The Two Worlds He Created

By Melin_ndaaaaa

29.6K 2.1K 53

Transmigrasi karena jatoh dari gerbang sekolah?! Yang benar saja! Dunia memang sudah gila. Bertransmigrasi ke... More

PRÓLOGO
BAB 1 - Berbeda
BAB 2 - LAVERGHOST
BAB 3 - RDZX
BAB 4 - Masa Lalu
BAB 5 - Kasih Sayang Mammu
BAB 6 - One Revealed
BAB 7 - The Idol And Exposed
BAB 8 - Bukan Disini Tempatnya
BAB 9 - My Live in Chapters
BAB 10 - Ketauan!
BAB 11 - Dia Pelakunya?
BAB 12 - Perempuanku
BAB 13 - Cinta dari Laut
BAB 14 - Konser & Tragedi Kelam
BAB 15 - Masalah
BAB 16 - Jadian?
BAB 18 - Keluarga
BAB 19 - Pengakuan
BAB 20 - Kecurigaan
BAB 21 - Kejelasan
BAB 22 - Penyusup
BAB 23 - Sebenarnya Dia Siapa?
BAB 24 - Kau Harus Pulang
BAB 25 - Mine.
BAB 26 - Hai, Nona

BAB 17 - Rumor

825 65 0
By Melin_ndaaaaa

Dia dhuit!

Haaloo Cilorr, apa kabarnya? Sebelum baca ayo follow akun authornya duluu.

~Hepi Reading~

"Gue sebel banget sumpah!"

Ayara menautkan alisnya kesal, ia bersedekap dada sembari berjalan dengan langkah yang sangat cepat.

"Kalem sih Ra jalannya, kantin udah deket kok." Keluh Zeylana

"Sumpah Zey, gue kesel banget! Dari tadi pagi gue jadi bahan omongan mulu, lewat dikit digibahin." Ketus Ayara

"Ya mau gimana lagi Ra? Mereka udah terlanjur percaya sama beritanya." Kata Zeylana

"Ya makannya itu, sekolah mahal-mahal di Pandawa otaknya masih aja bego. Mereka cuman liat satu sisi doang, kagak liat sisi lainnya emang manusia bisanya pandang sebelah mata." Balas Ayara

"Maaf ya Ra, gue gak bisa bantuin apa-apa soalnya akses gue sama grup penyiaran juga terbatas. Terlebih lagi bukan gue yang bisa posting-posting berita di sosial media." Ucap Zeylana

Ya, sekolah mereka mempunyai grup penyiaran yang biasanya membawakan banyak lelucon di saat jam kosong ataupun pemberitahuan penting bagi siswa-siswi Pandawa.

Organisasi ini di ketuai oleh Yohan, anak kelas dua belas IPS yang menjadi kakak kelas tergalak di SMA Pandawa.

Zeylana adalah salah-satu anggota dari grup penyiaran, ia bertugas pada bagian pengumpulan komentator. Biasanya Zeylana akan memilih beberapa komentar dan membacakannya pada saat live streaming.

"Lagian siapa sih yang mosting? Kurang kerjaan banget kayaknya sampe sekongkolan sama si Zilvi." Celetuk Ayara

"Biasanya sih Devi ya, tapi gue juga gak tau pasti soalnya petugas pemostingan suka di rolling." Balas Zeylana

Kini mereka telah berada di dalam kantin, Ayara duduk di salah satu bangku yang ada sembari menunggu Zeylana memesan makanan.

Ia hanya menitip segelas susu murni untuknya minum, dirinya tidak nafsu makan setelah mendengar banyak gosip tentang rumor yang Zilvi buat. Ia hanya perlu minum untuk menyegarkan pikirannya, sungguh rasanya ia ingin sekali membakar seluruh orang yang ada di SMA Pandawa.

"Nih Ay, minum dulu."

Ayara mengambil gelas berisi susu putih dingin dari tangan Zeylana, ia buru-buru meminum susu itu hingga tandas tak tersisa.

Ayara menaruh gelasnya dengan kasar. "Hahh," Ia mendesah setelah meneguk susu murninya.

Zeylana yang tengah memakan semangkuk mie ayam itu menatap Ayara sembari menyuruput mie dengan cepat, ia seperti tengah meminum air sehingga mengeluarkan suara.

"Enak bu?" Tanya Zeylana

"Gak bakalan enak sampe gue nemuin si Zilvi, dasar anak Abu Lahab sukanya nebar fitnah." Jawab Ayara

"Dih, udah salah malah nyalahin orang."

Ayara serta Zeylana yang seketika menghentikan kegiatannya menyeruput mie menoleh kala mendengar celetukan salah satu siswi yang tengah duduk di bangku sebrang Ayara.

Ayara mendelik malas. "Sekolah mahal-mahal di sini tapi malah kebawa suasana rumor. Ketara banget begonya tau gak pren?" Sindir Ayara

Brak!

Gadis itu berdiri sembari memukul meja. "Ngomong apaan lo?!"

"Tuli? Budeg? Atau kuping lo katarak?" Kata Ayara, ia ikut berdiri dengan santai. "Gue bilang, bego lo ketara banget."

"Banyak omong lo Ayara! Lo pikir lo yang paling tersakiti? Harusnya lo mikir gimana perasaannya Zilvi! Dia udah pacaran empat tahun sama orang yang dia cinta tapi lo hancurin gitu aja!" Sentak siswi tadi

"Oh aja sih kata gue." Balas Ayara dingin

Ayara bersedekap dada, ia maju beberapa langkah mendekat. Suasana kantin yang tadinya ramai kini hening karena pertengkaran itu.

"Lo tau apa sih? Apa buktinya gue hancurin hubungan mereka?" Tanya Ayara

Siswi tadi diam, ia tak punya bukti sama sekali untuk sekarang.

Ting!

Ponsel Ayara berbunyi ketika notifikasi pesan masuk, Ayara segera membuka ponselnya tanpa memperdulikan murid tadi.

_________________
Rafad

Gua bru tau rumor tntg lo.

D ksh tau Dylan td.

Biar gua yg urus, lo jgn mrh2 d sklh y.

Jgn biarin nm lo mkn jlek ya cantik 😉

•••

Ayara tersenyum miring, ia menaikkan sebelah alisnya penasaran. Ia baru saja ingin menyelesaikan urusannya di sini, namun ketika melihat pesan dari Rafad dirinya tergugah untuk menunggu apa yang akan Rafad lakukan.

Dengan cara apa ia akan menuntaskan masalah ini? Jelas-jelas Rafad tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.

Ayara menaruh ponselnya, ia menatap gadis tadi masih berada di hadapannya.

"Kali ini gue maafin dulu deh, lain kali lo gak bisa lepas ya manis." Ucapnya sebelum melegang pergi dari sana

Ayara berjalan disusul oleh Zeylana, gadis itu sedari tadi hanya diam memperhatikan pertengkaran Ayara sembari memakan mie ayamnya.

"Ra! Tungguin!" Panggil Zeylana sembari berlari kecil

Setelah sampai di sebelah Ayara ia menepuk bahu gadis itu.

"Lo kok malah pergi gitu aja?" Tanya Zeylana heran

"Pengen doang." Jawab Ayara berbohong

Ia tidak mau Zeylana mengetahui rencananya untuk menunggu Rafad yang menyelesaikan segala permasalahannya.

"Kenapa lo gak ngebales dia sih? Mereka kan salah paham sama rumor yang dibaca." Kata Zeylana

"Buat apa? Gausah dimasukin kehati omongan sampah kayak dia. Orang kayak mereka minim literasi, kurang suka baca dan sukanya berekspektasi ketinggian tanpa mau mengoreksi diri mereka sendiri. Sama satu lagi, hobi orang yang nyebarin rumor itu cari sensasi dan tebar kebencian sana sini." Balas Ayara

Zeylana menaikkan sebelah alisnya heran, Ayara sedikit mencurigakan menurutnya. Padahal sebelumnya ia marah-marah terhadap rumor yang ada tapi sekarang mengapa ia malah biasa-biasa saja seolah tidak ada apa-apa?

"Terus kenapa lo tiba-tiba lembut sama mereka semua?" Tanyanya kemudian

"Maksudnya?" Ayara balik bertanya lantaran tak paham apa yang Zeylana maksud

"Padahal sebelum lo ketemu mereka lo misuh-misuh gak jelas dan pengen ngebales yang jelek-jelekin nama lo, tapi kenapa pas ketemu mereka lo jadi lemah lembut?"

Ayara berhenti dipertengahan jalannya, menghembuskan nafas lelah sembari berpikir sejenak.

Ia bingung ingin menjawab apa, Ayara juga tak mungkin memberi alasan yang tidak jelas jika sudah seperti ini.

Ayara menarik nafasnya, ia menatap Zeylana yang berada persisi di sampingnya.

"Kadang, kebencian gak harus disikapi sama kemarahan. Mereka benci sama gue itu wajar, tapi kalau gue menyikapi mereka sama amarah gue yang ada semuanya tambah kacau. Karena di setiap benci juga pasti ada alasannya, mereka juga punya perasaan dan punya hak buat benci sama gue. Jadi, gak salah kalau kita coba hadapin mereka pake cara yang lembut." Ucapnya

Zeylana mengangguk-anggukan kepalanya terkejut sembari menunjukkan reward smile miliknya.

"Iye-iye-iye, emang paling bener bespren gue mah." Ucapnya membuat Ayara terkekeh

Mereka kembali berjalan menuju kelas sembari tetap tertawa-tawa.

⚪⚪⚪

"Lo udah ngurus masalahnya Ayara?"

Rafad bertanya pada Laut yang kini tengah duduk di bangkunya. Mereka tengah menikmati jam kosong sembari mengobrol, kelas sedang lumayan sepi karena para murid memilih untuk pergi ke kantin.

"Udah, gue udah ngomong sama Yohan. Katanya nanti dia yang ngurusin semuanya." Jawab Laut

Rafad mengangguk paham, ia kembali duduk ke tempatnya dengan santai.

Tring... Tring

Suara notifikasi telepon membuat seluruh anggota Laverghost menoleh. Mereka menatap sumber suara yakni ponsel milik Dylan.

"Telpon tuh Lan," Celetuk Ezra

"Biarin." Balas Dylan acuh

"Angkat dulu, siapa tau penting." Kata Elfatir

"Penting? Penting ngancurin suasana hati gue?" Tanya Dylan ketus

"Dy, siapa tau beneran penting. Seenggaknya angkat dulu sebentar, kalau emang lo udah gak nyaman baru matiin telponnya." Tegur Elfatir, ia mendekati Dylan lalu menepuk bahu lelaki itu dua kali.

Dylan hanya mendengus pasrah. Pada akhirnya, Dylan mengangkat telepon tersebut.

"Ya,"

"Di mana kamu?" Orang di sebrang sana bertanya

"Di sekolah." Jawab Dylan

"Pulang sekarang."

"Yang bener aja Pap, Anka lagi sekolah. Anka gak bisa pulang sekarang, kalau mau ngobrol nanti aja pas Anka udah selesai sekolah." Balas Dylan

"Kamu ini, tidak ada sopan santunnya sama orang tua. Kalau tidak pulang sekarang, kamu Papap kurung di kamar selama tiga hari!" Kecam orang di telepon itu

"Oh." Dylan hanya menjawab demikian sebelum akhirnya memutuskan telepon secara sepihak.

"Om Dhana ya, Lan?" Tanya Ezra kecil, ia merasa tidak enak untuk menanyakan hal ini apalagi raut wajah Dylan terlihat tak bersahabat tapi ia juga sangat penasaran.

"Ya." Jawab Dylan singkat

"Kenapa lagi?" Tanya Rafad tertiba, lelaki yang sedari tadi hanya diam itu kini bertanya tiba-tiba.

"Bokap gue minta gue pulang sekarang." Jawab Dylan

"Eh buset? Yang bener ae. Terus, lo iyain Lan?" Kata Langit

"Kagak," Jawab Dylan

"Lah terus, bokap lo marah dong?" Elfatir

"Banyak tanya lo semua, dia cuman bilang kalau gue gak pulang gue di kurung tiga hari." Balas Dylan lalu memilih untuk tidur di kelas

"Lah si kampret malah tidur. Lo mending pulang Lan, daripada nantangin maut!" Usul Ezra

"Bodo." Hanya itu yang Dylan ucapkan

"Udah biarin aja Zra." Kata Rafad

"Yaudah, mending gue ngikut tidur juga kalau begitu mah." Balas Ezra

Setelah itu, para anggota lainnya pun ikut tertidur. Mereka memilih menikmati alam mimpi di banding merasakan sakitnya kenyataan di dunia.

Menghempaskan semua kelelahan di atas sebuah meja kecil yang hanya bisa menampung satu kepala mereka.

Yang mereka pikirkan saat ini hanyalah satu, mati atau hidup dengan penderitaan.

⚪⚪⚪

Malam ini, Ayara tengah menikmati dinginnya angin malam lewat jendela kamarnya.

Menatap langit yang entah mengapa tidak ada benda-benda langit, seolah-olah langit tengah mengerti apa perasaannya.

Ayara tengah merasakan rasanya kehampaan, ia juga merasakan rasa rindu yang teramat dalam.

Di dalam lubuk hatinya, Ayara sungguh ingin kembali ke dunianya. Ia ingin bertemu dengan ibu, ayah, kakak, adik serta sahabatnya yakni Alin.

Sudah terhitung kurang lebih satu setengah bulan Ayara tak bertemu mereka semua, mempertanyakan bagaimana keadaan dan kehidupan mereka sekarang.

Bertanya-tanya bagaimana caranya agar ia bisa bertemu dengan mereka walaupun itu hanya dalam mimpi.

"Bu, pak, Rara baik-baik aja kok di sini. Ibu sama bapak gausah khawatir, Rara pasti bisa jaga diri Rara sendiri." Celetuknya

"Bu, pak, doain Rara biar bisa pulang ya? Biar bisa kumpul lagi sama ibu, bapak, kakak dan adek." Sambungnya

Setetes air mata runtuh dari mata indahnya. "Rara kangen kalian."

Klek

"Sayang,"

Ayara dengan cepat menghapus air matanya di kala mendengar suara Aura memanggilnya.

"Mammu? Mammu kenapa belum tidur?" Tanya Ayara heran

Aura diam sejenak di dekat pintu sebelum akhirnya berjalan mendekat ke arah Ayara.

"Mammu gak bisa tidur nak, kamu sendiri? Kok belum tidur?" Ucapnya

"Aya belum ngantuk, ayo duduk Mu." Jawab Ayara lalu membawa ibunya untuk duduk di tepi ranjang

Aura tersenyum hangat melihat putrinya, ia mengusap rambut Ayara perlahan-lahan.

"Kamu kayak punya masalah yang berat, mau cerita sama Mammu?" Tanya Aura

Ayara diam, menatap Aura sejenak sebelum akhirnya menghela nafas. Ayara tersenyum sembari memegang lengan Aura.

"Aya gak apa-apa," Jawabnya

"Kamu kelihatan gak baik-baik aja sayang. Mammu tau kamu pasti gak bakalan mau cerita sama Mammu, tapi Mammu juga tau kamu gak bisa mikul beban kamu sendirian nak." Balas Aura lembut

"Kamu putri kesayangannya Mammu, Mammu enggak mau kalau anak cantik Mammu ini jadi sakit karena memikul banyak masalah. Mau ya, cerita sama Mammu?" Sambungnya

Ayara diam seperkian detik sebelum akhirnya memeluk erat Aura, ia menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan itu.

Walaupun itu bukanlah dekapan sang ibu, namun Ayara bisa merasakan kehangatan di dalamnya. Sosok seorang mama yang selalu ia rindukan hadir begitu ia memeluk Aura, untuk waktu yang lama mereka diam dalam keadaan itu.

Aura hanya bisa mengelus lembut punggung putrinya dalam diam. Sedari kecil, Ayara tidak pernah mendapatkan apa yang ia inginkan.

Bukan karena Aura dan Cakra mengabaikannya, tapi memang keinginan Ayara yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.

Saat kecil, Ayara selalu merengek untuk di bawa ke taman larut malam. Terkadang anak itu menangis hanya karena ingin tidur di temani seseorang yang Aura dan Cakra pun tak tahu di mana orang tersebut berada.

Hingga pada suatu waktu, Ayara tidak pernah mau keluar dari kamarnya. Ayara hanya mau terbaring di kamar tanpa memakan apapun, ia hanya akan tertidur dalam kamarnya dan tidak akan keluar kecuali ia benar-benar lapar.

Semenjak saat itu, Ayara selalu terlihat murung. Wajahnya terlihat sangat pucat dan bila ditanya ada apa Ayara tidak akan pernah mau menjawab.

"Gak apa-apa nak, Mammu gak akan memaksa. Nanti, kalau kamu sudah siap cerita sama Mammu kamu bisa cerita langsung." Ucap Aura

"Aya kangen Mammu, Aya pengen ketemu Mammu." Kata Ayara tertiba

Aura sedikit terkejut tapi pada akhirnya ia tersenyum kecil sembari mengangguk.

"Iya sayang, Mammu tau." Jawabnya

Pada akhirnya, Ayara tertidur di dalam pelukan Aura. Menikmati alam mimpi yang telah menunggunya.

⚪⚪⚪

"SUDAH BERAPA KALI PAPAP BILANG KAMU TIDAK USAH BERMAIN-MAIN BERSAMA GENG-GENG GAK JELASMU ANKA!"

"Terus Anka harus gimana?" Tanya Dylan pada lelaki yang kini tengah berada di hadapannya

Lelaki itu adalah Dhana-Ayah kandung dari Dylanka Damario. Laki-laki yang paling Dylan benci ke hadirannya, jika ia bisa meminta satu hal yang mustahil di dunia ini maka yang ingin ia minta hanyalah menghilangkan keluarganya sendiri dari dirinya.

"Papap sudah pernah ngasih kamu pilihan, lanjutin perusahaan papap dan berhenti geng-gengan atau tetap jadi geng motor tapi kamu gak dapet sepeserpun harta dari papap." Ucap Dhana

"Anka gak milih dua-duanya. Yang Anka mau cuman hidup tenang tanpa mikirin masalah harta, Pap." Jawab Dylan

"Kalau begitu, papap terpaksa harus cabut semua aset yang papap kasih sama kamu." Ketus Dhana

Dhana adalah orang yang tidak suka dibantah, apapun yang ia sudah tentukan harus sesuai dengan prediksinya.

Dhana juga lelaki egois, jika tawarannya ditolak maka ia tidak akan segan-segan untuk mengambil apa yang menurutnya itu adalah hak dirinya.

"Mas, sudah dong, kasihan Anka kalau dipaksa terus-menerus."

Anka serta Dhana menoleh ketika seorang wanita cantik menghampiri mereka. Itu adalah Sophia-ibu dari Dylanka, Sophia terlihat seperti wanita yang anggun dan elegan dengan gaun selutut yang ia kenakan serta high heels yang tidak terlalu tinggi.

Sophia menghampiri Dhana, menggandeng tangan suaminya dengan lembut sembari mengusapnya perlahan.

"Sudah mas, Anka sudah besar. Dia enggak perlu kita perlakuin kayak anak kecil lagi, biarin dia memilih apa yang ingin dia pilih." Kata Sophia

"Tapi Shophi-"

"Lebih baik sekarang kamu makan, aku sudah siapkan makanan kesukaanmu." Sela Sophia hanya menghembuskan nafas lelah, ia mengangguk tanpa membantah Sophia.

Jika ada yang bisa membuat Dhana luluh dan tunduk itu adalah Sophia, apapun perintah Sophia maka Dhana akan mengiakan. Bukan karena STI alias Suami Takut Istri ya, tapi karena memang Dhana sangat mencintai Sophia lebih dari apapun di dunia ini.

Dhana berakhir keluar dari ruangan itu sedangkan Sophia meminta untuk berbicara dengan Dylan sejenak.

Wanita yang sudah menginjak usia kepala tiga namun masih terlihat awet muda itu mendekati putranya dengan perlahan.

"Kamu enggak ada yang luka nak?" Tanyanya lembut

Dylan menggeleng kecil.

"Syukurlah, bunda jadi tenang dengarnya. Sekarang kita makan bareng yuk?" Ajak Sophia

"Gausah bun, Anka langsung masuk kamar aja." Balas Dylan dingin

"Loh? Kok gitu sayang? Kita udah lama gak makan bareng." Kata Sophia sembari mengerutkan alisnya kecewa

"Percuma, makan bareng atau enggak papap bakalan tetep marah sama Anka." Papar Dylan

Sophia menghela nafas sedih. "Papap hanya sedang emosi Anka, kamu jangan ngambil hati ucapan papapmu ya?"

"Anka gak perduli ucapan papap, Anka cuman benci sama sikap papap yang sekarang. Bunda kalau mau makan makan aja sama papap, Anka masuk kamar dulu." Balas Dylan lalu melegang pergi dari sana

Mata Sophia mengikuti arah putranya pergi, ia sangat lelah menghadapi keributan antara suami dan anaknya.

Mereka berdua sama-sama memiliki ego yang tinggi sehingga tidak ada yang mau mengalah sama sekali. Masalah yang tadinya sepele malah merambat hingga dua tahun lamanya.

Dari Dylan masih berusia enam belas tahun, Dhana selalu saja memaksa putranya itu untuk meneruskan perusahaan yang dipegang oleh Dhana. Namun, Dylan sendiri sudah menolak sedari awal dengan alasan tidak mau ikut campur dalam masalah bisnis.

Hal itu membuat Dhana marah, sering kali Dylan dikurung di kamarnya seharian atau bahkan tidak diberi uang jajan sepeserpun.

"Sampai kapan ini berlanjut," Ucap Sophia parau

"Aku kangen sama anak dan suamiku yang dulu."

______ ୨ I'm Say Thank You ୧ _____

Gimana cilorku zeyenk?? Apakah bab kali ini buat kalian puas? Semoga saja iya.

Disini aku gak mau nyampein apapun, hanya beberapa kalimat yang mungkin ingin aku sampaikan kepada kalian.

Hari Rabu, tepatnya jam 00.25, aku mendapat kabar yang tidak mengenakan dari dunia perkpop-an.

Moonbin, salah satu member dari boygroup Astro, ditemukan meninggal dunia di rumahnya sendiri. Aku juga enggak tau apa penyebabnya tapi yang aku denger dia mengakhiri hidupnya sendiri.

Jujur di situ aku nangis banget, moodku yang tadinya semangat untuk update menurun drastis. Karena sebenernya chap ini udah lumayan lama aku simpen di draft tapi belum mau aku publish karena ada kepentingan pribadi yang buat aku sibuk.

Di tambah sebentar lagi itu hari raya idulfitri jadi kebayang begimana sibuknya harus bikin kue dan makanan segala macem.

Aku juga sekalian mau minta izin untuk beberapa hari kedepan aku mau istirahat dulu, aku harus mengurus beberapa keperluan untuk mudik dan segala macem (bisa jadi juga galauin moonbin lagi.) Jadii mohon maaf kalau mungkin update akan lebih lama.

Semoga kamu yang mungkin juga ikut kehilangan moonbin bisa mengikhlaskan almarhum. Semangat AROHA! 🌟

Terimakasih atas pengertian kalian, i hope kalian suka sama cerita ini walaupun mungkin alurnya sedikit melenceng dari yang aku tentukan.

Happy eid Mubarak juga bagi yang merayakannya, semoga thr kalian berlipat ganda ya hihi.

Jangan lupa votenya karna satu vote/komen dari kalian = satu semangat nulis buat aku ❤️

Share cerita ini ketemen-temen, bestie, kakak, adik, pacar, mama, papa, bibi/tante, om/paman, nenek, dan kakek kalian ya Lor!

Wish you always happy, have a nice day! 🎉

Continue Reading

You'll Also Like

716K 65.3K 31
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
350K 28.3K 29
••Alethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...
1.1M 92.6K 46
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
95.5K 225 8
konten dewasa 🔞🔞🔞