The Heroes Bhayangkara

By WinLo05

7.5K 1.3K 313

Nusantara dalam bahaya. Saatnya para pemburu berjuang untuk menyelamatkan dunia. Kekuatan mitologi adalah kun... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

30

113 20 2
By WinLo05

"Nawasena! Jangan mau!" teriak Yolai memperingatkan.

Kafin pun ikut menyuarakan pendapatnya. "Jangan dengarkan dia!"

Tetapi Nawasena sudah memiliki tekad bulat. Dia harus melakukan apa pun untuk menjadi bagian Sapta Syam dan tanpa ragu. Dia berjalan tertatih mendekati David.

Luka bakar di telapak kaki, sekuat tenaga Nawasena tahan untuk tidak merintih di depan wajah David yang tersenyum sinis. Dia tidak ingin terlihat lemah dengan luka seperti itu.

Tanpa ragu, Nawasena mulai berlutut dan membungkuk. Bibirnya bergerak pelan tetapi pasti untuk mengecup ujung sepatu David. Satu detik, dua detik, tiga detik. Kemudian baru ia mengangkat wajah.

Yolai kehilangan kata-kata. Kafin menutupi wajah, sedangkan pengikut Sapta Syam yang tersisa. Memiliki emosi yang tidak terbaca.

"Masih ada lagi?" Nada pertanyaan yang menantang terucap dari bibir Nawasena.

"Lo pikir hanya sampai di sini? Tidak semudah itu Ferguso. Gara-gara lo, gue menjadi cacat. Sekarang, gue ingin lo mengalami hal yang sama."

Tawa dari pengikut Sapta Syam bergema nyaring. Yolai sudah mengeram. Siap menerjang David, jika tidak ditahan oleh Kafin.

"Lo pantas untuk itu," ujar Nawasena tanpa merubah emosi di wajahnya. "Kalau kalian tidak membantu para Ahool menyerang Sudra. Hidup gue enggak akan seperti ini."

"Brengsek!"

Tidak menggunakan kaditula. Nawasena dan David saling mencekik leher masing-masing dengan satu tangan. Semakin kuat David menekan, jalur napas Nawasena semakin sesak. Lalu sesuatu menusuk kulitnya.

Ada sensasi asing yang menjalar di peredaran Nawasena. Buru-buru, Nawasena menarik tangannya dari leher David dan melangkah mundur.

"Tucca hanya akan melakukan keonaran. Kebetulan, hari ini gue sedang bosan. Melihat lo mati pelan-pelan dalam tiga menit ke depan adalah hal yang menyenangkan."

Kafin sudah tidak bisa tinggal diam. Dia berpindah cepat ke sisi Nawasena dan membawanya menjauh. Tentu saja, David tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Bibirnya bergerak lirih.

"Anjana Buntala."

Sekonyong-konyong, muncul puluhan tombak yang membentuk pasak-pasak guna mengurung Kafin dan Nawasena di dalamnya.

Setahun lalu, David mempelajari satu hal dari pertarungannya bersama Nawasena. Dia tidak bisa mengandalkan otot, jika harus bertarung. Nawasena punya emosi yang bisa memancingnya bertindak liar dan menyebalkan.

"Aish! Gue benci mantra." Kafin pun mengumpat kesal. "Dasar mantra sialan!"

Nawasena seperti tersadar sesuatu. Tetapi, itu bisa dipikirkan nanti. Sekarang rasanya ia mulai kesulitan bernapas. Indranya menjadi kacau. Dia kesal, karena setangguh apa pun ia berlatih. Dia masih kalah hanya dengan mantra dan ramuan sihir.

"Berikan penawarnya!" bentak Kafin. "Atau lo bakal gue kirim ke alam baka."

"Lo pikir gue takut?" Tantang David pongah. "Sini! Maju kalau berani."

Kafin mengumpat dengan sumpah serapah. Dia tidak bisa meninggalkan Nawasena sendirian. Tucca itu akan sekarat. Yap, sekarat. Nawasena tidak bisa mati begitu saja. Jantungnya berada di tangan Eril. Artinya hidup dan mati Nawasena hanya ada di tangan Eril.

"Lo baik-baik saja?" tukas Kafin cemas. "Kita enggak akan bisa menang. Harusnya, lo atau Yolai belajar mantra."

"Lo adalah Lembuswana. Seharusnya lo bisa."

"Gue enggak bisa," sahut Kafin. "Pelafalannya merepotkan dan gara-gara mantra bodoh itu ... gue bisa disegel di Plaza Senayan. Sejujurnya, gue benci dengan orang yang bisa merapal mantra. Sok hebat dan berkuasa."

David pun memerintahkan sisa anak buahnya untuk menonton dari jauh. Tetapi, tanpa satu pun orang di gimnasium menyadari. Hadir sosok asing yang berbaur.

"Lo ingin bertarung sampai mati?" Seringai Nawasena dengan keringat dingin. "Ayo bertaruh. Jika lo kalah, lo harus mengizinkan gue bergabung dengan Sapta Syam."

"Dan bagaimana jika lo kalah?" kata David bertanya balik. "Lo pikir, gue bisa semudah itu percaya?"

"Gue bakal bawa lo bertemu Dewaguru."

Ekspresi David berubah. Terkejut dan merasa heran. Si Penyusup tersenyum simpul. Dia memandang Nawasena dengan penuh minat. Kafin dan Yolai memberikan lirikan untuk tidak memberitahu informasi tersebut.

Namun, emosi di wajah mereka terbaca oleh orang lain. Orang-orang di gimnasium tahu. Bahwa Nawasena tampaknya tidak berbohong. Setengah percaya, setengahnya ragu.

"Dewaguru?" ulang David skeptis.

"Ya. Lo pikir gue datang kemari hanya untuk bermain-main? Gue serius. Kalau lo tahu siapa gue sebenarnya dan siapa keluarga gue. Harusnya lo peka bahwa tujuan gue ke sini ini serius."

David kehilangan kata-kata untuk berkomentar dan Nawasena pun melanjutkan.

"Gue ingin balas dendam kepada kemaharajaan. Bukankah kita berada di kapal yang sama? Kita bisa menjadi sekutu. Bawa gue menemui pimpinan kalian. Dan gue bakal kasih tahu, di mana Dewaguru berada. Di luar sana, gue menjadi buronan kemaharajaan. Tidak ada alasan untuk berca-"

Nawasena pun ambruk. Racun sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Kafin berusaha mengguncang tubuh Nawasena. Tetapi hasilnya nihil.

Ia lalu lanjut merusak pasak-pasak yang mengurung mereka. Kafin tidak peduli, bagaimana kulit di pergelangan tangannya terluka dan tersayat-sayat akibat benturan dua sihir yang saling bertolak belakang.

Maka, satu pasak pun berhasil dihancurkan. Dengan lengan berdarah, dipapahnya Nawasena keluar. Yolai pun bergerak cepat membantu mereka.

"Kami menawarkan gencatan senjata." Akhirnya Yolai pun mengambil alih. "Gue dan Nawasena punya kemapuan mengontrol para Ahool. Kita bisa bekerja sama untuk mengacaukan para Senopati dan jajarannya. Karena Nawasena sudah berjanji membawa kalian ke Dewaguru."

Yolai menatap miris pada cacat ditubuh David. "Dewaguru mungkin bisa membantu mengenai itu."

"Menurut lo dia mau?" David tetap tidak percaya.

"Dia pasti mau, kalau Nawasena yang memerintah. Ya, kita semua tahu bahwa bertemu Dewaguru itu tidak mudah."

Mendadak, sebuah tepuk tangan terdengar dari arah tribun. Semua orang mengalihkan atensi pada seseorang dengan wajah tertutup tudung hoodie.

Serempak. Semua orang berlutut dengan satu kaki sebagai penumpu. Anehnya, Kafin dan Yolai. Sama sekali tidak merasakan aura apa pun dari sosok tersebut.

Sedetik kemudian. David sudah berpindah tempat ke hadapan si Hoodie. Yolai dan Kafin punya pendengaran tajam. Oleh sebab itu, mereka dapat mendengar hal yang dibicarakan oleh dua orang tersebut dengan jelas.

"Bawa dia ke dalam pleton kalian." Si Hoodie berkata. "Latih Tucca itu sebagai gencatan senjata. Tawaran yang menarik dengan memasang Dewaguru sebagai barang taruhan."

David mengganguk patuh. Tidak berkomentar apa pun. Si Hoodie lalu melambai pergi meninggalkan gimnasium. Menyerahkan sisanya pada David.

"Karena ada seekor Ahool yang masih sadar. Jadi, kalian sudah mendengarnya, 'kan?"

Yolai hanya mengeram sebagai balasan. "Mana penawarnya?"

"Cari aja sendiri," balas David tidak peduli. "Kita akan bertemu setiap hari jam 9 pagi di sini. Datanglah dengan lemari yang ada di warung tersebut. Karena Ketua udah melempar tanggung jawab kepada gue. Besok pagi gue ingin bertemu Dewaguru dan buat dia mengembalikan tubuh gue menjadi seperti semula."

__///____/____
Tbc

Hai. Hai
Aku mau memperkenalkan jajaran Senopati yang ada di Jakarta dan udah muncul dalam cerita ini.

Ayo, siapa yang masih ingat. Senopati yang muncul pertama kali di sini?

Yeah, Abang Yudha yang kesabarannya setipis tisu basah. Dan yang kedua siapa?


Kakak kembar dari Ayang Agha. Calon kakak iparnya Mbak Gayatri. Ehehe


Lalu yang ketiga. Si Cerdas dan si paling tebal dompetnya... Emm, udah tiga nih... Dua lagi masih ongoing. Bakal muncul di bab-bab berikutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

218K 11.2K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
107K 3.4K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...
825K 75.2K 37
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...