HEERA'S GATE

By Alwxxys

13.8K 2.6K 7.9K

Lahir dengan kutukan abadi, membuat Leora harus berjuang untuk menemukan kunci gerbang takdirnya agar dapat m... More

HEERA'S GATE
New House
Retak
Discussion
Diversion
Our time
Bad feelings
Protector
Make A Promise
Talk to You
I'll be with you
First time at Victoria High School
Glow
Dream
Obsessed
Insiden
Bats and Black Mist
Mistake
Sweet Cake
Emotional
Macaria
Sea Aquarium
Chaos
Treasured
Punishment
Pain
Unexpected
Suddenly I See
Suddenly I See(2)
Karma
A Book Prediction
Pure Love
Situation Critical
Sunset
Eyes
Alchys Palace
Opened The Gate of Destiny
Here, babe.
❄️ SPECIAL CHAPTER ❄️

Threat

296 68 412
By Alwxxys

18. Threat

Hari ini jadwal kelas Leora berolahraga. Gadis itu sudah siap dengan pakaian olahraganya yang berwarna biru muda dengan lengan pendek serta celana di atas lutut. Rambut Leora yang biasanya tergerai kini dikucir tinggi, Rhea yang mengikatnya karena takut rambut Leora akan lepek jika terkena keringat dan cahaya matahari terlalu lama.

Vimilia melenguh sebal karena guru olahraga membawa mereka ke lapangan outdor, meski cuaca tidak terlalu terik tapi tetap saja, ia tidak suka sinar matahari menyentuh kulitnya.

"Kenapa harus di luar coba?! Ngeselin banget si guru bule itu." Vimilia menggerutu.

Leora menepuk bahu Vimilia pelan. "Hus, jangan begitu. Kita harus patuh."

"Hah? Leora gue gak ngerti bahasa lo." Vimilia merengek bingung karena Leora berbicara dengan bahasa yang sangat asing di telinganya. Seperti bahasa alien.

"Ups, maaf." Leora mengulas senyum. "Maksud aku. Kamu gak boleh ngatain Cha Daziel seperti itu, kita harus nurut."

"Ohh." Vimilia mengangguk, ia rangkul bahu Leora berjalan ke tengah lapangan karena guru olahraga yang kerap dipanggil Cha Daziel telah meniup peluit keramatnya.

Reo melambaikan tangan pada Leora yang berbaris di sebelahnya, Leora pun membalas lambaian tangan juga seraya tersenyum hangat.

Tubuh Reo setinggi Elzio, Leora merasa kecil jika berdiri di samping orang-orang tinggi. Maka dari itu Leora iseng berjinjit agar tubuhnya tidak terlalu terlihat mungil.

Reo yang melihat tingkah Leora sontak tertawa, ia menekan bahu Leora agar berdiri tanpa berjinjit. Ia juga iseng sebenarnya.

"Aku pendek sekali." Leora bergumam pelan, telinga Reo dapat mendengarnya.

"Gak papa, lo imut." Reo mengusek kepala Leora pelan.

Leora tertawa kemudian pandangannya beralih pada Cha Daziel yang sedang berbicara di depan.

"Hah, olahraga apa ya? Saya bingung mau kasih materi. Saya habis patah hati soalnya." Cha Daziel berujar lesu mengundang gelak tawa para muridnya.

"Sabar, Cha. Patah hati emang gak enak, mending kita olahraga sendiri aja. Iya, gak temen-temen?" sahut Reo.

"Betul!" Teman-teman bersorak serempak.

Cha Daziel buang napas pelan. Ia mengacungkan jempolnya. "Boleh deh, kalian olahraga sendiri asal jangan meninggalkan lapangan sebelum bel pergantian waktu. Saya ke kantor dulu untuk mengurus nilai essay kelas dua belas."

"Oke, Cha. Ganbatte! Semangat move onnya!"

"Leora mau main apa nih?" tanya Vimilia.

Leora mengedarkan pandangannya memilih alat-alat olahraga yang sudah dikeluarkan oleh ketua kelas. Tatapannya tertuju pada bola basket.

"Aku mau main bola itu. Kamu tau caranya?" tanya Leora pada Vimilia.

Vimilia menggaruk kepala, ia menggeleng. "Enggak tau. Gue gak suka main bola. Tapi, Reo bisa. Lo main sama Reo aja."

Mendengar namanya disebut, Reo mendekat pada dua gadis cantik yang sedang berbincang.

"Kenapa?"

"Leora mau main basket. Lo ajarin aja. Gue gak betah panas-panasan, mau neduh di bawah pohon itu."

Reo mengangguk, ia tersenyum pada Leora lalu mengambil bola basket. "Yuk, gue ajarin."

Leora senang. Ia mengikuti Reo menuju lapangan basket.

Dengan penuh semangat Reo mengajari Leora cara bermain basket mulai dari teori sampai ia praktikan sendiri. Leora mengamati dengan sorot serius sampai tidak sadar ada yang memperhatikannya dari atas balkon lantai tiga.

Vernon menyangga tangannya dibesi pembatas balkon. Ia berusaha untuk tidak mengamuk ketika melihat Leora asik tertawa dengan teman laki-lakinya yang Vernon lupa siapa namanya. Dadanya sangat panas melihat interaksi keduanya tapi ia tidak boleh bersikap egois.

Selama ini Leora tidak memiliki teman manusia, Leora butuh interaksi untuk beradaptasi dengan lingkungan baru adik sepupu kesayangannya. Selama Reo tidak bersikap berlebihan pada Leora, Vernon pikir tidak akan menjadi masalah besar.

"Dor!" Elzio muncul tiba-tiba di samping Vernon.

"Ngagetin lo!" sembur Vernon terkejut.

Laki-laki berambut gondrong itu tertawa singkat, lalu ia mengikuti kemana arah pandang Vernon. Mulutnya menganga seketika. "Ih, Rara-ku mesra-mesraan sama cowok lain. Sakit. Berasa diselingkuhin!"

Vernon memutar malas matanya. Ia layangkan tabokan yang cukup kencang dibahu sepupunya itu. "Gak usah ngomong ngelantur lo!"

"Yang mana nih yang ngelantur?" pancing Elzio.

"Semuanya!" sambar Vernon kesal.

Kekehan panjang meluncur dari mulut Elzio. Ia rangkul bahu Vernon kemudian berujar, "santai aja, Rara gak bakal jatuh cinta sama Reo. Dia cuma bakal jatuh cinta sama gue."

"Apa sih!" Vernon menepis tangan Elzio yang ada dibahunya. "Itu juga lo ngelantur!"

"Gue gak ngelantur. Kan siapa tau. Perasaan Leora susah ditebak." Elzio berkata.

"Kalau suatu saat nanti Leora milih gue buat jadi pasangan dia, lo jangan ngamuk ya Non. Hahahaha." Elzio tertawa lagi melihat lirikan tajam Vernon.

"Gue amuk. Gue cabut nyawa lo nanti." Vernon mendengkus pelan.

"Ngeri ah. Takut." Elzio memeluk dirinya sendiri.

Matanya menyorot penuh kekaguman terhadap Leora di bawah sana. Senyum Leora sangat cantik. Mata Leora bersinar ketika di tempat yang terang apalagi terkena pantulan sinar matahari membuat daya tarik tersendiri pada diri Leora. Kulit Leora sangat putih tanpa celah sedikit pun. Tubuhnya ramping dan indah. Hanya saja tinggi Leora tidak sampai 160 cm, membuat Leora terlihat mungil ketika di samping Elzio yang tingginya mencapai 184 cm.

"Biasa aja ngeliatin Rara!" cetus Vernon.

"Suka-suka gue. Rara-ku cantik. Sayang kalau gak diliatin pake tatapan cinta." Elzio membalas dengan senyuman tengilnya.

Vernon berdecih, ia melipat tangannya di depan dada masih betah menatap Leora yang sedang fokus bermain basket. Leora tampak mahir memainkan permainan bola besar itu, berkali-kali dia mencetak shoot dengan lancar.

Mata Vernon berubah nyalang ketika melihat Reo mengusap keringat di pelipis dan pipi Leora.

Elzio berseru heboh, tak jarang umpatan keluar dari mulutnya. "Anjir, anjir, anjir! Gue curiga Reo naksir Rara-ku! Kalau iya gue patahin semangatnya beneran!"

"Kenapa cuma semangatnya yang dipatahin? Lehernya sekalian!" desis Vernon dongkol.

Elzio menjatuhi Vernon tatapan ngeri. "Gue bukan psikolog!"

"Psikopat, setan! Lo mau gue pukul hah?!" Napas Vernon terengah menghadapi Elzio yang senewen itu.

"Hahaha. Lo lagi PMS, Non? Ngomel mulu perasaan," ucap Elzio.

"Gak tuh. Gue lagi gak mood aja." Vernon menyahut.

"Dari kemarin lo gak mood. Kenapa sih? Cerita coba sama gue, kali aja gue bisa bantu."

"Gak enak kalau cerita di sini, Yo."

Elzio mengernyitkan dahi. Vernon melirik Clayvone samar.

Begitu paham, Elzio mengangguk. "Ya udah ntar aja. Tapi, janji, harus cerita sama gue."

Vernon mengiyakan. Ia lanjut memandangi Leora.

Leora berseru senang ketika bola basketnya masuk ke dalam ring untuk kesekian kalinya. Ia melakukan tos dengan Reo sambil tertawa.

"Lo pinter juga. Sekali diajarin udah langsung paham. Anak siapa sih? Gemes bangeet!" Reo mengusek kepala Leora lagi kemudian merangkul bahunya.

"Anak Papap sama Moma." Leora menjawab.

"Oh iya, Ra. Lo ikut ekstrakurikuler apa di sini?" tanya Reo mengajak Leora duduk di pinggir lapangan.

"Enggak tau. Ada apa aja memangnya?"

"Banyak. Ada robotic, IT, panahan, renang, basket, childress, modeling, seni, dancer dan lain-lain. Kalau mau tau lebih lengkap, lo bisa tanya sama Vernon atau anggota F5 lainnya, mereka ada yang jadi ketua ekstrakurikuler yang gue sebutin tadi," papar Reo panjang lebar.

"Kalau kamu ikut apa?" tanya Leora.

"Gue basket. Gue suka olahraga soalnya. Kalau lagi suntuk pasti main basket, kebetulan sebentar lagi ada pertandingan lawan sekolah sebelah. Lo nonton ya."

"Oke! Nanti aku ajak Vernon dan temen-temen aku yang lain."

Reo mengangguk tanpa memudarkan senyumannya.

"Kalau Vernon ada di ekstrakurikuler apa?" Leora kembali bertanya.

"Dia panahan. Ketua ekstrakurikuler memanah tapi juga kadang ke musik. Vernon sering nyanyi di ruang musik, disaksiin sama anak-anak yang lain."

"Aku gak pernah liat Vernon nyanyi selama di sini."

"Lo minta aja dia buat nyanyi, pasti diturutin. Lo, kan adek sepupu kesayangannya."

Leora tertawa. "Bener juga."

Sejenak gadis itu terdiam, ia teringat perkataan Vernon semalam yang mengatakan bahwa Vernon jatuh cinta padanya. Vernon mengatakan kalimat itu pada saat mabuk berat, mereka juga sempat berciuman sebelum akhirnya Vernon terlelap lebih dulu. Dan paginya, Vernon tidak lagi membahas kejadian semalam.

Leora pikir Vernon tidak mengingatnya. Mungkin semalama Vernon hanya lelah dengan pikirannya yang runyam. Jadi bicaranya melantur.

"Reo, aku ke toilet dulu ya. Cuma sebentar, nanti aku kembali lagi ke sini," pamit Leora.

"Oke. Mau dianter gak?" tawar Reo.

"Gak perlu. Aku tau jalannya kok." Leora mengulas senyum lembut lalu berjalan meninggalkan lapangan sekolah.

Ia perlu mencuci muka untuk menyegarkan wajahnya yang gerah.

Sesampainya ditoilet, Leora menyalakan kran, air dingin menyentuh permukaan kulit tangannya. Ia segera mencuci wajah lalu mengambil tisu yang sudah disediakan untuk mengelap air di wajahnya.

Sekarang, Leora merasa fresh kembali. Ia menatap matanya dipantulan cermin yang selalu menjadi pujian banyak orang. Orang-orang yang bertemu dengannya pasti akan bertanya tentang keaslian mata Leora. Padahal menurut Leora, matanya biasa saja hanya warnanya yang cenderung berbeda dengan warna mata yang lain.

Ingatan Leora tiba-tiba berputar saat ia berhadapan dengan Ivy. Rasa sedih menghampiri hatinya mengingat kutukan itu.

"Apa aku pernah berbuat salah sampai harus mendapatkan kutukan?" tanya Leora sendu. "Kenapa aku dikutuk ya?"

"Bagaimana cara melenyapkan kutukannya?"

"Rasa sakit ditubuh aku adalah bagian dari kutukan itu?"

"Tubuh aku sakit ketika ..." Leora mencoba mengingat apa yang membuat dirinya kesakitan sampai kesulitan untuk bernapas. Otaknya mengarah pada Aileen, bukan, bukan karena di dekat Aileen rasa sakit itu muncul melainkan karena Aileen yang terus melontarkan kalimat jahat menggunakan nada marah.

"Moma bilang jika seseorang sedang marah, mereka cenderung mengeluarkan energi negatif. Itu artinya ... aku enggak bisa berhadapan dengan energi negatif?"

Sedikit demi sedikit Leora mulai memahami bagaimana kutukan yang ada dalam dirinya bekerja. Ia mencoba menelaah lagi, siapa tau ia bisa lebih paham mengenai kutukan itu.

"Soal kekuatan aku yang lemah. Aku punya kekuatan petir tapi aku enggak bisa gunain kekuatan itu terlalu lama atau kalau aku nekat, tubuh aku akan sakit."

"Pedang petir itu juga bikin aku penasaran. Papap dan Moma sampai panik waktu liat aku melawan salah satu iblis yang pernah muncul dihadapan aku dan aku marah, akhirnya pedang petir itu muncul."

"Ini aneh. Kutukan aku punya aroma yang bikin bangsa iblis menggila."

"Wah, ini seperti teka-teki yang harus aku pecahkan. Kutukan aku pasti bisa dilenyapkan tapi bagaimana caranya?" Leora bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia belum melepaskan tatapannya dari cermin.

"Dan apa yang terjadi jika kutukan itu lenyap?"

"Ah, aku bingung tapi aku akan mencari tau."

Leora menyudahi monolognya, ia bergegas keluar toilet dan segera kembali ke lapangan, jangan sampai Cha Daziel marah karena ia meninggalkan lapangan terlalu lama.

Senyum Leora melebar kala melihat Vernon berjalan ke arahnya. "Vernoon!"

Vernon balas tersenyum, ia peluk Leora selama beberapa detik kemudian ia lepaskan. Tangan Vernon merapikan anak rambut Leora yang sudah lepas dari kucirannya, ia juga turut menyeka keringat yang masih tersisa di kening gadis itu.

"Vernon mau kemana? Kok sendirian? Di kelas Vernon enggak ada guru?" tanya Leora bertubi-tubi.

"Di kelas gak ada guru, jadi aku ke sini buat nyusul kamu. Kamu jangan pergi sendirian atuh, gimana kalau ada anak bandel yang gangguin kamu?" Vernon mengusap pipi Leora lembut.

"Enggak ada yang gangguin kok. Vernon tenang aja. Kata Moma, selama kita gak punya niatan buruk terhadap sesuatu, kita juga gak akan diganggu oleh segala hal buruk," ucap Leora.

Vernon mengangguk paham, ia rengkuh lagi Leora ke dalam pelukannya, mencium aroma wangi Leora yang khas. Aroma Vanila.

Leora tertawa, ia tepuk-tepuk punggung kokoh Vernon dengan lembut.

"Vernon, kamu ketua ekstrakurikuler memanah ya?"

"Iya, kenapa?"

"Boleh aku ikut ekstrakurikuler itu? Aku mau."

"Boleh, Rara. Nanti aku bantu kamu isi formulirnya."

"Terima kasih, Vernon. Aku senang kalau dibolehin ikut ekstrakurikuler. Aku jadi punya banyak teman nantinya."

Vernon tergelak masih betah memeluk Leora.

"Vernon capek lagi ya?" tanya Leora.

"Kenapa?" Vernon balik bertanya.

"Soalnya kamu peluk aku lama." Leora menjawab.

"Udah enggak capek."

"Terus?"

"Aku cemburu."

Leora tertegun. Ia melonggarkan pelukannya, menatap mata Vernon lamat-lamat.

"Bukannya semalem aku udah bilang kalau kamu punya aku, Rara? Aku gak suka kamu disentuh sama cowok lain," tukas Vernon.

"Kamu ... inget?" Leora bertanya ragu.

"Inget." Vernon mengangguk. "Kamu pikir aku semabuk itu ya?"

Leora berkedip dua kali. "Emm.. hehehe."

"Rara, aku emang mabuk, tapi aku masih sadar sama apa yang aku ucapin." Vernon semakin merapatkan jarak diantara mereka. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Leora. "Bahkan aku juga inget kalau kita ciuman semalem," bisiknya.

Blush~

Leora menggigit bibir bawahnya, perutnya mulas seketika. Rasanya Leora ingin muntah kupu-kupu. Wajahnya terasa terbakar, pasti sekarang kondisi mukanya memerah karena malu.

"Ver-Vernon jangan diingetin yang itu. Aku malu," cicit Leora.

Vernon mengulum senyum geli lalu mengusap kepala Leora. "Jangan biarin orang lain nyentuh kamu, Rara. Kalau aku gak bisa nahan diri, aku takut kelepasan ngehajar mereka."

"Aku gak suka punya aku disentuh orang lain. Gak suka banget."

"Tapi, Reo temen aku," kata Leora.

"Aku tetep gak suka. Reo temen kamu, kalau kamu biasain dia pegang-pegang kamu, dia bisa nyaman dan jatuh cinta sama kamu. Kamu mau?" tanya Vernon.

"Enggak." Leora menggeleng.

"Berarti cuma boleh aku, kan yang jatuh cinta sama kamu?" Vernon memperdalam tatapannya.

"Vernon, kamu serius sama ucapan kamu? Maksud aku, kita saudara." Mata Leora menyendu mengatakan hal itu, ada rasa tidak rela kalimatnya meluncur begitu saja, tapi ia tidak sanggup menahannya.

"Rara, aku gak peduli. Aku serius sama ucapan aku. Aku cinta sama kamu." Vernon menghembuskan napas berat. Ia tersenyum sedih. "Tapi, aku gak maksa kamu balas perasaan aku. Aku tau kamu gak punya perasaan yang sama ke aku. Aku paham. Kamu anggap aku sebagai kakak sepupu, gak lebih."

Vernon melepaskan rengkuhan dipinggang Leora, tangannya beralih menggandeng tangan mungil Leora. "Ayo, aku antar ke lapangan."

Leora menahan tangan Vernon agar tetap di tempat. "Kalau aku gak punya perasaan yang sama ke kamu, aku gak akan biarin kamu cium aku, Vernon."

Mata Vernon membulat mendengar kalimat Leora. "Rara—"

Leora membelai wajah Vernon, ia tatap hangat kakak sepupunya. "Tapi, kita tetap gak bisa melawan takdir, kan? Mungkin untuk sekarang kita bisa jalanin semuanya dengan normal, tapi gak ada yang tau kedepannya akan bagaimana."

"Kamu sama Aileen..."

"Enggak!" Vernon menggeleng cepat. "Kamu mikir apa soal aku sama Aileen? Pertunangan itu? Aku gak mau. Aku udah bilang sama kamu kalau aku gak mau tunangan sama dia, aku cuma mau kamu. Aku mau kamu, Rara."

Vernon mengambil kedua tangan Leora untuk ia genggam, ia sedikit menundukkan tubuhnya, memuja kesempurnaan fisik Leora melalui tatapannya.

"Gak ada perempuan lain yang bisa bikin aku segila ini. Aku tergila-gila sama kamu. Aku kacau banget waktu kamu disentuh sama orang lain, waktu kamu nerima pelukan Elzio, waktu kamu nerima perlakuan manis Reo, waktu Aileen maksa tunangan sama aku, waktu aku harus ninggalin kamu untuk menuhin keinginan Aileen."

"You're one and only in my heart. Only you. Trust me."

Leora mengulas senyum hangat, ia peluk tubuh Vernon erat-erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Vernon. Ia bergumam, "aku percaya sama Vernon."

"Aku sayang kamu, Vernon."

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

Ruang memanah Victoria terbagi menjadi dua yaitu outdor dan indor. Ruangan outdor di gunakan untuk latihan menjelang kompetisi penting yang diadakan setiap tahunnya, sedangkan ruangan indor digunakan untuk latihan sehari-hari.

Ada berbagai macam bentuk busur panah beserta ukurannya di ruang memanah indor, dari yang kecil, sedang hingga besar.

Anggota ekstrakurikuler memanah lumayan banyak. Tapi, tidak semua hadir dihari yang sama. Masing-masing anggota memiliki jadwal latihan tersendiri, lain halnya ketika ada anggota yang terpilih untuk mengikuti pertandingan memanah.

Ekstrakurikuler memanah diketuai oleh Vernon karena cowok itu jago dalam memainkan busur panah, membidik papan target dengan sangat apik dengan anak panah. Sejak menduduki bangku sekolah dasar, Vernon sudah berlatih memanah dengan Arzion dan saat usianya beranjak remaja, Vernon mulai serius berlatih memanah agar bisa menjadi atlet panahan.

Tapi, waktu Vernon mengenal musik, laki-laki itu malah cenderung lebih sering bermain musik dari pada menekuni kegiatan memanahnya. Ia hanya akan melatih anggotanya sampai mahir, keinginannya untuk menjadi atlet memanah sudah bukan menjadi prioritas utama Vernon.

Cita-cita Vernon sering berganti-ganti menyesuaikan suasana hatinya.

Leora terkagum-kagum melihat busur panah yang menempel di dinding ruangan. Berbagai macam bentuk busur yang unik dan pilihan Leora jatuh pada busur panah berwarna biru muda yang terdapat corak abstrak. Dibagian tengah busur itu ada sebuah bola biru mirip mutiara tapi ukurannya sebesar kepalan tangan orang dewasa.

Busur panah yang cantik.

"Vernon, aku mau pake busur yang ini." Leora berjalan menghampiri Vernon yang sedang menghitung jumlah anak panah di dalam tas khusus.

"Boleh. Busur panah yang cantik, kaya Rara." Vernon memuji.

Leora cekikikan sendiri seraya berterima kasih atas pujian yang Vernon lontarkan.

Vernon memasangkan finger tab atau pelindung jari pada tangan Leora, ia juga memasang pelindung lengan ditambah rompi khusus yang bahannya cukup tebal untuk melindungi tubuh Leora dari cidera.

Setelah itu Vernon mulai mengajari Leora bagaimana cara memanah, teori-teori yang Vernon ucapkan didengar baik oleh Leora.

Vernon berdiri di belakang Leora, ia membantu gadis itu menarik anak panahnya agar menancap pas di papan target.

"Vernon, aku pernah belajar memanah sama Neva." Leora berujar.

"Oh, iya. Pasti kamu lebih jago. Coba atuh, aku mau liat." Vernon melangkah mundur, membiarkan Leora melakukannya sendiri.

Leora mengangguk, ia mulai melesatkan satu anak panahnya. Dalam satu tarikan, anak panah itu menancap tepat di titik merah papan bidikan.

"Hebaaat!" Vernon bertepuk tangan, kagum pada Leora.

"Aku bisa lakuin ini juga." Leora mengambil satu anak panah lagi, ia memejamkan sebelah matanya untuk berkonsentrasi.

Dalam sekali lesatan, anak panah itu membelah anak panah yang sudah menancap.

Padahal anak panah yang Leora gunakan. terbut dari logam yang lumayan berat, tapi gadis itu sanggup membuat anak panah lainnya terbelah menjadi dua.

"Rarayang hebaaat! Cakep euy!" Vernon terkagum-kagum.

Leora tersenyum senang, ia hendak mengambil satu anak panah lagi tapi suara Vernon menahan pergerakannya.

"Rara, aku tau cara supaya latihan memanah kita jadi lebih seru."

Leora memiringkan kepalanya. "Gimana caranya, Vernon?"

Vernon kembali mendekat pada Leora, berdiri di belakang gadis itu. Ia mengambil satu anak panah dari dalam kantong, ia tempatkan anak panah itu ditangan Leora sambil ia genggam tangan adik sepupunya.

"Liat aku, Rara," bisik Vernon.

Leora menoleh, matanya membulat ketika Vernon menubrukkan bibirnya pada bibir Leora.

Anak panah itu ditarik Vernon melalui perantara tangan Leora dan dalam sekali tarikan, benda panjang dan runcing itu berhasil menancap sempurna membelah anak panah yang lain.

Vernon menjauhkan wajahnya, ia tatap Leora yang masih mematung. "Seru, kan?" tanyanya tersenyum jahil.

"Rara kaget." Leora berucap.

Vernon terkekeh. "Mau coba lagi?"

Tanpa diduga Leora mengangguk. Vernon mengulangi kegiatan barusan, ia lumat bibir manis Leora sesekali ia sesap pelan. Tangannya bekerja menarik anak panah itu sampai menancap di papan bidikan.

Leora terlena dengan ciuman lembut Vernon, tangannya digenggam oleh Vernon untuk melesatkan anak panah-anak panah yang lain.

Kali ini, Vernon memilih menyudahi kegiatan memanahnya. Ia singkirkan busur itu dari tangan Leora, tangannya beralih menangkup rahang Leora untuk memperdalam ciumannya.

Sementara tangan Leora berada dipinggang Vernon, ia sedikit berjinjit agar Vernon tidak lelah membungkuk.

Napas mereka mulai berantakan, tapi tak sedikit pun dari mereka memilih untuk mengakhiri ciuman panjang tersebut.

Vernon masih betah bermain-main dengan bibir Leora, sensasinya bikin dia mabuk ke awan. Ia kecanduan dengan bibir Leora yang lembut dan manis seperti lelehan madu itu.

Kepala Vernon miring ke kanan lalu ke kiri, mencari posisi ternyaman ciumannya.

Bunyi decapan ciuman mereka sampai menggema di ruangan.

Di menit ketiga, Vernon menarik wajahnya. Ia atur napasnya yang berderu tak terkendali, bibir Leora bengkak dan basah karena ulahnya.

Vernon kembali memajukan wajah, mengambil kecupan demi kecupan singkat dibibir Leora lagi.

Jantung mereka kembali berdebar gila dan menyenangkan.

Mata Leora bergerak menatap Vernon, senyum manisnya terulas. Ia belai wajah Vernon. Lalu ia lingkarkan tangannya di leher Vernon.

Leora berjinjit, ia kembali mengecup bibir Vernon singkat.

Vernon mendadak gugup ketika Leora makin berani mengambil langkah duluan. Tangan Vernon sekarang ada dipinggang kecil Leora, ia melakukan remasan pelan di sana.

Keduanya saling tertawa kemudian seolah hal lucu yang menggelakkan hati mereka baru saja terjadi.

Vernon mengusek hidung lancipnya pada hidung Leora. "I love you, Rara."

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

"Princess, sakit! Jangan kasar-kasar sama gue!" Aileen meringis kesakitan, langkahnya terseret oleh Princess yang menjambak rambutnya dan berjalan dengan cepat.

Princess mendobrak pintu toilet, lalu menghempaskan Aileen ke wastafle. Tatapannya nyalang, napasnya memburu saking emosinya.

"Lo apain Leora kemarin?!" tanya Princess penuh penekanan.

"Gue gak ngapa-ngapain. Lo dihasut apa lagi hah sama dia?!" Aileen mengusap kepalanya yang berdenyut. "Bisa gak sih lo percaya sama gue? Gue temen lo, Princess! Jangan gampang kehasut sama Leora!"

Princess maju selangkah matanya semakin tajam seakan ingin sekali menguliti Aileen hidup-hidup detik ini juga. "Percaya sama lo? Setelah gue liat sendiri gimana kelakuan setan lo, um?"

"Aileen, lo selalu mengabaikan peringatan dari gue. Jangan salah, gue gak akan pernah main-main sama ucapan gue. Gue bakalan ngehajar lo lebih dari yang pernah gue lakuin kemarin kalau lo tetep nekat ngusik Leora!" tukas Princess.

"Kenapa lo selalu belain Leora?! Dia ngerusak kebahagiaan gue, dia rebut Vernon dari gue, dia bikin temen-temen gue termasuk lo benci sama gue!" seloroh Aileen marah.

"Lo salah Aileen. Sejak awal, Leora gak pernah ngerebut Vernon dari siapa pun karena Vernon yang dateng sendiri ke Leora." Princess menatap rendah Aileen. "Dia gak tertarik sama lo. Jangan samain Vernon sama cowok-cowok murahan yang tergila-gila sama lo. Selera Vernon jauh lebih tinggi!"

"Kurang ajar lo! Lo jadi jahat banget sekarang, Princess!" pekik Aileen geram.

"Gue jahat dari dulu. Cuman gue sembunyiin aja selama ini, gue bakalan tunjukin sifat jahat gue yang sebenernya kalau adek kesayangan gue kenapa-napa karena ulah lo," ucap Princess.

Aileen menatap Princess takut, ia tidak pernah menerima perlakuan semengerikan ini dari sahabatnya. Semuanya gara-gara Leora, teman-temannya berubah, menjaga jarak dengannya karena Leora. Aileen sangat membenci Leora. Otaknya tidak berhenti merencanakan tindakan jahat untuk membuat Leora jera.

"Lo pikir gue takut sama ancaman lo? Gue bakal rebut apa yang pernah jadi milik gue! Vernon itu cuma buat gue, bukan cewek aneh kaya Leora!" cetus Aileen.

"Vernon gak tertarik sama cewek murahan," telak Princess.

Aileen makin murka, ia mengangkat tangannya hendak menampar Princess tapi pergerakannya kalah cepat dengan adik Elzio itu.

Princess mencengkram erat krah baju Aileen, menekannya kuat-kuat hingga membuat Aileen kesulitan bernapas.

Gadis itu berbisik tajam, "lo gak mau gue bikin koma di rumah sakit, kan?"

Kelereng mata Princess naik menatap pantulan wajahnya sendiri di depan cermin besar, seringaian muncul mengerikan. "Lo sedang berhadapan dengan orang lain yang ada ditubuh gue, Aileen. Hati-hati. Kalau dia makin marah, nyawa lo dalam bahaya."

Aileen terbatuk ketika Princess melepaskan cengkraman di lehernya. Ia mengusap lehernya yang terasa sakit, badannya gemetaran, kakinya lemas seketika.

Tanpa berkata lagi, Princess keluar dari toilet mengabaikan Aileen yang sedang kesakitan di dalam sana.

"Gimana?" tanya Elzio.

"Aman." Princess menjawab.

Elzio merangkul bahu adiknya seraya bersiul merdu disepanjang koridor. Laki-laki itu menyisir rambutnya ke belakang, pesona memang tidak main-main kakak beradik itu. Satunya badas, satunya tengil tapi hangat.

"Lo selalu nyeremin, Princess. Kalau kita bukan sodara kandung, udah gue pacarin lo."

"Najis!"

"Love you too."

──────⊹⊱✫⊰⊹──────

B E R S A M B U N G

GIMANA PART INI?!

Aku mau kasih kalian momen manis Leora-Vernon nih, aku harap kalian gak bosen ya bacanya. Pasti capek, kan marah-marah terus gara-gara Aileen, nah makanya aku mau bikin suasana jadi adem dulu untuk beberapa part ke depan baru setelahnya kita huhah huhah lagi😍🫶🏻

Kalian tim mana?

1. RANON = Leora 🫶🏻 Vernon

2. RAZIO = Leora 🫶🏻 Elzio

3. AIVER = Aileen 🫶🏻 Vernon

Makasih ya udah sering spam komen dan gak berhenti vote setiap part yg aku update. Aku sayang banget sama kalian pokoknya, my Stars🫶🏻

Jangan lupa jaga kesehatan ya💖

Tolong vote komennya lagi yuk💪🏻

──────⊹⊱✫⊰⊹──────


──────⊹⊱✫⊰⊹──────

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA💪🏻🫶🏻💖❤️‍🔥

Continue Reading

You'll Also Like

353K 41.1K 43
SEQUEL 'THE VILLA'. Judul awal 'Her and The Devil'. Kisah mereka belum sepenuhnya selesai, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Kania dan t...
393K 70.1K 47
SELION HIGH SCHOOL Sekolah yang penuh dengan kejutan bagi Cassie. Memiliki kisah misteri yang membuat Cassie penasaran sendiri. Cassie heran dengan...
472K 5.1K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...
108K 15K 51
[END] Fantasi-misteri [Disarankan membaca dua buku sebelumnya : AOS dan ASD Ada banyak misteri di dunia ini tentang makhluk yang tidak bisa dinalar o...