•••
Remind me of ALLAH, if your love for me is indeed true.
•••
"Udah main hpnya." Anna mengambil ponsel yang Adam pegang.
"Iya sayang. Sini tangannya." sebagai gantinya Adam menggenggam tangan Anna, sesekali mengecupnya.
"Kita mau kemana?" tanya Anna.
"Terserah kamu. Maunya kemana??" Anna berpikir.
"Aku sih terserah Akang aja."
"Kalo gitu, gimana kalo makan steak?" Anna menggeleng.
"Gak mau ah. Aku lagi diet."
"Kalo gitu Ramen?"
"Masa baru buka langsung makan pedes? Nanti yang ada sakit perut."
"Mcd?"
"Kan aku udah bilang, aku lagi diet."
"Terus apa dong?"
"Ya terserah." Adam menghela nafasnya berat. Jika kesabaran sedang di uji begini ia harus extra sabar menghadapi istrinya ini.
"Kamu liat di fyp kamu. Tempat yang lagi viral apa?" Anna pun membuka aplikasi tiktik nya.
"Ah iya Kang baru inget. Aku mau makan bakso mercon dong. Ya boleh ya." Anna memohon sambil mengenggam tangan Adam dengan kedua tangannya.
"Katanya bakal sakit perut kalo makan pedes, terus juga itu Bakso bisa bikin berat badan naik, Bun."
"Gak sering ini kok. Kali ini aja. Ya, boleh ya, Yah?" Adam menatap ke arah sang istri yang memancarkan cahaya berharap dari matanya.
"Tapi.."
"Malam ini aku kasih jatah deh." Adam meneguk ludahnya kasar.
"Jatah cuci piring maksudnya."
Dahi Adam berkerut. "Ka emang selalu aku yang cuci."
Anna terkekeh. "Iya deh, jatab beneran. Penutupan sebelum bulan ramadhan." Anna mengangkat kedua alisnya. "Boleh ya?"
Adam pun mengangguk pasrah, mobilnya kembali maju karena sempat lampua merah barusan.
"Yaudah. Tapi jangan ngeluh sakit perut ke Akang ya. Jangan jadi alesan juga buat gak puasa besok." Anna menempelkan tangan kanannya di dahi (hormat)
"Siap kapten!"
•••
Anna memegang perutnya yang terasa panas karena memakan bakso mercon dan es teh extra es tadi.
Sambil menangis ia rebahan di kasur.
"Masih sakit?" Adam datang setelah membelikan Anna obat, dengan Alsya di pangkuannya.
"Nda,, apa?" 'Bunda kenapa?' tanya gadis kecil itu. "Atit?" 'Sakit?'
"Gak papa Sayang.. Bunda gak papa kok?" Anna mengelus pipi Alsya.
"Minum obatnya ya. Bentar aku ambil airnya dulu." Adam meletakan Alsya di kasur dan ia pergi ke dapur membawakan air mineral.
Adam sudah menduga semua ini akan terjadi memang. Bagaimana tidak? Tadi istrinya itu sok sok an memesan level 15. Level terpedas disana.
Memang saat memakannya nikmat, enak. Tapi setelahnya kenikmatan itu hilang dan digantikan dengan rasa perih, panas dan sakit.
"Ini minum obatnya." Anna mendudukan dirinya dan meminum obat yang Adam berikan. "Aku udah bilang kan-"
"Stop! Jangan dimarahin." Anna cemberut. Ia tau ia salah, tapi mau bagaimana? Baksonya begitu enak. Bahkan Anna ingin lagi.
"Alsya tidur yuk." ajak Adam.
"Alsya tidur sama kita aja malam ini, Yah." pinta Anna, lalu ia menggendong Alsya ke pangkuannya.
Alsya sepertinya begitu khawatir, buktinya ia langsung memeluk erat leher Anna.
Adam berpikir jika Anna pasti lupa tentang janji padanya tadi sebelum membeli bakso mercon. Tapi yasudah lah ia tak akan membahas, ia mengerti kondisi Anna tidak bisa untuk melayaninya malam ini.
Mereka pun tidur bertiga. Anna ditengah memeluk Alsya di sebelah kirinya dan dari belakang Adam memeluk pinggangnya sambil mengelus-ngelus perut Anna yang sakit.
"Udah pasang alarm kan Yah?" tanya Anna.
"Udah kok Bun. Tenang aja." Anna mengangguk.
"Anak cantiknya Ayah Adam, kenapa masih melek?" tanya Anna melihat mata sang putri masih terbuka dan menatapnya.
"Gak bisa tidur ya, Cantik?" tangan Adam pindah ke perut Alsya.
"Heeh." jawab Alsya.
"Kenapa?"
"Nda au." 'gak tau.'
Anna menelentangkan badannya. Tangan kirinya dibuat bantal oleh Alsya.
"Mau nonton aja gak?" tawar Anna.
"Auuu!!" 'mauu!!'
"Gak gak, gak boleh. Liat jam tuh. Udah malem, nanti jam setengah tiga harus bangun sahur." Anna dan Alsya kompak cemberut.
"Kalo gitu kalian elus-elus perut Bunda deh.. Kalo kalian berdua elus barengan, perut Bunda gak akan sakit lagi." Alsya memiringkan badannya dan tangan kirinya yang mungil pun mengelus perut Anna. Sedangkan tangan Adam yang besar mengelus perut Anna di atas tangan Alsya.
"Perut kamu kok--" Adam menggantung ucapannya.
"Kenapa perut aku?"
Adam menggeleng. "Nggak, nggak papa."
•••
"Nda, iyah. Angun!" Alsya mengguncang-guncang tubuh Anna dan Adam.
"Mmm.. Kenapa sayang?" tanya Adam masih memejamkan matanya.
"Cahul." masih dengan menutup mata, Adam terkekeh. Omongan putrinya itu begitu menggemaskan.
"Iya, yuk kita sahur." Adam mendudukan dirinya. Dilihatnya Anna masih tidur. "Mau ikut masak bareng Ayah atau nunggu disini?"
"Itut." Alsya merentangkan tangannya dan Adam langsung menurunkannya dari ranjang. Membiarkannya untuk berjalan sendiri. "Nda?"
"Nanti kita bangunin pas makanannya udah siap ya." Alsya mengangguk.
Adam dibantu Alsya memasak di dapur, tapu lebih ke merecokan daripada membantu.
"Alsya duduk disini ya. Liatin aja Ayaj masak, ok?"
"Ote!" Adam mencubit pipi Alsya gemas dan ia pun kembali fokus memasak sop iga yang memang bahannya sudah ia beli kemarin.
Menu hari ini adalah sop iga, perkedel, sambal dadak dan ayam goreng kesukaan Alsya.
Ia tinggal menggoreng ayamnya setelah selesai memasak sop.
"Selesai!" seru Adam. "Sekarang saatnya kita bangun Bunda." Alex dan Alsya berlari kecil menuju kamar.
"Nda!! Nda angun!!" Alsya naik ke ranjang dan memeluk Anna.
"Eeug!" lenguh Anna merentangkan tangannya. "Kenapa sayang?"
"Cahul!"
"Sahur dulu yu Bun.. Ayah sama Alsya udah selesai masak." Adam mengelus lengan Anna.
"Jam berapa?"
"3:30." jawab Adam setelah melihat jam di nakas.
"Kenapa gak bangunin Bunda?" Anna menatap putrinya.
"Nda kan akit." Anna tetsenyum lalu mencubit pipi gembul Alsya.
"Perhatiannya Anak cantiknya Bunda." Anna bangun.
"Anak cantiknya aja yang dipuji?" Anna terkekreh lalu ia mencubit pipi Adam yang ada bulunya itu juga.
"Iya suami gantengnya aku juga perhatian.. Makasih ya."Adam tersenyum.
"Yaudah yuk, kita sahur."
Anna duduk di meja makan, menatap makanan masakan Adam.
Lalu ia merasakan gejolak dari perutnya lalu naik ke atas. Anna menutup mulutnya.
Kenapa bau masakan suaminya tak enak di hidungnya?
"Kenapa Bun?" tanya Adam setelah mendudukan Alsya di kursi bayinya.
"Hm? Gak papa. Gak papa kok Yah." Anna menormalkan expresinya.
Ia kenapa?
•••
Selasa/18/April/2023
Kemarim lupa up karema kecapekan^^