Annora Untuk Ravindra [End]

By LiaAmelia19_

2.9K 326 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... More

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 03.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 07.
Bagian 08.
Bagian 09.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 13.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Bagian 26.
Epilog.

Bagian 10.

89 10 0
By LiaAmelia19_

Suasana hari ini di Madrasah Aliyah Jakarta cukup menegangkan. Ya lebih tepatnya adalah para siswa-siswi Madrasah yang wajahnya sudah terlihat sangat gugup dan tegang sekali. Karena hari ini adalah hari pembagian raport semester genap.

Annora yang berjalan menuju perpustakaan, diikuti oleh sahabatnya Zahra. Annora dengan ekspresi yang sangat tenang. Namun, lain hal nya dengan Zahra. Tercetak jelas wajah kegugupan di wajah Zahra.

"Ey Ora, kamu kok biasa-biasa aja sih. Padahal hari ini pembagian raport. Penentuan juga, kita naik ke kelas dua belas atau engga. Aku aja udah jantungan sedari tadi malam. Takut hasilnya tidak memuaskan. Siap-siap deh, dengerin ceramah nanti di rumah hiks," oceh Zahra sembari berjalan mengikuti Annora.

"Kalo kamu sungguh-sungguh belajar selama ini, trus kamu ga lupa doa. In syaa Allah Za, hasil Rapot kamu sesuai yang kamu harapkan."

"Bismillah ya Ora."

"Tapi kamu tenang banget mukanya. Padahal kan kamu juga harusnya tegang. Karena kamu disini, mengharapakan juara umum kamu bertahan, kan?" Sambung Zahra.

Annora hanya diam dan mengulas senyumannya. Annora adalah gadis peraih juara umum di Madrasah Aliyah Jakarta. Dia setiap semester, selalu mendapatkan juara 1 kelas juga juara 2 umum. Selama ini dari kelas 10, juara itu selalu dia pertahankan.

"Kenapa? Jadi kamu ga berharap?"

"Aku serahkan semuanya sama Allah, Za. Apapun hasilnya nanti, itulah usaha aku selama ini." Ucap Annora pasrah.

Sesampainya di perpustakaan. Annora segera pergi ke rak buku. Mengembalikan buku yang ia pinjam selama ini. Sedangkan Zahra, dia menunggu Annora di depan perpustakaan.

"Nah, disini," monolog Annora yang mendapati rak buku, buku yang ia pinjam. Lalu dia menaruh buku tersebut secara hati-hati di rak.

Hacih!

"Alhamdulillah," ucap Annora setelah terbersin, lalu mengusap hidungnya.

"Yarhamukillah."

Deg

Annora menoleh ke arah sumber suara. Betapa kencangnya deberan jantung Annora setelah melihatnya. Tidak salah lagi, Annora sangat mengenali suara ini. Ravindra Natharrazka. Namun, dia hanya melewati Annora, tidak sedikit pun menoleh ke arah Annora.

Mereka berdua juga sudah tidak saling berkomunikasi sekarang. Sudah tidak sedekat itu. Ravindra yang tidak berusaha mendekati Annora lagi, juga Annora yang biasa saja dan terlihat tidak peduli dengan Ravindra. Mereka lakukan ini semua, agar mereka tidak terjebak dengan perasaan mereka.

Setelah pengajian itu, semuanya berubah hingga sekarang. Namun tak bisa dipungkiri, eye contacts menjadi salah satu ketidak sengajaan mereka. Itu juga membuat mereka masih mengulas senyum setelahnya. Debaran itu masih ada hingga sekarang di hati mereka. Mereka hanya berhenti berkomunikasi, bukan mencintai.

"Yahdikumullah wayushlihu balakum," ucap Annora lirih menatap Ravindra yang sedang menulis sesuatu di bagian laporan peminjaman buku.

Annora masih diam di tempatnya. Sebenarnya dia ingin ke sana menulis bahwa bukunya sudah di kembalikan. Tapi, masih ada Ravindra disana.

Setelah Ravindra beranjak dari sana. Annora pun juga ikutan beranjak dari tempatnya menuju ke tempat laporan peminjaman buku tersebut.

Annora menulis namanya juga nama buku yang ia kembalikan dan tanggal hari ini, di sebuah buku laporan peminjaman perpustakaan.

Deg

Mata Annora membulat kaget setelah dia menulis dan membaca nama diatas namanya. Ravindra Natharrazka. Dia bukan kaget karena melihat nama itu, tapi buku apa yang dipinjam oleh Ravindra.

"Pernikahan di dalam Islam," lirih Annora membaca ulang tulisan Ravindra. Degup jantung Annora sudah tidak karuan. Dia juga terlihat kesusahan menelan salivanya.

"Untuk apa dia meminjamnya?" Lirih Annora.

"Permisi mbak, saya mau mengisi bukunya juga," ucap salah seorang yang berada di samping Annora.

"Eh iy-iya, maaf," Annora pun segera pergi dari tempat itu.

*****

"Annoraaaaa aku bangga sama kamu," teriak Zahra dengan suara cemprengnya, sehingga membuat orang yang berada di kelas 11 IPS 1 itu spontan melihat Zahra.

Sedangkan Annora hanya diam dan mengulas senyum melihat tingkah sahabatnya ini.

"Eh, kekencengan ya teriaknya," ucap Zahra yang spontan memegang bibirnya.

Annora terkekeh dan segera membersihkan mejanya.  Menaruh beberapa alat tulis yang ia tinggalkan di laci meja ke dalam tasnya. Hari ini, Annora akan meninggalkan kelas ini.  Dia akan mendapatkan kelas baru sekitar dua Minggu setelah liburan. Dia juga akan menjadi kakak kelas tertinggi di madrasah ini. Ya, Annora menaiki jenjang selanjutnya. Yaitu kelas 12 IPS 1.

Annora melirik sejenak ke arah meja Ravindra. Nihil, tak ia temukan jejak Ravindra disana. Tasnya juga sudah tidak ada. Mungkin, Ravindra sudah pulang sedari tadi, pikirnya.

"Annora, kamu kok biasa-biasa aja sih. Ga ada bahagia-bahagianya. Padahal, kamu hari ini mendapatkan juara dua umum lagi," celetuk Zahra yang membuka suara setelah Annora selesai dengan aktivitasnya.

Annora tersenyum menatap piala yang bertuliskan juara dua umum tingkat kelas 11, Madrasah Aliyah Jakarta. Dia juga menatap dua paper bag yang sudah berisikan hadiah. Satu paper bag yang bertuliskan juara satu kelas, dan satu paper bag lagi bertuliskan juara dua umum Madrasah.

"Aku bahagia kok Zahra. Alhamdulillah, inilah hasil dari usaha dan doa aku, juga berkah dari Allah," ucap lembut Annora.

"Maa syaa Allah," ucap Zahra kemudian mengambil satu kursi dan ia letakkan di dekat Annora. Kemudian, Zahra duduk di atas kursi itu. Ia menatap hadiah-hadiah juara Annora sekilas lalu mengulas senyum.

Zahra melihat ke arah Annora sejenak. Tapi, kenapa Annora seakan-akan ada yang ia pikirkan. Annora juga tidak sebahagia itu, seperti ada yang mengganjal di hati Annora.

"Kamu ada masalah, Ra?"

Annora hanya diam melamun dan tidak membalas pertanyaan Zahra. Entah apa yang ada di pikiran Annora saat ini.

"Ra?"

"Annora!" Ucap Zahra yang sedikit meninggikan nada bicaranya.

Annora spontan menoleh ke arah Zahra, "apa Zahra?"

"Kamu ini, dari tadi juga ditanyain, ga dijawab," ketus Zahra.

"Kamu nanya apa?"

"Tuh kan. Ini nih, akibat dari melamun. Jadi ga sadar sahabatnya lagi bicara," dumel Zahra.

"Maaf," kekeh Annora.

"Kamu ada masalah apa, Ra?" Tanya Zahra, yang mengulang pertanyaannya.

"Itu Za. Ravindra," jawab Annora. Annora kemudian melirik sekitar kelas. Syukurlah, tinggal mereka berdua sekarang.

"Kenapa Ravindra?"

"Tadi aku ketemu dia di perpustakaan, sebelum pembagian raport. Dan kamu tau? Dia mengembalikan buku di perpustakaan-"

"Cek ilee, Ra. Kamu kaget gitu dia bisa baca buku juga, ha?" Tanya Zahra yang memotong ucapan Annora.

"Makanya kamu itu dengerin dulu," ketus Annora.

"Emang ada apa?"

"Kamu tau ga sih," rengek Annora yang mengingat hal di perpustakaan tadi.

"Apa emang, ha?"

"Dia minjam buku yang judulnya. Pernikahan di dalam Islam zaaaaa," ucap Annora yang semakin overthingking dibuatnya.

"What! Pernikahan di dalam Islam!" Seru Zahra yang juga kaget.

"Iya," Annora pun menghela nafas beratnya.

"Jangan-jangan, dia mau nikah. Jangan-jangan, dia juga ngejauhin aku karena hal itu. Dia mau nikah, nikah muda. Apa lagi dia pasti mampu untuk nikah, dia kan CEO, Za. Dia udah mampu kalo dia mau. Jangan-jangan benar, dia mau menikah. Tapi bukan dengan aku. Arghhhhh Zahraaa!"

Zahra menepuk jidatnya, sungguh gila pemikiran sahabatnya yang satu ini. Overthingking nya terlalu jauh, hingga menikah. Astagfirullah! Zahra harus banyak-banyak ngucap.

"Kamu kenapa, Za? Kok ngucap? Aku salah, kah?" Tanya Annora dengan wajah sedihnya.

"Kamu mikirnya terlalu jauh sih. Mana mungkin dia mau menikah. Astagfirullah, positif thinking Annoraaaa!" Seru Zahra yang juga lelah dengan pemikiran Annora. Padahal disini, Annora yang mikir. Tapi, Zahra yang cape dibuatnya.

"Ga bisa, aku overthingking nya tingkat tinggi, Za!"

Zahra memutar bola matanya malas.

"Zahra. Ish kamu, ih!" Ketus Annora yang kesal dengan Zahra.

"Gini ya Ra. Aku bilangin. Mungkin aja Ravindra minjam buku itu hanya sekedar penasaran. Lagian juga, apa salahnya. Usianya juga udah cukup, delapan belas tahun untuk tau tentang pernikahan. Dan, masalah dia mau nikah muda, sepertinya tidak. Dia juga mungkin mau fokus ke sekolah dia, dan juga mengurus bisnisnya itu. Kalo dia nikah, bertambah lagi dong tanggung jawab dia. Dan lebih berat lagi. Sepertinya itu tidak mungkin untuk sosok seperti Ravindra," ucap Zahra sekaligus menenangkan Annora.

Annora menganggukkan kepalanya mendengar untaian-untain dari Zahra.

"Jadi, dia hanya penasaran, Za?"

"Yes."

"Kalo dia mau menikah beneran, gimana, Za?"

"Siapa tau calonnya kamu," ucap Zahra yang membuat Annora tersenyum salah tingkah.

To Be Continued

Mereka hanya berhenti berkomunikasi bukan mencintai:)

Jangan lupa vote!

Jazakumullah 🤍

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 391 28
Roman - Pendidikan . . . Ray Archie Al-Ghaisan, dia berprofesi sebagai seorang dosen. Dia dikenal sebagai pribadi yang tegas dan jujur. Hingga suatu...
3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
39.5K 2.7K 36
Putri Aira Narendra seorang gadis 21 tahun muslim berprofesi sebagai Dokter yang taat sekali beragama namun dibalik itu semua dia menyimpan dendam ke...
37.6K 2.8K 43
Follow ig rp;@gus_alvrndra @Ahza_rumaisaaaa @qianzynaaa @Felishaazrine Kisah seoran...