My Valentines ✔️

By roseannejung

290K 34.5K 3K

[SELESAI] Tentang Jaehyun yang setengah mati menyembuhkan luka dan Chaeyoung yang berkali-kali menggariskan b... More

Tokoh
1. Titik Tengah
2. Hubungan yang Aneh
3. Dimulai dari Sini
4. Menggapai Bintang
5. Positif
6. Harapanku, Kamu
7. Hancur tak Terbentuk
8. Bukan Malapetaka
9. Old Habits
10. Di bawah Pohon Mahoni
11. Toxic and Slipping Under
12. Sepatu Bayi
13. Kami Berempat Bertemu
14. Love Me, Love Me not
15. The Name I Love
16. Separuh dan Setengah
17. Pilih dengan Bijaksana
18. Badai
19. Bintang dan Baru Kerikil
20. One Step Away
21. Sisi Buruk Dia
22. Terlambat Sejak Awal
23. Passionate
24. Little Light
25. Yang Terbaik
26. Top Priority
27. Push and Pull
28. Park Alice
29. Half as Pretty
30. Fast Forward to Present
31. Give Me Two
Episode Spesial : Jung Rion
32. Draw The Line
33. Two Way Feeling
34. Ciuman dan Ilusi
35. A Whole Mess
36. Put A Ring on It
37. The Pandora Box
38. How Fast The Night Changes
39. I Like Me Better
40. Crumble Apart
41. Dunia dalam Genggamanku
42. Frog Prince
43. My Love Is Gone
44. A Dream That Doesn't Sleep
45. Sly Fox
46. Diakhiri untuk Dimulai
Extra 1 : Rion dan Adik
Extra 2 : Half way Through
Extra 3 : Purple Sky and Kisses

Special : LDR

3.4K 420 25
By roseannejung

A/N : Sumpah ini telat banget. Tapi gapapa. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. 

Enjoy readings, friends. 

Semoga mengobati kangen kalian dengan keluarga kecil ini. 

***

Lorong hotel lantai delapan belas malam itu sepi seperti biasa. Pintu-pintu di kanan dan kiri tertutup rapat. Karpet tebal yang menjadi pijakan meredam suara langkah. Di tengah jalan, Jaehyun bertemu dengan dua orang perempuan muda yang mungkin berada di usia awal dua puluhan. Salah satu diantara mereka tersenyum kecil. Mungkin karena ia mengenali wajah Jaehyun yang sudah lima hari menginap di hotel dan sering berpapasan dengan mereka di restoran untuk sarapan.

Setelah berpapasan, Jaehyun dapat mendengar kedua perempuan itu berbincang dalam bahasa inggris sambil tertawa kecil di belakang punggungnya.

"Kenapa nggak disapa?"

"Malu."

"Ih, nanti dia keburu check out. Nggak bisa ketemu lagi."

"Aku takut. Kamu nggak lihat dia pakai cincin?"

"Cincin aksesoris mungkin."

"Nggak, sepertinya cincin nikah, deh."

"Kalau nggak ditanya langsung mana kita tahu."

"Aku kan cuma bilang dia ganteng. Kenapa kamu ngebet banget nyuruh aku kenalan."

"Itu biar kamu cepet dapat pacar!"

"Sssst! Sudah-sudah, cepet pencet tombol liftnya."

Jaehyun mencari kartu akses kamar hotelnya di kantong, lalu menempelkan benda itu ke handel pintu. Setelah terbuka, ia segera masuk dan menaruh asal tas kerjanya di sofa dan membuka jas.

Hari ini adalah hari terpanjang selama satu minggu Jaehyun berada di Taipei. Rapat bersama clientnya siang ini berlangsung alot hingga molor berjam-jam. Belum cukup sampai situ, goals yang diinginkan oleh perusahaannya tidak tercapai dan mereka harus melakukan negosiasi dengan pihak lain. Secara tidak langsung, hal itu membuat waktu kunjugan Jaehyun di Taipei yang seharusnya hanya berlangsung selama dua minggu bertambah satu minggu lagi.

Jaehyun menanggalkan kemeja putihnya dan menaruhnya di tumpukan baju kotor lainnya. Melihat tumpukan itu, membuat Jaehyun teringat kalau ia harus segera menelepon laundry service hotel.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Jaehyun berencana untuk mandi, namun ia teringat ponselnya yang sejak beberapa jam yang lalu mati karena kehabisan daya. Ia ambil benda pipih berwarna hitam itu dari dalam tas dan menghubungkannya dengan kabel pengisi daya. Tidak butuh waktu lama hingga ponselnya menyala kembali.

Sedetik kemudian, panggilan video call masuk. Jaehyun segera mengangkat sambungan.

"HAPPY BIRTHDAY PAPA!" Suara Rion dan Chaeyoung terdengar keras dari speaker ponselnya.

Jaehyun tertawa kecil. Senyumnya merekah untuk pertama kali hari ini.

"Kok Papa lama banget angkat teleponnya?" Rion langsung protes. "Aku dari tadi mau telepon Papa tahu."

"Hp papa tadi mati. Ini baru dicas," jawab Jaehyun.

"Lihat ini lilinnya sampai tinggal setengah karena Papa kelamaan angkat telepon aku." Rion menunjukkan lilin-lilin berwarna warni yang menyala di atas kue.

Jaehyun tertawa lagi. "Maafin Papa yaaa."

"Ini aku bikin sendiri loh kuenya."

"Masa sih?"

"Eh, nggak sendiri, deh. Berdua sama Mama. Ya, kan, Ma." Wajah Rion yang sejak tadi memenuhi layar ponsel, sekarang tergantikan oleh wajah Chaeyoung, istrinya.

"Iya," jawab Chaeyoung singkat.

"Ma, karena Papa sudah liat kuenya aku tiup ya lilinnya."

"Eh, jangan ditiup dulu. Kita belum nyanyi selamat ulang tahun buat Papa."

"Ohia." Rion tersenyum lebar. Menampakkan gigi taringnya yang baru tanggal tiga hari yang lalu. Saat gigi itu tanggal, Rion menangis panik karena takut tidak tumbuh lagi dan akan berakhir ompong selama-lamanya. Jaehyun yang mendengar cerita itu dari Chaeyoung hanya bisa tertawa. Sayang sekali ia tidak berada di rumah untuk mengusili anak sulungnya.

"Ayo kita nyanyi bareng-bareng, satu, dua, tiga."

Rion dan Chaeyoung pun menyanyikan lagu selamat ulang tahun orang Jaehyun. Mereka berdua tidak lupa bertepuk tangan untuk memeriahkan acara ulang tahun sederhana malam ini. Setelah lagu selamat ulang tahun selesai dinyanyikan, Rion meniup lilin dengan sekuat tenaga.

"Happy birthday Papa Jaehyunm," ucap Rion.

"Thanks, Jagoan."

"Rion mau kasih do'a apa untuk Papa yang lagi ulang tahun?" tanya Chaeyoung sambil sibuk menyingkirkan lilin-lilin yang setengah meleleh dari atas kue.

"Semoga Papa panjang umur, sehat selalu, terus Papa punya uang yang banyak buat beliin aku mainan sama jalan-jalan."

Chaeyoung langsung melirik wajah Jaehyun di layar ponsel yang sedang geleng-geleng kepala.

"Terus aku juga mau Papa jangan jangan kerja terus."

"Papa kerja kan buat Rion juga," jawab Jaehyun.

"Iya, tapi Papa kerjanya lama banget. Nggak pulang-pulang. Teman-temanku Papanya kerja tapi kalau malam pulang."

Jaehyun tidak bisa berkata-kata.

Rion menguap lebar. "Ma, sudah ya, aku ngantuk mau tidur."

"Bilang bye dulu ke Papa." Chaeyoung menyorot wajah Rion dengan kamera depan ponselnya.

Rion memasang wajah konyol sambil menarik pipinya kebawah. "Bye Papa jelek, wleeeeee." Bocah sembilan tahun itu menjulurkan lidah, lalu beranjak dari kursi dapur menuju kamarnya.

Sekarang sudah jam setengah sebelas malam waktu Seoul. Memang sudah lewat waktu tidur Rion, tapi anak laki-laki itu bertekat untuk mengucapkan ulang tahun kepada Jaehyun sebelum hari berganti menjadi tanggah 15 Februari.

"Dari siang Rion repot banget. Bilangnya mau bantuin aku buat kue. Tapi bukannya bantuin bikin malah bikin kacau. Adonan kue ku yang pertama tumpah ke lantai, sampai aku harus bikin lagi." Seperti biasa, Chaeyoung bercerita tentang kesehariannya dengan anak-anak di rumah. Salah satu hal yang paling Jaehyun tunggu-tunggu setiap hari kalau mereka sedang berjauhan seperti sekarang. "Adiknya juga diusilin terus. Masa dotnya Bora dia pakai. Katanya penasaran minum susu di botol rasanya seperti apa."

Jaehyun tertawa geli. "Bora mana?"

"Sudah tidur. Kami coba telepon kamu dari jam delapan. Tapi nggak di angkat-angkat. Sampai Bora ketiduran dan nggak bisa ikut deh." Layar ponsel memperlihatkan Chaeyoung yang sedang berjalan keluar dapur dan masuk ke kamar. Lalu tak lama kemudian kameranya dialihkan menjadi kamera belakang dan menyorot bayi enam bulan yang sedang tertidur lelap di kasur.

"Kok makin besar aja. Perasaan baru aku tinggal tiga minggu."

"Tingga minggu itu lama ya, Bapak Jung. Anak seusia Bora dalam tiga minggu itu perkembangannya cepat banget."

"Duh, jadi kangen gendong bora. Nanti pas aku pulang jangan-jangan dia sudah bisa lari."

"Kalau kamu pulangnya tiga tahun lagi, kayanya sih iya."

"Jangan, dong, Sayang. Tiga tahun lagi kelamaan."

"Ya kamu ngomongnya begitu." Chaeyoung kembali mengubah ke kamera depan untuk menampakkan wajahnya. "Kamu jadinya pulang kapan?"

"Kayanya aku harus extend di Taipei. Kemungkinan dua minggu lagi baru bisa pulang."

"Ohhh... " meski tak mengucapkan kalimat berarti, namun entah kenapa Jaehyun dapat merasakan kekecewaan Chaeyoung. Mungkin karena banyak rencana mereka yang harus kandas karena tugas dinas Jaehyun ke Kaohsiung dan Taipei yang serba mendadak.

Di bulan Desember, mereka berdua sempat berencana untuk melakukan short family trip ke Bali. Untuk merayakan ulang tahun Jaehyun dan Chaeyoung yang berdekatan di bulan Februari. Tapi apa daya, jangankan bisa merayakan bersama-sama di Seoul, mereka bahkan harus berjauhin selama sebulan.

"Bagaimana kerjaan kamu?"

Jaehyun mendesah berat. "Kacau, klienku banyak banget permintaan. Nggak sesuai dengan apa yang sudah kita bahas sebelumnya di Seoul. Maka dari itu, perusahaan nyuruh aku untuk extend untuk nego lagi."

Mereka pun mengobrol panjang lebar di video call. Jaehyun bercerita sedangkan Chaeyoung melakukan rutinitas malamnya sambil mendengarkan. Sesekali Chaeyoung juga bercerita tentang perkembangan anak-anak mereka dan hal-hal baru yang ia tahu mengenai Rion di sekolah.

Kue ulang tahun di dapur terlupakan, dan Chaeyoung berakhir berbaring di ranjang sambil menatap wajah Jaehyun di layar. Mereka mengobrol banyak sampai lupa waktu. Jaehyun baru sadar kalau mereka sudah hampir satu jam lebih mengobrol saat kamera ponsel Chaeyoung sudah tidak lagi stabl. Sepertinya perempuan itu mengantuk.

"Matiin teleponnya dan tidur," perintah Jaehyun.

Chaeyoung menguap lalu mengangguk. Sekarang sudah jam sebelas lewat lima puluh lima menit. Tersisa lima menit lagi sebelum pergantian hari.

"Sebelum kututup, aku mau ngucapin sekali lagi. Selamat ulang tahun, Jung Jaehyun. Jaga kesehatan selama di sana. Meski aku tahu kamu sibuk, tapi jangan lupa makan. Kurangin kopi dan perbanyak minum air putih," ucap Chaeyoung dengan suara yang mengantuk.

"Iyaaa."

"Selalu ingat, kalau kami bertiga di sini kangen kamu dan tunggu kamu pulang." Chaeyoung tersenyum dan kembali menguap. "Good night, sayang. Aku tidur duluan ya. Byee."

Sambungan video call pun terputus. Keheningan kembali menyelimuti kamar hotel Jaehyun. Rasanya begitu hampa dan menyedihkan. Kalau bukan karena Chaeyoung dan Rion, Jaehyun akan sepenuhnya lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Pantas saja sepanjang hari Jaehyun banyak melihat hiasan bernuansa merah muda dan hati di setiap sudut kota. Tapi karena terlalu sibuk, ia sampai tidak menyadarinya.

Jaehyun menaruh ponselnya yang baru ia sadari begitu panas di tangannya. Laki-laki itu berdiri untuk mengambil handuk namun matanya tak sengaja melihat passportnya yang mencuat dari kantong depan tas kerjanya yang terbuka. Seketika, sebuah ide gila muncul di kepalanya.

***

Alarm di tubuh Chaeyoung seakan berbunyi dengan sendirinya. Meski matanya terpejam, namun ia tahu betul kalau sekarang pasti sudah sekitar jam enam pagi. Perempuan itu berniat menyibak selimut tebalnya, dan memulai rutinitas paginya yang hectic. Namun, saat hendak bergerak, Chaeyoung merasakan tubuhnya seperti tertahan oleh sesuatu. Semakin kuat ia mengelak semakin erat kukungan itu.

Chaeyoung merasa ada yang tidak beres. Panik, ia melihat ke bawah selimut dan menyaksikan sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

"AAAAAAAAAAARRRGGHHH!!" Chaeyoung berteriak, meronta melepaskan pelukan tangan itu di pinggangnya.

BUUUUGHHH

Perempuan itu terjatuh dari kasur.

"Apa? Ada apa?" Suara familier yang seharusnya sedang berada jauh di negeri orang terdengar.

"Jung Jaehyun!"

"Ya?" Sang pemilik tangan yang semula ada di pinggang Chaeyoung bertanya dengan wajah tanpa dosa. "Kenapa kamu berteriak?"

"Kenapa kamu ada di sini?" Chaeyoung balik bertanya.

"Oh, aku ambil penerbangan tengah malam."

"Maksud kamu... "

"Aku kangen kalian, jadi aku ke sini. Waktuku nggak banyak. Jam sembilan malam nanti aku harus balik ke Taipei lagi. Suruh Rion bolos sekolah hari ini. Kita jalan-jalan seharian."

Suara tangis Bora memecah pikiran Chaeyoung yang masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Jaehyun dengan cepat bangkit dan menggendong bayi perempuan mungil ke pelukannya. Mencoba menenangkan bayi itu sambi menepuk-nepuk punggungnya.

"Kamu kangen Papa , nggak?" tanya Jaehyun pada bayi yang belum mengenal dunia itu. "Papa juga kangen kamu. Ayo kita bangunin Kakak Rion."

Dengan santai, Jaehyun mengajak Bora menuju kamar Rion.

Sepeninggalan Jaehyun. Chaeyoung mencubit pipinya berkali-kali. Memastikan kalau apa yang terjadi saat ini bukanlah mimpi.

"Sakit," ucap perempuan itu pada dirinya sendiri. Ia menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka. "Jaehyun!" Serunya sebelum menyusul sang suami yang ia rindu hingga rasanya hampir gila.

.

FINISH

A/N : Happy belated birthday Jaehyun.

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 302 2
"Gue dan anak gue bukan barang yang bisa kalian perebutkan seperti ini!" Baik Jayden dan Seanno yang sedang adu tenaga langsung terdiam mematung men...
69.8K 5.9K 47
Jerry Adelard Carson adalah seorang pria yang separuh kehidupannya itu bisnis. Tidak ada sepintas pun pikiran untuk bersenang-senang, berpacaran apal...
85.9K 8.3K 14
[ Completed ] Bagaimana perasaanmu jika kekasihmu bukan hanya untukmu? Melainkan kau harus rela membaginya dengan seorang gadis lumpuh? Dan peran...
79.5K 7.3K 33
[COMPLETED] 🔞 A sweet-beautiful twenty one years old Roseanne Park find out herself traps on a complicated relationship with a handsome guy on his e...