BYEFRIEND

By hfcreations

8K 1.1K 80

"Life is still going on, meski sempat gagal move on." Keiyona, wakil ketua OSIS Akasia, malas mempercayai rum... More

PERKENALAN
PROLOG
1- Ruang Jones
2 - Kutukan Ruang Jones
3 - Jomlo Again
4 - Jomlowati Patah Hati
5 - Helm Bogo
6 - Paguyuban Jomlo Merdeka
7 - Awas, Kecoak
8 - Teleponan, Yuk!
10 - Wita Sarasvati
11 - Kurang Peka
12 - Merindukan Kasih Sayang
13 - Ide Gila Lukas Pranaja
14 - Gebetan Baru Mantan
15 - Hoax
16 - Terlambat
17 - Penawaran Spesial
18 - Telepati (?)
19 - Kesepakatan
20 - Perihal Move On
21 - Jaljayo
22 - Ada Apa Dengan Keiyona
23 - Di Atas Vespa
24 - Dua Jomblo Jalan-jalan
25 - Malaikat Pelindung
26 - Hujan dan Patah Kesekian
27 - Patahan Jadi Serpihan
28 - Api Dalam Jerami
29 - Kembali Berbicara
30 - Jadian
31 - Garis Terdepan
32 - Jatuh Cinta
33 - Persiapan Bazar
34 - Alih Tugas
35 - Keluarga Besar
36 - Kabar Buruk Yang Tertunda
37 - Why ?
38 - Roboh
39 - Perasaan Sebenarnya
40 - Pelukku untuk Pelikmu
41 - Jahat
42 - Tamu Istimewa
43 - Keputusan
44 - Mencuri Dengar
45 - Tentang Jatuh Cinta
46 - Misi Khusus
47 - Pengakuan
48 - Menuju Demisioner
49 - Malam Pesta
50 - Jogja dan Kembali

9 - I Hate Monday

141 22 0
By hfcreations

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

I hate Monday

Because ...

Hari Minggu berakhir terlalu cepat. Senin datang terlalu bersemangat. Yona masih terpekur di atas ranjang yang sudah berkeriut karena kayu yang termakan usia, padahal matahari sudah mengintip dari celah tirai yang menutupi jendela. Yona enggan beranjak dari kasurnya karena alasan yang begitu banyak, alasan yang paling kuat adalah karena ini hari Senin.

Pertama, Yona benci Senin karena ada pelajaran Matematika. Kedua, Yona benci Senin karena rotasi tempat duduk yang menjadi tradisi di kelasnya, padahal Yona sudah nyaman duduk di bangku nomor dua dari belakang, tepat di sebelah dinding yang enak untuk bersandar. Ketiga, Yona benci Senin karena harus berangkat lebih pagi untuk alasan keempatnya membenci hari Senin, upacara. Sebenarnya Yona tidak membenci kegiatan upacara, malah senang bisa berlama-lama di luar kelas. Namun, Senin ini berbeda. Alasan Yona membenci hari Senin selanjutnya adalah karena ... KENAPA HARUS GUE YANG JADI PEMIMPIN UPACARA???

Menjadi petugas upacara bukan hal yang asing lagi bagi pengurus OSIS Akasia, apalagi upacara di SMA Akasia hampir dilaksanakan setiap Senin dan setiap peringatan hari besar nasional jika tidak ada kendala seperti hujan dan badai. Harusnya Yona tidak ada masalah ketika ditunjuk menjadi petugas upacara. Sayangnya, untuk posisi pemimpin upacara, Yona sedikit keberatan. Zona amannya adalah menjadi ajudan pembina upacara atau masuk barisan paduan suara. Suara Yona terlalu cempreng untuk menyiapkan barisan dan akan melengking aneh jika dipaksakan.

"Bangun, bangun, bangun, bangun, ayo bangun, bangun ayo bangun." Seperti abang tukang bakso pada animasi Adit dan Sopo Jarwo yang membangunkan Bang Ringgo, Bapak menabuh mangkuk dengan sendok sebagai pengiring lagu bangun tidur yang ia nyanyikan.

Yona yang sebenarnya sudah terbangun, menggeliat malas. Matanya yang berbelek mengerjap. "Yona sudah bangun, Pak, cuma malas mandi. Hari ini jalan-jalan, yuk, ke pantai atau ke gunung. Biar Yona ada alasan untuk bolos sekolah." Kepada bapaknya, Yona bergelayut manja. "Ya, Pak?"

"Ngada-ada kamu!"

Satu lemparan bantal mendarat di wajah Yona. Gadis itu pun pasrah ketika diseret keluar kamar untuk siap-siap berangkat ke sekolah.

I hate Monday, air pun terasa lebih dingin dari biasanya. Menyebalkan!

^^^

Upacara bendera dilkasanakan di halaman tengah SMA Akasia yang biasa digunakan untuk berolahraga. Siswa dan siswi berbaris terpisah menghadap timur dan selatan, sedangkan para guru berbaris di selasar kelas, belakang podium-enak tidak kepanasan.

Yona meneguk ludahnya susah payah. Tangannya yang mengepal di sisi tubuh sudah basah. Bagaimana jika Yona membuat kesalahan? Bukan hanya malu, Yona juga harus menanggung omelan Sagara yang pedasnya melebihi cabai jalapeno.

Tenang, Yona. Lo pasti bisa! Ini hukuman buat lo yang isengin Sagara sampai pincang.

Pengatur upacara memasuki lapangan upacara. Sekarang, tiba saatnya upacara dimulai.

"Siap ... grak."

Upacara berjalan tanpa kendala pada lima belas menit pertama. Ketegangan Yona mulai berkurang karena suaranya tidak secempreng yang ia kira. Meski masih jauh dari kata bulat, setidaknya tidak ada yang tertawa setelah mendengar suaranya.

Akan tetapi, ketenangan Yona tidak bertahan lama. Karena tak lama kemudian, Pak Yuno-guru BP, menyeret murid-murid yang beratribut tidak lengkap untuk dibariskan di depan. Yona mungkin akan bersikap biasa saja jika ia tidak melihat Leon ada di antara murid-murid yang melakukan pelanggaran itu.

Dada Yona bergemuruh melihat patah hatinya ada di sana. Sampai-sampai Yona melupakan tugasnya setelah pembaca tata upacara membacakan urutan selanjutnya.

"Amanat Pembina Upacara, pasukan diistirahatkan."

Leon lupa bawa topi, pasti karena nggak gue ingatkan. Iya, kan, L? Kamu pasti menyesal meminta putus. Kamu pasti-

"Amanat Pembina Upacara, pasukan diistirahatkan."

Yona terkejut saat pembaca tata upacara kembali membacakan susunan upacara. Akan tetapi, Yona sudah terlanjur nge-blank.

"Tanpa penghormatan, bubar barisan ... jalan."

Seisi lapangan tergelak menertawakan Yona, bahkan satu atau dua guru ikut membekap mulutnya menahan tawa. Yona menyengir kuda untuk menutupi kesalahannya, padahal dia malu luar biasa. Ingin rasanya Yona berubah menjadi butiran debu saja. Sayang, Tuhan tidak mengabulkannya. Cewek itu menunduk malu setelah matanya berserobok dengan manik setajam elang milik Sagara dan tatapan peringatan dari Pak Jaka.

Sepertinya I hate Monday akan jadi moto hidup gue mulai hari ini.

^^^

"Suruh Yona masuk!"

Di depan pintu perpustakaan, Yona berdiri kikuk. Dipanggil Pak Jaka bukan merupakan pertanda baik, apalagi saat suara guru paruh baya berperut rata itu terdengar tidak santai saat meminta Sagara, yang sudah seperti ajudannya, untuk menyuruh Yona masuk.

Cari pembelaan sebelum diceramahin macem-macem, Yona ....

Sayangnya, Yona terlanjur buntu. Ia sadar sepenuhnya yang telah mengacaukan upacara bendera adalah dirinya. Mau mencari pembelaan semasuk akal apa pun, Yona tetap akan dinyatakan bersalah.

Derap langkah terdengar. Yona melihat Sagara yang masih berjalan pincang, menghampirinya.

"Masuk," titah Sagara.

Yona bergerak seperti robot. Tatapannya sama sekali tak berpindah. Yona terus menatap ujung sepatunya yang nyaris jebol, sampai hampir menabrak rak buku yang menjulang di depannya. Beruntung Sagara sigap memeggangi tepian rak, sehingga kepala Yona tidak jadi benjol.

"Thanks," ucapnya tanpa mengangkat pandangan.

Yona menahan napas. Sepanas-panasnya kursi di depan meja guru di kelas, masih kalah panas sama kursi perpustakaa, yang seharusnya adem karena berada di bawah AC, tapi berhadapan langsung dengan kursi yang diduduki Pak Jaka. Selain pembina OSIS, Pak Jaka adalah guru fisika yang hobi mengganti sandi WiFi sekolah menggunakan jawaban soal-soal yang bikin mumet. Bertemu saat rapat atau saat pelajaran saja Yona sudah migrain. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada Yona setelah pertemuan ini, bukan?

Mimimal nangis darah, muntah paku sampai mimisan seharian adalah akibat yang paling parah.

"Kamu tau apa kesalahan kamu?"

Dingin dan menusuk. Yona meremas ujung seragamnya yang tak terjangkau pandangan Pak Jaka.

"Tau, Pak," cicitnya. Lebih kecil dari cicitan tikus di atap rumah.

"Malu?"

"Malu, Pak."

"Merasa bersalah?"

"Iya, Pak."

"NGGAK ADA GUNANYA!" Satu oktaf lebih tinggi, Yona nyaris lompat dari kursi saking terkejutnya mendengar suara Pak Jaka yang menyaingi sambaran petir. "Kamu tau, seberapa penting guru baru yang seharusnya kita buat terkesan waktu pertama kali beliau datang ke sekolah kita? Kamu tau guru itu siapa?"

Yona menggeleng lemah, masih dalam posisi menunduk. Ujung seragamnya sudah tidak berbentuk. Mati-matian Yona menahan laju air matanya yang sudah menumpuk. Bisa mati beneran kalau nangis di depan Pak Jaka. Bukannya merasa iba, Pak Jaka justru akan bertambah murka. Itu yang ada di kepala Yona sekarang.

"Ini bukan kali pertama kamu jadi petugas upacara, kan? Kamu sudah kelas XI, kan? Kamu anggota OSIS, kan? KENAPA BISA MELAKUKAN KESALAHAN SEFATAL ITU?"

Tulisan 'dilarang berisik' yang menempel pada dinding di belakang Pak Jaka kehilangan harga dirinya. Guru berkacamata itu benar-benar berteriak sampai membuat petugas perpus menggigit bibir ketakutan, sama seperti Yona.

"Saya sebagai pembina merasa gagal. Saya benar-benar merasa dipermalukan. Semua orang tertawa, menertawakan kamu yang ... argh saya bingung harus ngomong pakai bahasa apa lagi." Pak Jaka menjambak rambutnya yang dipangkas cepak. Jelas tidak ada rambut yang terjumput satu pun.

"Maaf, Pak." Tidak ada kata lain yang bisa Yona keluarkan dari mulutnya. Berdebat bukan keahliannya, apalagi di depan Pak Jaka yang notabene adalah orang tuanya di sekolah, Yona sungguh lemah.

"Saya nggak butuh maaf kamu. Saya cuma kecewa sama kamu. Kamu tau? Ini kesalahan terfatal yang dilakukan oleh petugas upacara sepanjang saya mengajar di sini, sepanjang karier saya sebagai pembina OSIS Akasia. Kamu tau?"

"Tau, Pak."

"Jangan dijawab dulu, saya belum selesai ngomong!"

Jantung Yona memompa cepat. Matanya yang memerah bergetar. "Ma-maaf, Pak." Begitu juga dengan bibir mungil merah mudanya yang habis digigit karena ketakutan.

"Saya nggak butuh permohonan maaf dari kamu. Kalau kamu benar merasa bersalah, buktikan di upacara hari Senin yang akan datang. Saya mau ngajar dulu." Pak Jaka beranjak kasar dari kursinya, kemudian memanggil Sagara yang sedari tadi menjadi penonton bisu yang berdiri bak patung selamat datang di sebelah kanan Yona.

"Ya, Pak?"

"Urus anak buahmu ini, evaluasi dia di sini. Sekarang!"

"Baik, Pak." Sagara mengangguk patuh.

Saat Pak Jaka melangkah menjauh, di situlah air mata Yona meluruh. Bibirnya mengeluarkan isakan yang sebisa mungkin ia tahan. Ini kali pertama Yona mendapati kemarahan hebat seseorang, padahal orang tuanya di rumah juga jarang marah-marah. Punggung Yona berguncang kecil. Rambut panjangnya dibiarkan jatuh menutupi sebagian wajah. Yona sakit hati, tapi Yona tidak bisa marah karena dirinya memang terbukti bersalah.

"Keiyona ...."

"Lo bisa, nggak, jangan memperparah kondisi gue dulu? Gue mau nangis, nanti gue kabari kalau gue sudah siap lo maki-maki." Suara Yona lebih parau dari apa yang ia duga.

Di tempatnya, Sagara memandang punggung Yona dengan tatapan yang tak terbaca.

Mungkin ini karma karena lo sudah menjaili gue sampai pincang?

Sagara berbalik meninggalkan Yona. Dia tak sampai hati menyuarakan suara hatinya yang jelas akan membuat Yona merasa lebih buruk.

"Gue tunggu sampai lo siap."

****

#FROMHFCREATIONS

Hi, hello, anyeong teman-teman pembaca semua. Bab sembilan, nih! Masih semangat ngikutin? Masih, dong yaa~ Komen yang banyak, dong!

BTW, aku pernah ada di posisi Yona di bab ini. Beda posisi, sih, tapi dimarahin gurunya sama banget. Huhu .... Puk puk Yona.

Omong-omong, bagaimana bab ini? Jangan lupa bisikin aku pendapan kalian soal cerita ini di kolom komentar, ya! Makin ramai, makin aku suka!

Buat kamu yang mau kepoin lebih lanjut soal Byefriend, bisa banget buat ikutin update-annya di sosial mediaku @hsnrzz_ dan sosial media HF Creations.

Segini dulu ya, cuap-cuapnya. Sampai bertemu di bab berikutnya!!

Big Love

Hasna

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.6M 267K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
3.2M 267K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.4M 142K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.9M 304K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...