhi dan dikucilkan oleh teman-temannya, Hendry yang selalu melukainya, saudaranya yang selalu berkata pedas padanya.

Dia dapat merasakan perasaan sakit milik Aland asli, dibenci dan diremehkan oleh dunia sudah dirasakan oleh Aland kecil.

Dia yang tidak punya sandaran, hanya bisa menerima perlakuan mereka, dan tidak bisa menyalurkan rasa sakitnya dengan bercerita pada orang lain.

Aland asli terbiasa memendam perasaannya sendiri, hingga saat masa Sekolah menengah Pertama, dia bertemu Sky dan Candra yang mendekatinya terlebih dahulu dan menerimanya.

Saat itu dia sedikit mendapatan cahaya dari ruang sempit yang selalu dia tempati, dan dengan perlahan dia melangkah menuju cahaya atas bantuan teman-temannya itu, walaupun Aland tidak pernah secara langsung menceritakan semua masalahnya pada Sky dan Candra.

Tapi apa ini, kenapa semuanya berputar dipikirannya lagi, Aland tidak sanggup menahan semua rasa sakit itu sendirian, dia butuh pelukan dan menumpahkan semua kesedihannya. Ditatapnya Hendry dan saudaranya yang menatapnya dengan berbagai macam ekspresi, bahkan suara Azka tidak terdengar di indra pendengarannya.

Akhhh

Teriak Aland menjambak kuat rambutnya, membuat Hendry dan yang lainnya kaget melihat itu, termasuk juga Azka yang sudah menangis melihat abangnya tampak kacau.

"Ada apa?" Tanya Sky yang baru datang dan kaget melihat keadaan Aland, dengan cepat dia langsung memeluk Aland memberikan ketenangan.

"Stss, Aland gue di sini" ucap Sky lembut mengelus rambut belakang Aland. Aland mendengar suara yang sangat familiar itu langsung melepas jambakannya dan menatap Sky dengan mata berkaca-kaca.

"Sky, mereka berisik"

"Suruh mereka pergi hiks" isak Aland memeluk Sky erat dan membenamkan wajahnya diceruk leher Sky.

"Iya, gue udah usir mereka"

"Sekarang lo tenang, ada gue disini dek" ujar Sky

"Sakit hiks, huwaa Sky sakit"

"Mereka masih berisik Sky hiks"

"Pergi"

"Siapa yang berani bikin adek gue sakit hmm, biar gue hajar" ujar Sky dan dibalas gelengan oleh Aland, melepaskan pelukannya kemudian menatap Sky dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Hendry dan yang lainnya bahkan kaget melihat itu, karena ini pertama kalinya mereka melihat Aland menangis.

"Nggak hiks, ini salah Aland hiks"

"Salah Aland karena lahir ke dunia ini"

"Salah Aland sampai mereka membenci Aland hiks"

"Ini salah Aland, Sky"

"Seharusnya Aland mati saja kan, biar semuanya damai dan semuanya senang"

"Sky bantuin Aland buat mati ya, aland udah nggak sanggup hiks"

"Sakit Sky" ujar Aland melemah dan kehilangan kesadarannya, karena obat penenang yang disuntikan dokter yang di panggil Vino.

Dengan sigap Sky langsung membaringkan Aland, dan mengelus rambut Aland dengan tatapan sendu. Dan detik berikutnya dia mengubah tatapannya tajam melihat keluarga Oliver yang menatapnya seperti meminta penjelasan.

"A-abang hiks, bang Aland kenapa?" Ujar Azka menatap wajah abangnya yang tertidur itu, Vano dan Vino bahkan ingin mendekati Aland tapi langsung dihadang oleh Sky.

"Lebih baik kalian pulang, lo juga Azka" ujar Sky berusaha menahan amarahnya yang akan meledak

"Jawab bang, bang Aland kenapa?" Tanya Azka mengabaikan perkataan Sky

"Dia terkena serangan panik dan ini gara-gara kalian" teriak Sky membuat semua yang berada di ruangan itu tampak kaget.

"Dia udah ngalamin itu selama 6 tahun terakhir ini"

"Senyum yang dia perlihatkan selama ini palsu hiks, dan bahkan selama itu kalian nggak menyadarinya" ujar Sky tertawa hambar dan menghapus air matanya kasar, kemudian menatap Hendry yang sepertinya memperhatikan Aland dengan raut yang tidak bisa di baca.

"Saya tau kalau anda tidak menginginkan Aland tuan Hendry" ujar Sky membuat Hendry langsung menatapnya

"Tapi bisakah anda sedikitpun menghargai perasaan Aland, dia tidak pernah menginginkan lahir dengan cara seperti itu"

"Seharusnya anda tau itu, atau anda sudah dibodohi karena kebencian anda pada wanita yang melahirkan Aland, dan melampiaskannya pada Aland selama ini haa" ujar Sky setengah berteriak

Hendry hanya diam, dan menghela nafasnya pelan.

"Kamu hanya orang luar, tidak perlu ikut campur"

"Ini masalah keluarga saya" ujar Hendry dan menarik tangan Azka.

"Pulang!" Tegas Hendry mengabaikan Azka yang terus memberontak

"Lepasin gue sialan, gue nggak mau ikut sama lo"

"Azka pulang lah, Aland biar gue yang urus" ucap Sky menatap Aland, bukan tanpa sebab dia menyuruh Azka pergi, dan Aland pasti juga menginginkan itu pikirnya.

"Nggak mau, gue nggak bisa ninggalin bang Aland dengan keadaannya seperti itu"

"Dan gue nggak mau ikut lo brengsek" ujar Azka menendang kaki Hendry kuat

"Kamu pulang, atau kamu tidak akan melihat abang kesayangan kamu lagi di dunia ini" ujar Hendry berbisik ditelinga Azka, membuat Azka menegang apalagi melihat senyuman  mengerikan Hendry itu.

.

.

.

.

.

.

Aland mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya masuk ke retina matanya.

"Eghh, kok gue di sini" ujar Aland bingung dan melihat kedua tangannya diikat di sisi ranjang itu. Kalau sudah seperti ini, dia jadi tau kalau dia habis mengamuk, walaupun dia lupa apa yang membuatnya sampai seperti itu.

"SKY, CANDRA" teriak Aland memanggil kedua temannya. Sekarang Aland berada di kamarnya yang berada di apartement Sky.

Biasanya kalau dia lepas kendali, Sky akan membawanya ke sini dan mengikatnya seperti ini. Kalau kata Sky, dia terpaksa karena Aland terus mencoba melukai dirinya sendiri, dan dia tidak punya pilihan.

"Gimana perasaan lo hmm?" ucap Candra lembut mengelus rambut Aland dengan senyuman lembut hingga bisa membuat Aland tenang.

"Udah baikan kok, jadi lepasin ikatannya ya" ucap Aland dan diangguki oleh Candra.

"Gue kenapa ndra?" Tanya Aland menyandarkan kepalanya di bahu Candra.

"Lo baik-baik saja Al" ujar Candra mengelus rambut Aland.

"Bohong, gue sampai diikat gitu, berarti gue hilang kendali lagi ya" ujar Aland dengan raut wajah sedih, apalagi mengingat ingatan terakhirnya kalau dia sedang di rumah sakit dengan Azka, Hendry, Vano dan Vino. Pasti mereka melihat dia mengamuk dan seperti orang gila itu pikirnya.

"Lo cuma nakal, makanya kita hukum" ujar Candra membawa Aland kepelukannya.

"Jangan bohongi gue lagi Ndra, Azka pasti lihat gue seperti orang stress itu kan"

"Azka juga pasti jauhi gue seperti yang lainnya, ketika mengetahui kalau gue udah nggak waras"

"Dia pasti malu punya abang seperti gue" ujar Aland menghapus air matanya

"Jangan pikirin hal yang belum tentu terjadi Aland, Azka sayang sama lo"

"Dia nggak mungkin jauhi lo, lo abang kesayangannya ingat"

"Dan lo nggak stress Aland, mereka yang stress malah ngejauhi dan mengabaikan orang sebaik dan sehebat lo"

"Percaya sama gue" ucap Candra lembut dan memeluk Aland, dapat dia rasakan badan Aland kembali bergetar dan isakan pun kembali terdengar.

"Gue takut Candra, gue takut hiks" ujar Aland

"Jangan tinggalin gue" lanjut Aland

"Kita nggak akan ninggalin lo Aland, kita selalu bersama lo" ucap Candra

"Sekarang kita keluar ya buat makan malam, habis itu minum obatnya" ucap Candra merangkul bahu Aland.

"Azka gimana?" Tanya Aland

"Dia dibawa kembali ke mansion Oliver" jawab Candra jujur membuat Aland terdiam.

"Heyy, besok lo bisa ketemu Azka di sekolah, jadi jangan sedih okay" ujar Candra, Aland mengangguk saja dan akhirnya berdiri, melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu dengan raut wajah sendu.

"Hy Land, jangan pendam sendiri perasaan lo" ujar Candra tapi tidak dijawab oleh Aland.

"Azka pasti juga bakalan ninggalin gue"...

.

.

.

.

.

Azka sekarang baru saja masuk ke kediaman mansion Oliver dengan raut wajah kacau. Sudah 3 hari lamanya semenjak kejadian di rumah sakit hari itu, dia tidak dapat menemukan keberadaan Aland dimanapun. Bahkan Sky dan Candra juga ikutan tidak terlihat, baik itu di sekolah sekalipun.

Azka benar-benar merasa khawatir, ditatapnya ke arah ruang keluarga di mana Ada Hendry dan si kembar tampak bahagia di sana.

"Hy boy, sini" panggil Hendry melihat keberadaan Azka dengan senyuman.

Azka berdecih pelan dan melangkah menuju kamar Aland, kemudian tiduran di kasur yang ada di sana.

"Abang, abang di mana?" Ujar Azka mengelus foto Aland yang ada di ponselnya.

"Abang baik-baik aja kan, gue pengen ketemu abang hiks"

"Gue nggak mau di sini, gue mau bersama abang hiks"

"Abang dimana?" Ujar Azka menangis tersedu-sedu sambil meringkukkan tubuhnya di kasur yang ada di sana, sampai dia merasakan sentuhan lembut di rambutnya.

"Bang Aland" ujar Azka tersenyum senang, tapi yang dia lihat malah Vino yang tersenyum ke arahnya, seketika senyuman diwajah Azka memudar.

"Ngapain lo, keluar nggak" ketus Azka menghapus air matanya kasar.

"Lo dari mana hmm, udah makan malam?" Tanya Vino dengan suara lembut

"Bukan urusan lo, keluar sana" usir Azka kembali menutup matanya dan membelakangi Vino.

Vino menghela nafasnya pelan dan ikutan rebahan di samping Azka.

"Bang Aland pasti baik-baik aja, lo jangan khawatir" ujar Vino mengelus rambut Azka, Azka mendengar itu matanya kembali berkaca-kaca dan terisak.

Dia juga berharap seperti itu, tapi dia tidak akan tenang selama dia belum melihat langsung keadaan abangnya itu.

"Paling dia dibawa ke Rumah sakit Jiwa" ujar seseorang membuat Vino dan Azka langsung menatap ke arah sumber suara.

"Maksud lo apa Anjing" marah Azka mengepalkan tangannya emosi.

"Van, lebih baik lo keluar sana, jangan berkata apapun yang malah memperkeruh suasana" ujar Vino pada kembarannya itu.

"Ck gue kan cuma ngasih ide buat tu bocah cari anak haram itu"

"Dan mana tau kan dia ada di rumah sakit jiwa, kalian juga liat kan waktu itu dia sudah seperti orang gila" sinis Vano dan mendapat bogeman kuat dari Azka.

Bugh bugh

"Sialan, yang gila itu lo brengsek"

"Jangan pernah mengatai apapun tentang bang Aland dari mulut sialan lo itu" marah Azka

"Haha, masih aja lo ngebela anak haram itu"

"Udah dipelet ya lo sama dia"

"Apalagi ternyata dia juga stress, ngapain lo masih aja cari dia haa"

"Dia cuma nyusahin" sinis Vano membersihkan darah dari sudut bibirnya.

"VANO KELUAR!" teriak Vino menggengam erat tangan Azka yang terkepal itu.

"Abang bentak gue cuma karena pembunuh dan anak haram itu haaa" ujar Vano tampak tidak terima

"Lo keterlaluan Vano, lo keluar sebelum gue sendiri yang hajar lo" ujar Vino menatap Vano tajam

"Ck" Vano berdecak kesal dan akhirnya memutuskan pergi ke kamarnya.

"Ada apa ini?" Tanya Hendry menghampiri putra-putranya itu ketika mendengar keributan.

"Gue mau sendirian" ujar Azka mengambil pakaian Aland di lemari, dan kembali tiduran sambil memeluk baju Aland, hal yang dia lakukan ketika rindu sama abangnya itu.

Vino menghela nafasnya pelan dan memutuskan keluar dari kamar Aland, menatap Hendry yang sepertinya meminta penjelasan kepadanya.

"Azka dan Vano bertengkar lagi hmm?" Tanya Hendry dan diangguki oleh Vino

"Pasti gara-gara anak sialan itu lagi" lanjut Hendry

"Ini juga karena daddy" ucap Vino dan melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Hendry yang penuh tanda tanya.

Apalagi salah dia pikirnya, dia sudah berusaha memperbaiki kesalahannya dengan anak-anaknya itu, tapi kenapa keluarganya tetap tidak bisa harmonis seperti dulu lagi.

"Haruskah saya bunuh anak sialan itu, hanya dia kesalahan saya yang tertinggal"

"Kalau dia mati, pasti semuanya akan baik-baik saja bukan?"....














Maaf baru Up..
Baru ada paket hehehe...

Tebece....

Continue Reading

You'll Also Like

vanca By miuu

Teen Fiction

734K 60.5K 42
awal nya dia hanya ingin merokok dipinggir jalan untuk melepas semua bebannya tapi kenapa tiba tiba dia ada di kamar? dan kenapa rumah nya beda bahk...
366K 26.3K 39
Bagaimana jika seorang GEO MAHENDRA ALEXANDER bertransmigrasi ke tubuh seorang MELFINO GIO BRAMANTYA yaitu seorang anak yg dibenci oleh keluarganya ...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
323K 30.1K 23
~[ Arseano Narendra Alexander ]~ Siapa yang tidak mengenal nama tersebut ? Nama yang membuat semua yang mendengarnya merasa ketakutan terbesarnya Seo...