Annora Untuk Ravindra [End]

Por LiaAmelia19_

3K 326 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... Más

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 03.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 07.
Bagian 09.
Bagian 10.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 13.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Bagian 26.
Epilog.

Bagian 08.

88 9 0
Por LiaAmelia19_

Terik matahari yang menyengat di siang hari tidak membuat Annora letih mengayuh sepedanya. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu, kini memberhentikan sepedanya di bawah pohon rindang.

"Tuh kan, sudah aku duga," gerutu Annora yang telah turun dari sepedanya dan melihat ban sepedanya yang pecah.

Annora menarik nafas beratnya, "mari kita dorong."

Tith...tith...

Terdengar suara klakson motor yang memecah keheningan. Annora spontan melihat siapa pengendara motor yang berhenti di hadapannya.

"Mau pulang?" Tanya Ravindra seraya menaikkan kaca helmnya.

"Astagfirullah," ujar Annora yang kaget melihat apa yang ada di hadapannya.

Ya Allah jantung hamba berulah lagi, lirih Annora di dalam hatinya.

"Hm?"

"Iy-iya"

Ravindra melirik sepeda Annora, kemudian netranya tertuju pada ban sepeda Annora yang ternyata pecah. Ravindra mengangguk paham. Ravindra meraih handphone di saku jaketnya. Dia mencari kontak seseorang lalu menelponnya.

"Hallo, assalamu'alaikum."

"..."

"Ada ban sepeda pecah di sini. Bisa elo jemput, dan benerkan?"

"..."

"Gua sherlock"

"...."

"Oke, assalamu'alaikum."

Ravindra menutup telponnya. Lalu dia memasukkan handphonenya kembali ke dalam jaketnya.

"Sebentar lagi ada seorang montir yang akan jemput sepeda kamu."

Annora hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian...

Tibalah seorang montir itu seraya membawa mobil pick up. Mobil tersebut kosong dan bisa ditaruh sepeda di atasnya.

"Ini sepedanya," ujar Ravindra kepada montir tersebut.

Kemudian, montir itu mengangkat sepeda Annora dan meletakannya di atas mobil.

"Saya bawa dulu ya, tuan?"

Ravindra mengangguk seraya tersenyum. Setelah itu, montir tersebut memasuki mobilnya kembali dan pergi membawa sepeda Annora.

Annora hanya diam terpaku memperhatikan sepedanya dibawa. Ingin dia cegah, tapi entah kenapa mulutnya hanya diam membisu sedari tadi.

"Ayo kita pulang," ajak Ravindra.

"Pulang?" Tanya Annora.

"Iya, kamu pulang sama aku,"

Annora tertegun mendengar penuturan Ravindra. Pulang sama dia? Oh tidak, berhadapan dengan Ravindra seperti ini aja udah buat jantung dia serasa mau copot. Apa lagi harus pulang berdua dengan Ravindra, di motor yang sama dan pasti mereka akan berdekatan sekali.

Ravindra menaiki motornya kembali. Dia menatap Annora yang masih saja diam membisu di tempatnya.

Annora mendekati Ravindra. Netranya menatap motor ninja Ravindra yang besar itu. Tinggi sekali joknya, bagaimana dia naik? Pikir Annora. Tapi, dalam hatinya masih ada keraguan untuk satu motor dengan Ravindra.

"Bingung cara naiknya, hm?"

Annora pun hanya mengangguk kecil.

"Kamu pegang bahu aku, lalu kamu naik," ujar Ravindra yang mengarahkan Annora.

Annora menatap bahu Ravindra. Oh tidak, dia tidak pernah seperti ini kepada seorang laki-laki. Berboncengan dengan yang bukan mahram saja dia tidak pernah. Apa lagi harus seperti ini?

"A-aku naik angkot aja," ucap Annora.

"Kenapa?"

"Ma-maaf, aku ga bisa kalo seperti ini," Annora tertunduk.

Ravindra tersenyum mendengar ucapan Annora.

Gadis ini yang saya cari Ya Allah, batin Ravindra.

Selama ini, Ravindra tidak pernah menawarkan seorang wanita yang bukan mahramnya untuk mengisi jok belakang motor kesayangannya ini. Annora, wanita pertama yang Ravindra tawarkan. Selama ini juga para wanita di SMA Ravindra saat itu yang meminta untuk di bonceng oleh Ravindra, namun Ravindra tolak. Dan sekarang, dia yang di tolak. Tapi penolakan ini membuat Ravindra semakin menaruh rasa kagum kepada Annora.

Ravindra mengambil handphone di sakunya, lalu menelpon ke salah satu nomor.

"Assalamu'alaikum bro,"

"Wa'alaikumussalam," terdengar jawaban dari sebrang sana, ya dia adalah Arkan.

"Bro bantu gua ya. Tolong ambil mobil di rumah gua, lo bawa ke dekat sekolah baru gua, entar gua sherlock. Bisa ga?"

"Bisa dong, apa sih yang enggak. Tapi kok tumben?"

"Entar lo tau sendiri,"

"Ok gua otw. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam,"

Telpon pun segera ditutup oleh Arkan.

"Kita pake mobil ya. Mau?" Tawar Ravindra.

"Eh entar ngerepotin. Aku naik angkot aja ga papa kok."

"Udah, mobilnya juga otw ke sini. Yang kali ini ga boleh nolak, ya?"

Annora pun mengangguk, "baiklah."

Ravindra tersenyum mendengarnya.

Beberapa saat kemudian, mobil Ravindra yang dikendarai oleh Arkan tiba di dekat mereka. Arkan turun dari mobil seraya tersenyum kepada Ravindra, dan dibalas oleh Ravindra yang juga tersenyum.

"Assalamu'alaikum," ucap Arkan yang sudah tiba di dekat Ravindra juga Annora.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka berdua. Spontan Arkan melihat ke arah Annora, lalu tatapan Arkan beralih ke arah Ravindra seraya mengganggukkan kepalanya juga tersenyum jahil ke arah Ravindra. Ravindra yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum pula. Bahasa isyarat Arkan dimengerti oleh Ravindra.

Bisa-bisanya elo Vind, demi si cewe ini. Maa syaa Allah cantik juga sih. Selamat mbak, anda telah mencairkan es kutub hahaha. Batin Arkan yang masih senyam-senyum sendiri seraya melihat Annora dan Ravindra secara bergantian.

"Ini kunci mobilnya," ucap Arkan memberikan kunci mobil kepada Ravindra.

"Okey. Nah, elo bawa motor gua, ini kuncinya," Ravindra menerima kunci mobil dari Arkan dan menyerahkan kunci motor kepada Arkan.

"Oh iya," celetuk Ravindra lalu membuka jaketnya dan menyerahkannya lagi kepada Arkan, lalu Arkan menerimanya.

"Thank you bro," lirih Ravindra seraya bersalaman dengan Arkan dan menepuk bahu Arkan.

"Hati-hati bawa anak orang," bisik Arkan. Ravindra hanya mengulas senyum.

"Ayo," ucap Ravindra kepada Annora. Annora hanya diam menatap Ravindra yang juga menatapnya.

"Kita pulang," sambung Ravindra. Dibalas dengan anggukkan oleh Annora.

Ravindra pun berjalan menuju mobil, dan diikuti oleh Annora di belakangnya. Ravindra membukakan pintu mobil untuk Annora. Ravindra melemparkan bahasa isyarat yang menyuruh Annora untuk memasuki mobil. Annora memahaminya lalu ia memasuki mobil, kemudian Ravindra menutup pintu mobil itu kembali.

Di sisi lain Arkan sudah berada di atas motor yang sedang memakai jaket sembari melihat ke arah Ravindra. Ravindra melihat Arkan lalu mengacungkan jempol, Arkan pun membalasnya dengan mengacungkan jempol pula. Tak lama kemudian, Arkan memakai helm dan melajukan motornya.

Ravindra berjalan untuk masuk ke dalam mobil. Setelah tiba di jok stir, lalu dia menutup pintu mobilnya kembali. Sebelum menyalahkan mesin mobil, Ravindra melirik ke kirinya yang sudah ada Annora disana. Ravindra mengulas senyum yang dibalas oleh Annora. Mesin mobil pun dihidupkan, hingga mobil tersebut melaju menyusuri jalan yang beraspal mulus.

"Rumah kamu dimana?" Tanya Ravindra yang sedang menyetir mobilnya.

"Jalan Ahmad Yani no 4."

Ravindra pun mengangguk paham.

"Kamu memang selalu bawa sepeda ke sekolah?"

"Iya"

"Ga cape? Jauh lho."

"Udah biasa."

"Ga ada niatan ingin bermotor?"

"Motor di pake Ayah berkerja. Aku hanya ada sepeda," jawab Annora yang netranya tertuju pada setiap bangunan yang mereka lewati.

"Ga ada niatan buat beli lagi?" Tanya Ravindra yang ragu-ragu mempertanyakan hal tersebut.

"Kalo aku mampu, aku mau."

Ravindra terdiam, apakah omongannya sudah menyinggung Annora?

"Sory."

Annora hanya mengangguk.

Kemudian suasana pun mendadak hening. Tidak ada pertanyaan lagi yang Ravindra lontarkan, karena takut salah bicara lagi. Lagi pula dia sedang mengontrol detak jantung nya yang tidak bisa di ajak kerjasama sedari tadi.

"Berhenti di sana ya, rumah warna abu, pagar hitam."

"Baiklah."

Kemudian Ravindra memberhentikan mobilnya tepat di hadapan rumah yang Annora tunjuk.

"Inilah rumah aku," ucap Annora.

Ravindra mengangguk seraya tersenyum.

Rumah minimalis dan sederhana itu, namun terdapat keluarga yang begitu harmonis di dalamnya. Berbeda jauh dengan Ravindra. Rumah megah namun, ya...tidak ada keharmonisan kala itu. Bahkan sosok ayah sudah tidak ada di rumah megah Ravindra.

"Aku turun ya. Syukron katsiron,"

"Na'am. Afwan."

Annora turun dari mobil Ravindra. Annora tersenyum seraya melambaikan tangan sejenak ke arah Ravindra. Ravindra membalasnya dengan anggukan kepala. Lalu ia melajukan mobilnya kembali.

"Setelah hari ini, aku tau. Dia seperti langit, sangat jauh dan sulit untuk digapai," lirih Annora memandang mobil Ravindra yang melaju hingga hilang dari pandangannya.

To Be Continued

Seperti langit:)

Jangan lupa vote!

Setelah ini, apakah mereka akan tetap dekat? Temukan jawabannya di part selanjutnya

Syukron🤍

Seguir leyendo

También te gustarán

2.1K 391 28
Roman - Pendidikan . . . Ray Archie Al-Ghaisan, dia berprofesi sebagai seorang dosen. Dia dikenal sebagai pribadi yang tegas dan jujur. Hingga suatu...
1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
9.4K 1.6K 20
⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ Terimakasih pernah menjadi perantara Hijrahku, terimakasih pernah menjadi perantara kedekatanku dengan Rabbku berkat meng...
60.8K 1.4K 3
[New Version] ON GOING Kisah seorang Perwira TNI AD yang mencintai seorang gadis SMA. Berawal dari kejadian Letnan Arkan yang hampir tertabrak ol...