ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.1M 593K 47.1K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁65

76.3K 5.9K 842
By jerukminii

Bukan masalah  apa yang telah terjadi. Membenci atau memberi dendam pada dunia tidak menjamin menghidupkan sosok orang yang telah pergi dari dunia yang penuh drama. Barangkali perihal ingin bersama, masih tersisa kenangan dan cinta sejati di benak yang menjadi titik tempuh perjalanan akhir dari sebuah kehidupan.

Yuga Claudius mengisi  jemari Asavella dengan genggaman lembut—gadis yang hanya diam dengan tempurung otak masih berlabuh dengan Brian Claudius. Terkadang senyum gadis itu terbit dan terkadang juga tenggelam di kala kenyataan menyadarkan jikalau halusinasi berjalan bersama Yuga sama dengan seperti bersama Brian.

Jarak langkah mereka yang sebentar lagi akan pada satu titik tujuan mereka harus terhenti sejenak. Asavella yang masih berjalan langsung tertarik ke belakang karena genggaman tangan Yuga. Barangkali Asavella berbicara tanya ‘ada apa?’ atau sekadar bertanya ‘kenapa berhenti?’ itu akan menjadi monolog dalam bab ini.

Tetapi gadis itu hanya menatap hangat netra Yuga yang di mana ia tatap adalah dua bola mata milik Brian Claudius. Senyumannya kembali terbit. Ini bukan soal mereka kembar dan memiliki visual sama, tapi ini soal bagian tubuh laki-laki yang ia cintai berada di hadapannya tengah menatap hangat tanpa ada kebencian.

“Langit,” panggil Yuga yang semakin menguatkan halusinasi Asa soal Brian. Lekukan kurva naik dari birai Asavella walaupun begitu singkat.

Asavella merajut dua langkah mendekat. Senyuman kali ini kembali terbit dengan kaki yang berusaha menjijit—menatap wajah Yuga dengan jarak dekat hanya untuk menelisik bola mata Yuga. “Bian.”

“Iyah,” balas Yuga seolah masih merespon secara tidak sadar. Bukan perihal ia sudah terlanjut melekat dengan karakter Brian atau ingin menjadi Brian. Ini hanyalah refleks. Ia pun juga menunda dialog yang seharusnya ingin sampaikan kepada lawan bicaranya.

“Terima kasih,” gumam Asavella yang membuat Yuga mempertemukan kedua ujung alis.

“U-untuk?”

Asavella berhenti menjijit. Ia menggenggam tangan Yuga yang ia rasakan begitu sama dengan tangan milik Brian. “Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih sudah memberi satu perasaan yang tulus dan kemudian meninggalkanku dengan seribu trauma yang serius.”

“Dan hebatnya aku masih mencintaimu dan bisa tersenyum,” final Asavella membuat sosok Yuga bungkam.

“Aku tidak membenci caramu pergi tanpa pamit kok, bahkan aku enggak benci Kak Yuga yang telah bersusah payah menghidupkan karaktermu namun tidak dengan watak kamu. Tapi perihal untuk aku mencintai Kak Yuga … aku enggak bisa, Bian.” Asa menggeleng mengutarakan dengan begitu jujur jikalau sekali lagi pernyataan tidak akan bisa memberi cinta sejati atau menjatuhkan hati kepada siapapun.

Sekalipun sosok Yuga Claudius Permana begitu mirip dengan Brian Claudius Permana namun cinta Asavella hanya untuk Brian dan tidak bisa dipaksa ke sosok Yuga.

Yuga menerima kejujuran Asavella tanpa ada emosional. “Kamu tetap menjadi pemenangnya, Sa. Kamu cinta kedua dan terakhir dia setelah bunda.”

“Dan … pada akhirnya melepaskanmu adalah sebuah keharusan dan bukan kemauan atau kepaksaan.” Yuga menahan air mata dikala mengatakan kalimat ini. Sulit.

“Aku mau laporan sama kamu.”

Asa memiringkan samar kepalanya. “Laporan? Laporan apa?”

“Lapor kalau Saya Yuga Claudius Permana, Putra Pertama dari Gerald Permana, berhenti dengan segala tugas saya selama satu tahun menjadi Brian Claudius Permana. Sebab saya bukanlah manusia yang ingin diajak menua bersama oleh Asavslla. Dengan ini, saya, menyatakan mundur. Tolong diterima, laporan selesai.”

Deg.

Jantung Asavella tiba-tiba terasa berhenti dengan tubuh mematung lemas. Sementara sosok Yuga merasa napasnya sesak ketika ia harus mengatakan hal seperti itu yang sama sekali tidak ia rencanakan dalam hidupnya.

“Aku tahu, aku ini hanya peran pengganti dalam ceritamu. Tapi soal dirimu … kamu bagian seluruh isi ceritaku dan kamu adalah judul utama di ceritaku, Sa. Dan jelas, kenapa diceritaku ini, malah justru membuat kamu pemenang di ceritaku sementara diceritamu orang lainlah pemenangnya?”

"Aku enggak tahu, harus deskripsikan gimana sosok kamu di setiap lembar ceritaku kalo kamu itu tokoh paling istimewa buat aku, Asa. Tapi ke keistimewaanmu enggak terpaku dengan pola pikirku."

“Dan anehnya aku berharap kamu mencintaiku balik. Tapi aku rasa itu hal paling mustahil.”

“Aku mundur, Sa,” final Yuga.

"Kak ...."

"Apalagi, Asa? Apalagi?" lirih Yuga.

"Jangan pergi kaya, Bian," mohon Asavella seraya menarik ujung pakaian yang dikenakan Yuga dengan posisi kepala menunduk.

Yuga menutup mata. Benar kata Brian, sifat Asavella terkadang tidak bisa ditebak. "Lalu?"

"Mau aku temani sampai mana?"

"Sampai aku tenang dan bahagia. Jangan mundur ya, kak ...."

Yuga bingung.  Yuga tidak bisa menolak. Tapi untuk kewarasannya biar bisa menjaga Asavella tanpa melibatkan perasaan ia memutuskan dengan jawaban yang terbaik.

"Sekali lagi, aku mundur, Sa. Aku mundur."

Asavella menggigit daging di dalam pipinya dengan keras. Asavella melepaskan genggamannya yang semula menggenggam tangan Yuga. Langkahnya mundur dua langkah. Jantungnya terasa jauh lebih sakit ketika ia mundur dua langkah.

“Tolong terima laporanku, Langit.”

Sekali lagi Yuga memohon dengan penuh paksa dari hati untuk membuktikan jika tugasnya menjaga Asavella akan segera berakhir tanpa melakoni Brian.

“La-laporan di …” Asa menggantung kalimatnya—mengepalkan tangannya begitu erat hingga urat nadi terlihat jelas. Ia kini menutup mata dan menarik napas panjang.

“Laporan diterima!” lantang Asavella penuh paksa dengan menatap penuh kecewa kepada Yuga.

Gadis itu langsung membalik tubuh dan berlari dengan air mata dan suara tangis yang ia bekap dengan lengan meninggalkan sosok Yuga sendirian. Andaikata Asavella tidak langsung lari dari hadapan Yuga. Asavella bisa melihat jawabannya membuat Yuga berlutut.

Seolah seorang prajurit yang mendapatkan peluru dan membuatnya gugur. Yuga memandangi tubuh Asavella yang lari ke arah perumahannya. Laki-laki itu menangis—menjerit hingga menjambak kasar rambutnya.

“Ci-cintaku sejati ke kamu, ta-tapi cintamu lebih abadi untuk dia,” cicit Yuga dengan posisi bersujud—tangan kanan mengepal memukul-mukul aspal tanpa henti dengan tangisan yang menjadi iringan rasa paling sakit.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

“Siapa yang disetubuhi ayahnya, kak?”

Dengan mata yang masih mengeluarkan air mata serta pipi masih terlihat basah Asavella memberhentikan langkah di kala di rumah Yuga ada Jysa dan teman-teman Asa.

“Ve-vella?” Suara Mutiara membuat orang-orang di sana menoleh ke belakang dan mendapati Asavella seorang diri dengan air mata yang masih mengalir.

“Sa?” Tio Mahardika langsung berusaha beranjak berdiri dengan tubuh masih penuh gemetar di kala menatap sosok gadis yang menatap satu persatu teman-temannya.

“A-asa sendiri?” Tio mencoba mengalihkan topik supaya gadis tersebut tidak membahas apa yang ia dengar. Laki-laki juga berusaha berjalan mendekati Asavella matanya tajamnya menemukan bagaimana pipi Asavella baru saja basah.

Jemari telunjuk tangan Tio menghapus sisa-sisa air mata Asavella dengan penuh gemetar hebat. Pipi Asa yang dingin, wajah yang polos memutar rekam ulang cerita Jysa dengan imajinasi Tio. Bagaimana seorang ayah melakukan hal diluar nalar kepada gadis yang tidak tahu apa-apa ini?

Tio merasa emosional meledak dan membuatnya membawa Asavella dalam dekap dengan isak tangis mengejutkan. Teman-temannya sudah tidak bisa menolak kenyataan ketika seperti ini. Sakit.

Manakala mereka paham jikalau Asavella kali ini dibuat bingung dengan suara tangis Tio yang pecah. Asavella juga merasakan bagaimana Tio mendekap erat tubuhnya.

Yuga yang juga baru saja sampai dengan mata sembab—mendapatkan perhatian dari yang lain. Namun netra Yuga hanya terfokus dengan laki-laki yang menangis dengan memeluk Asavella begitu erat.

“Kak Yuga?” Keci yang mencoba bersuara meski suaranya terdengar serak membuat Jysa yang menunduk langsung mendongak.

“Ga?” panggil Jysa dengan menghapus air mata. Gadis itu langsung berdiri—berjalan—berlari kearah Yuga.

Jysa menabrakan tubuhnya—mendekap—penuh erat diri Yuga. Laki-laki itu membalas pelukan mantan kekasihnya dengan begitu lembut. Yuga tidak tahu apa yang tengah terjadi, sebab tidak hanya Jysa yang menangis, ia bisa melihat semua yang hadir menangis.

“Ada apa, hm?” bisik Yuga seraya memendarkan pelukan dari Jysa. Bahkan kedua ibu jarinya mencoba menghapus air mata milik Jysa.

“Papah, Ga …,” lirih Jysa.

“Kenapa dengan Ba—”

Empat ponsel tiba-tiba serentak berbunyi bersamaan. Dan keempat itu adalah milik Dodit, Mutiara, Jysa dan tak lain milik Asavella.

Mereka saling bertatapan semua. Telepon dari keempat ponsel dengan panggilan kontak yang berbeda di hari itu juga. Jysa mengangkat dengan posisi yang ditemani Yuga. Di sisi lain, Mutiara mengangkat telepon di hadapan Keci dan Bagus. Dan Sementara Dodit dan Asavella yang semula didekap Tio kini memilih jarak menjauh dari teman-temannya.

Yuga yang melihat Asavella mengangkat telepon juga langsung mendekati Tio dan bertanya. “Langit? Langit dapat telepon dari siapa?”

Tio menggeleng. “Gue nggak tahu dan gue takut.”

Jysa membekap mulut dan mulai mematikan telepon bersamaan dengan Dodit. Dua remaja itu berlari ke arah Yuga dan Tio.

“Yo! Lebih baik sekarang lo ikut gue!” info Dodit dengan penuk panik seraya menepuk-nepuk pundak Tio berulang kali.

“Ikut kemana?”

“Pokoknya lo harus ikut gue! Sekarang. Lo juga kak Yug!” titah Dodit yang sudah tidak sabaran seakan apa yang baru saja ia terima dari sang penelpon sangat penting.

“Enggak, Yuga harus ikut gue. Ada yang lebih penting Yuga, Bunda Riri ….” Cicit Jysa ketika menyampaikan apa yang ia baru saja terima dari sang penelpon.

“Tapi ini lebih penting juga Asavella bisa dalam bahaya nanti! Kita harus ke lokasi ini!” celetuk dodit frustrasi memperlihatkan maps yang dikirim oleh temannya.

Jysa melihat lokasi yang tidak asing. “Itu bukannya rumah mendiang … Yvone? Gue juga dikirim alamat yang sama.” Jysa memperlihatkan alamat yang di dapat dari sang penelpon yang tidak lain adalah nomor tidak di kenal.

“Yvone? Bukannya itu biodata dari siswi SMA kita? Nama yang dokumen yang kita curi itu?” sambar Bagus yang berjalan bersama Mutiara dan Keci.

Mutiara dan Keci melihat alamat yang tidak asing dari ponsel Jysa. Bahkan Mutiara dan Keci saling bertatapan satu sama lain. “Alamat ini? Bukannya rumahnya kosong, ya? Maksudku aku dengar-dengar, rumah ini dibeli oleh salah satu keluarga yang ditinggali dua orang. Keluarga Yvone sudah pindah ke luar jawa seusai kematian Yvone karena enggak mau berurusan dengan keluarga mantan kekasih Yvone,” info Keci yang semakin memperumit keadaan.

“Yvone? Yvone siapa?” tanya Tio yang tidak paham dengan pembicaraan teman-temannya.                                                      
Yuga, Bagus dan Dodit hanya bertatapan dan tidak ingin menjawab pertanyaan Tio.

“Aku dapet telepon dari mamih katanya polisi tadi ada di rumah buat cari papah tapi mamih aku bilang papah gaada dari kemarin,” jelas Mutiara memberitahu panggilan masuk yang ia dapat.

“Asa? Asa dapat panggilan dari siapa terusan?” tanya Tio yang mengarah kepada semuanya.

Bagus mengerutkan alis. “Aca? Aca dapet juga?”

“Aca di mana sekarang?” tanya Jysa kepada Tio.

“Di …” Tio menunjuk keluar rumah tapi netra elangnya tidak mendapati punggung sosok gadis yang tengah ia bicarakan bersama teman-temannya.

“Asa?” panggil Tio tapi tidak ada respons dari pemilik nama. Tio berlari keluar halaman dan tidak melihat apapun di sana.

“Sa?"

"Asa?"

"Asa!!!” teriak Tio yang memanggil ke sana kemari nama Asavella dan membuat teman-temannya yang berada di dalam langsung keluar.

“Asa kemana?” Yuga mulai panik.

“Tadi Asa di sini!” pekik Tio. “Gu-gue liat Asa tadi angkat telepon di luar sini bareng Dodit!”

“Tadi Asa di sini sama gue, gue denger Asa bicara logat  jawa, gue gapaham tapi rautnya tuh kek Asa kayak lagi bahagia,” sahut Dodit yang juga yakin jikalau Asavella tadi di sebelahnya.

Jysa mengerutkan alis. Sementara yang lain panik tak karuan. Keci dan Bagus berusaha menghubungi Asavella namun ponsel dari gadis tersebut tidak aktif seakan data selulernya di matikan. Sementara Mutiara mencoba menghubungi ibunya dan memastikan Asa pulang ke rumah.

“Halo, Mamih …”

Mendengar suara Mutiara yang terhubung dengan ibunya. Mutiara langsung loudspeaker supaya teman-temannya yang lain bisa mendengar percakapan ibunya.

“Ada apa, Ra?”

“Mih, Vella di rumah, 'kan? Maksud Ara, Vella udah pulang kan?”

“Asa? Asavella belum pulang, nak. Di rumah masih ada polisi ini. Asa sama kamu kan? Sama Jysa juga kan?”

Detik itu juga seluruh bola mata terfokus pada Jysa dengan rasa panik mulai menyelimuti mereka. Mutiara langsung mematikan panggilan yang masih terhubung tersebut.

“Lo inget nggak apa yang Asa ucap?” Jysa mencoba bertanya soal pembicaraan Asavella yang terhubung dengan seseorang kala itu.

Dodit berpikir keras sampai menutup mata dan berucap. “Gue enggak seberapa paham tapi Asa tadi bilang mau ikut mbah uti sama mabh kung.”

“Mbah Uti? Mbah Kung? Siapa mereka?” tanya Keci yang tidak paham.

“Mbah uti itu nenek kalau Mbah kung itu kakek,” jelas Mutiara yang merupakan orang asli orang jawa juga.

“Tapi Mbah uti sama Mbah kung udah meninggal lama, tepat saat Asavella lahir. Mamah cerita sendiri itu ke aku waktu aku rewel pengen pulang ke Boyolali. Dan lagian, Mbah utiku sama Mbah kung ku orang desa yang enggak bisa main ponsel. Televisi aja enggak punya. Mamah cerita sendiri. Dan Mamah pernah bilang, Mamah enggak pernah dijual sama Mbah Uti, Mbah Kung. Mamah dijual sama atasan mamah, dulu Mamahku jadi pembantu, kerja di rumah besar di Klaten," info Jysa seputar keluarganya.

“Boyolali?” Bagus tidak memahami satu kota yang disebut Jysa.

“Itu nama kota di jawa tengah,” jelas Jysa. “Tapi? Bentar lo gasalah denger. ‘kan? Adek gue bilang gitu?”

“Serius gue kak demi apapun. Gue Enggak boong di situasi ini. Gue denger itu.”

“UDAH! SEKARANG GUE KHAWATIR ASA DICULIK BOKAP LO!!” ungkap Tio yang langsung menunjuk Jysa dengan penuh amarah.

Yuga mendorong mundur pelan tubuh Tio. “Tahan amarah lo.”

“GUE MANA BISA TAHAN, GA!! LO ENGGAK TAHU GIMANA CERITA ASA SOAL DIPERKOSA BAPAKNYA SENDI—”

Bugh!

Satu kali hantaman berhasil didaratkan Yuga pada pipi tirus sebelah kanan Tio. “Jaga ucapan lo. Gue tau lo panik! Lo khawatir! Gue juga! Tapi jangan bicara di luar nalar!” sambar Yuga yang memperparah keadaan.

Bugh!

Kali ini pukulan mendarat berhasil dari Tio yang diberikan kepada pipi kanan Yuga. “GUE NGOMONG SESUAI FAKTA! ASA KITA DIPERKOSA AYAHNYA SENDIRI!! JYSA YANG BILANG!!”

“LO YANG BAHKAN DIANGGAP RUMAHNYA DIMANA SAAT DIA DIPERKOSA, HA!! DIMANA KEBERADAAN LO! KENAPA LO GABISA JAGA ASAVELLA! KENAPA LO ENGGAK JAGA ASAVELLA DIKALA LO TAU SELUK BELUK SIFAT AYAHNYA!! LO KEMANA YUGA! LO KEMANA!!” teriak Tio emosional seraya mencengkeram kuat pundak Yuga dan sesekali mendorong kasar tubuh Yuga.

“Lo jangan nambah beban pikiran gue, Tio!!” teriak Yuga yang tidak suka omongan belaka tanpa barang bukti. Yuga mendorong dan membuat Tio tersungkur—telapak tangan Tio menggesek kasar aspal hingga mengelupas perih.

“TANYA KE MANTAN LO, GA! TANYA APA YANG DIA LIHAT!! ARGH!!” cerca Tio penuh emosional sampai berakhir menangis. Kepalanya sudah tidak berpikir jernih di mana Asavella sekarang.

“Jy,” panggil Yuga penuh sesal. “Jy, apa yang dikatakan Tio boongkan? Jy? Kamu janji sama aku kalo Asa ada apa-apa kamu bilang ke aku? Jy kamu janji buat enggak pernah boong soal Langit aku, Jy .…” Yuga berjalan tertatih-tatih ke arah Jysa yang di mana gadis itu udah deras air mata.

Jysa menggeleng menjawab apa yang di tempurung Yuga Permana itu salah dan apa yang di katakan Tio Mahardika itulah kebenarannya. Detik itupun gerakan langkah Yuga terhenti.

“Papah udah perkosa Asa berulang kali, Aku pernah cerita ke kamu aku pengen kamar Asa tapi Aku malah berantem sama Asavella.”

“Aku enggak percaya. Aku tau kamu pinter banget bikin drama dan bikin alasan,” sela Yuga.

“Jy, bilang sekali lagi itu boong, Jy bilang sama aku kalo itu cuma karangan cerita kamu, Jy bilang ke aku itu hanya drama kamu dan semua cerita itu boong Jysa!!! BILANG KE GUE ITU BOONG!” jerit pilu Yuga dengan telapak tangan saling menyatu dengan tubuh jatuh berlutut di hadapan sang mantan.

Di suasana pelik ini sesuatu menarik perhatian.

Ponsel milik Yuga tiba-tiba berbunyi. Notifikasi yang ia istimewakan membuatnya langsung bergegas mengambil kasar ponselnya dari dalam saku celana dengan kasar. Itu adalah panggilan video masuk.

“La-langit?” Semua berkumpul melihat lokasi dan keberadaan Asavella bagaimana suasana ruangan itu sangat tidak jelas.

Tio yang menangkap sekilas—melihat ada seseorang dengan tangan di tali seperti boneka menggunakan pancing. “A-asa? Itu A-asa?”

“Tadi Asa! Itu tadi Asa!!”

“SA LO DIMANA!!” ucap Yuga dan Tio secara bersamaan.

“To-tolong aku, Bian.”

Suara dentuman entah apa itu tidak diperlihatkan oleh seseorang yang sedang mengarahkan video pada arah ruangan kosong di mana terlihat foto Brian bersama tiga dua orang di ruangan tersebut.

”Gue mohon, jangan injak kepala gue. Gue mohon.”

Tut—tut.

"Kita sudah tidak aman. Kita jangan berpencar satu pun."

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Next?

Yakali next doang enggak komentar.

Tau Asavella dari rekomendasi jalur apa nih?

Ini yang udah bikin aku grup Asavella spill dong mau gabunggg!

Gimana part ini? Ayoooo coba cerita udah terang belum otaknya sampek siniiiii?

Maaf banget kalo ada typo ada kata ulang-ulang aku nulisnya langsung upload ini. •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

jangan lupa follow:

Instagram: @jerukminii
wattpad: jerukminii
tiktok: jerukminii

kalau mau chat plis langsung ke wall atau enggak Instagram aku engga pernah buka pesan di wattpad ><

terima kasih yang udah baca Asavella sampai part ini. Kalian hebat♡

 

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 2.3K 22
Dia Queen Anesa smit kerap di sapa Queen, orang lain melihatnya sosok yang sempurna. nyatanya hidupnya tak sesempurna itu, bayak sekali teka teki ya...
706K 62.2K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
Sky By Mey

Teen Fiction

432 206 4
Tentang bumi yg setia menunggu mataharinya. Tentang awan yg selalu setia menghiasi langit ~Naziyya Aurora~ Ada Rasa yang amat dalam,,menyataka...
1.4M 106K 48
Nara seorang kepala divisi keuangan yang terkenal dengan idealis dalam pandangan hidupnya. Wanita yang lahir dua puluh delapan tahun yang lalu itu me...