Kembali (SUDAH TERBIT)

By RuangNHD

637K 45.5K 5K

Ada hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah be... More

Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua Puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Tiga
Bagian Dua Puluh Empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Bagian Dua Puluh Delapan
Bagian Dua Puluh Sembilan
Bagian Tiga Puluh
Bagian Tiga Puluh Satu
Bagian Tiga Puluh Dua
Bagian Tiga Puluh Tiga
Hallo Pembaca "Kembali"
Bagian Tiga Puluh Empat
Bagian Tiga Puluh Lima
Bagian Tiga Puluh Enam
Bagian Tiga Puluh Tujuh
Bagian Tiga Puluh Delapan
Bagian Tiga Puluh Sembilan
Bagain Empat Puluh
Bagian Empat Puluh Satu
Bagian Empat Puluh Dua
Bagian Empat Puluh Tiga
Bagian Empat Puluh Empat
Bagian Empat Puluh Lima
Bagian Empat Puluh Enam
Bagian Empat Puluh Tujuh
Bagian Empat Puluh Delapan
Bagian Empat Puluh Sembilan
Bagian Lima Puluh
Bagian Lima Puluh Satu
Bagian Lima Puluh Dua
Bagian Lima Puluh Tiga
Bagian Lima Puluh Empat
Bagian Lima Puluh Lima
Bagian Lima Puluh Enam
Bagian Lima Puluh Tujuh
Bagian Lima Puluh Delapan
Bagian Lima Puluh Sembilan
Bagian Enam Puluh
Bagian Enam Puluh Satu
Dear Pembaca "Kembali"
Hai
Pre Order "Kembali"

Bagian Enam Belas

9.7K 700 42
By RuangNHD

Salma dan Rony sudah berada di dalam mobil. Sementara Novia diantar Paul pulang, mobil mereka baru saja berlalu.

Suasana di dalam mobil di selimuti kesunyian. Salma duduk sambil menatap ke samping. Bertemu Kevin dan keluarganya membuat suasana hatinya menjadi sendu. Dadanya terasa sesak. Berkali-kali Salma menarik napas dalam untuk menahan sepasang matanya agar tidak kembali basah.

Sementara Rony di sampingnya, duduk diam memegang erat setir mobil dengan isi kepala yang riuh. Lantas ia menoleh ke samping. Menatap Salma yang lebih memilih memalingkan wajah.

"Kejadiannya udah setahun lalu, Ron." Ucap Salma tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sal," ucap Rony lembut.

"Aku yang salah." Tukas Salma.

Rony diam, memilih tidak menanggapi. Ia bingung harus mengatakan apa. Batalnya pernikahan bukan perkara menyenangkan bagi siapapun. Tapi tidak salah kan andai Rony bersyukur pernikahan itu tidak terjadi? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya melihat Salma hidup bersama lelaki lain.

"Aku gak nyesel ngebatalin pernikahan itu," ucap Salma lagi. "Aku cuma ngerasa jadi manusia paling jahat ditatap kayak tadi, Ron." Salma menatap Rony, bulir air mata akhirnya lolos dari sepasang mata Salma.

Salma tahu ia bersalah. Tapi tidak bisa kah mereka sedikit saja mengerti kenapa Salma memilih keputusan itu? Apa tidak ada sedikit saja ruang untuk mereka mengerti? Salma pikir setelah satu tahun berlalu. Semua akan lebih baik.

Sewaktu-waktu andai mereka bertemu, setidaknya tidak ada tatapan membenci seperti tadi. Setidaknya mereka bisa saling bertukar sapa selayaknya orang yang pernah saling mengenal. Atau anggap saja Salma orang asing, itu lebih baik.

Sebenarnya dengan Kevin menyapanya seperti tadi, itu cukup mengejutkan bagi Salma. Setelah mereka putus, Salma memang pernah beberapa kali bertemu Kevin secara tidak sengaja. Dan Salma mampu mengendalikan sikapnya untuk tidak terlihat terlalu canggung. Mereka bertegur sapa layaknya teman.

Tapi tatapan dari orangtua Kevin, juga kakak perempuan kevin yang adalah mama Putri. Tatapan mereka melukai Salma. Membuatnya kembali teringat betapa ia pernah merasa sangat bersalah.

Ingatan tentang hari itu terputar jelas di ingat Salma. Hari di mana ia bicara pada Kevin beserta keluarganya kalau Salma memutuskan membatalkan pernikahannya dengan Kevin.

***

Ibu kota, pertengahan tahun 2028.

Suasana makan malam yang harusnya hangat mendadak beku di ujung acara. Wajah-wajah yang sumringah hilang seketika. Apa yang Salma katakan menjadi penyebabnya.

"Salma boleh ngomong sesuatu?" Ucap Salma sembari menatap sekitar.

"Mau ngomong apa, Ca?" Kevin bertanya lembut. Ia tersenyum menatap Salma. Beberapa hari belakangan ia sedang sangat bahagia. Acara lamaran mereka berjalan lancar. Hal yang Kevin impikan sejak ia merasa yakin dengan Salma lah ia ingin menghabiskan sisa usianya.

"Sebelumnya Salma minta maaf," ucap Salma melanjutkan bicara.

"Kenapa minta maaf sih, sayang?" Kali ini Kevin mengelus lembut tangan Salma yang berada di atas meja. Tangan yang segera Salma tarik. Membuat Kevin merasa ada yang tidak beres.

"Kenapa?" Tanya Kevin, nada suaranya mulai terdengar serius.

"Iya, ada apa Salma? Sepertinya serius sekali." Mama Kevin ikut bertanya. Apa yang ingin disampaikan calon menantunya ini.

"Maafin Salma," Salma kembali mulai bicara. "Salma mau ngebatalin pernikahan..." Kalimat Salma terhenti. Sesak menerjang hatinya.

"Kamu lagi becanda kan, Ca?" Ucap Kevin. "Bilang sama aku kamu cuma lagi becanda."

Salma menggeleng, "Aku mau ngebatalin pernikahan kita." Ucap Salma lagi.

"Salma, maksud kamu apa?" Suara berat ayah Kevin membuat Salma kembali tertunduk.

"Maafin Salma, Pa. Salma gak bisa ngelanjutin hubungan sama Kevin." Ucap Salma lirih. Ia tahu, keputusannya ini menyakiti banyak pihak. Tapi melanjutkan hubungan dengan Kevin akan jauh lebih jahat.

"Kenapa, Salma? Alasannya apa?" Tanya Kevin, nada suaranya terdengar bergetar. Panggilannya juga berubah, tidak lagi Caca seperti kebiasaannya.

"Aku pikir sama kamu aku bisa. Ternyata enggak."

Suasana meja makan ditelan keheningan. Papa Kevin meninggalkan meja makan tanpa mengatakan sepatah katapun. Ia tidak menyangka Salma akan mengatakan hal itu.

Kevin adalah anak yang baik, lembut. Tidak sekalipun anak itu mengecewakannya. Dan sekarang, perempuan yang menjadi pilihan anaknya itu. Perempuan yang sudah ia anggap seperti Putrinya sendiri. Mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan ia dengar. Sebagai seorang ayah, ia terluka.

"Salma, kamu serius dengan apa yang kamu katakan barusan?" Mama Kevin bertanya dengan tatapan tajam.

Salma mengangguk sebagai jawab, "Maafin Salma, Ma."

"Aku antar kamu pulang," ucap Kevin yang langsung berdiri dari duduknya. "Ayo, Salma. Aku antar kamu pulang."

Salma mengangguk, ikut berdiri. Tapi sebelum mengikuti langkah Kevin. Salma berjalan mendekati mama Kevin. Ia ingin berpamitan. Ia tahu, ia sudah mengukir luka di hati perempuan yang paling menyayangi Kevin itu.

"Salma pamit, Ma. Maafin semua salah Salma."

Salma mengulurkan tangan berniat mencium tangan Mama Kevin. Namun tidak dihiraukannya. Wanita yang sudah melewati setengah abad itu justru berlalu menjauh tanpa sepatah katapun. Membuat Salma menarik napas dalam.

"Ayo, Sal." Kevin kembali memanggil Salma.

Salma mengangguk. Ia mengikuti langkah Kevin meninggalkan ruang makan. Terus berjalan menuju pintu.

"Tunggu," suara seorang perempuan menghentikan langkah Salma juga Kevin yang sudah bersiap membuka pintu mobil.

Perempuan itu yang adalah kakak Kevin, ia berjalan mendekat. Tatapan fokus ke arah Salma.

"Kenapa, Sal?"

Kalimat tanya itu membuat satu bulir air mata menetes dari sepasang mata Salma.

"Masuk, Sal." Tukas Kevin, yang langsung dituruti Salma. "Gue antar dia dulu, ka."

"Kamu menyakiti banyak orang, Sal."

Kalimat itu sempurna mendatangkan rasa bersalah ke dalam diri Salma. Seolah langit di atas sana runtuh menimpa dirinya. Berat. Namun Salma tahu, ini risiko dari keputusan yang ia pilih. Dan ia sudah bersiap dengan segala kemungkinan apapun.

Selama perjalanan ke rumah Salma tidak ada satu kalimat pun yang tercipta di antara Salma dan Kevin. Mereka dibungkam kebisuan. Salma yang diliputi rasa bersalah. Dan Kevin yang masih mencerna segala hal.

***

"Bisa jelaskan semuanya?" Kalimat pertama yang Kevin ucapkan begitu mobilnya berhenti di depan rumah Salma.

"Maafin aku, Vin." Suara Salma bergetar, ia menahan seluruh emosinya. Ini bukan keputusan gampang. Ia memilih keputusan ini dengan segala resiko terburuknya.

"Aku pikir sama kamu aku bisa. Tapi nyatanya enggak. Maafin, Vin. Ini juga bukan keputusan gampang buat aku."

"Apa yang membuat kamu gak bisa? Kita udah ngomongin banyak hal sebelum akhirnya memutuskan menikah. Jadi kenapa tiba-tiba kamu kayak gini?"

Salma menarik napas dalam, memejamkan matanya sesaat. "Hati aku nyatanya gak sama kamu."

Kevin meringis, ia mengusap wajahnya kasar. "Lalu hati kamu ke siapa, Sal?"

Salma diam, dadanya sesak.  Ia takut jawabannya akan lebih menyakiti Kevin.

"Dua tahun kita bareng, Sal. Apa selama itu kamu gak sayang sama aku?"

Tidak ada jawaban dari Salma.

"Apa aku pelarian?"

"Vin, maaf. Kamu berhak bersama orang yang beneran sayang sama kamu, bukan orang kayak aku. Orang yang belum bisa lepas dari masa lalunya."

"Seharusnya kamu ngomongin hal ini cukup berdua sama aku. Bukan di acara makan malam kayak tadi."

"Maaf."

"Oke, ini mau kamu. Hubungan kita berakhir." Ucap Kevin pelan. "Turun, Sal."

Tanpa sepatah katapun Salma turun dari mobil Kevin. Ia tahu kalimat apapun tidak akan membuat segalanya jadi lebih baik. Dan tentang kenapa Salma memilih mengatakan hal itu di acara makan malam tadi. Salma hanya ingin pamit sekaligus langsung minta maaf. Tapi mungkin itu keputusan yang keliru.

Mobil Kevin melaju dengan cepat meninggalkan Salma yang masih berdiri mematung di tempatnya. Di saat mobil Kevin sudah menghilang di ujung jalan. Air mata Salma tumpah. Ia melangkah masuk ke rumah sambil menangis.

***


Note : Part yang ini sedih ya. Kalian sedih gak pas bacanya?

Btw, jangan lupa Vote Salmon ya :) Oh iya, barusan aku mikir, keren kali ya kalo fanbase Salmon tetep ada sampai Idol kelar, menemani perjalanan Salma dan Rony di industri musik. Entah bagaimana pun hubungan mereka, kita tetap ada.

Happy reading :)

Continue Reading

You'll Also Like

17.8K 976 10
"Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu...
69.9K 3.6K 28
Kisah dua orang yang dipertemukan karena keadaan, dua orang yang terpaksa memulai ikatan demi kesepakatan orang tua. Keadaan ini memaksa mereka untuk...
820K 39.5K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
281K 21.9K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...