BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tama...

By wienena

9.2K 561 40

Awalnya aku membencinya. Lelaki itu bagaikan Benalu di kehidupan kami. Tanpa kusangka sebuah rahasia terkuak... More

chapter 1
chapter 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
bab 58
ekstra part

Bab 57

113 8 2
By wienena

"Saya terima nikah dan kawinnya Sarifah Aprilia binti Faradila Rahayu dengan mas kawin uang tunai sebesar seratus juta rupiah  di bayar tunai..."

Suara El terdengar begitu lantang sampai ruang tengah rumahku. Tempat diriku kini menunggunya mengucapkan ijab qobul bersama ibu.

Seperti dugaanku, setelah pria itu mengucapkan ijab kabul semua orang yang hadir sebagian mungkin bingung saat mendengar bunyi ijab yang sedikit janggal itu.

Beberapa tetangga yang ikut membantu acara sekarang sedang berbisik kemudian menatapku.

Mereka pasti cukup terkejut dengan binti yang menyertai namaku.

"Bagaimana saksi, Sah?" tanya pak penghulu.

Biasanya setelah penghulu menanyakan hal itu pasti akan terdengar jawaban sah dari saksi. Tetapi sepertinya untuk ijabku ini lain dari yang lain.

Bagaimana tidak, bukannya ucapan sah yang kudengar tetapi sekarang malah suara dari beberapa tamu yang seperti berteriak karena ada huru-hara.

"Maaf pak penghulu, bisakah ijabnya di ulang?!"

Aku yang sedari tadi menduga-duga tersentak. Rupanya huru-hara itu muncul karena kedatangannya!

Apa sebenarnya yang wanita itu mau dari kami?!

Belum cukupkah dirinya menjadi benalu yang menggerogoti kebahagiaan keluarga kami dulu?!

Aku segera beranjak dari tempat dudukku. Berniat mengusir wanita itu secepatnya.

Dia tidak berhak berada di sini!

"Nduk," ibu ikut bangkit berusaha mengejarku.

"Maksudnya di ulang?" tanya pak penghulu terdengar cukup terkejut.

Aku sudah berdiri di pintu dekat teras. Menatap nyalang ke arah depan dan menemukan wajah calon suamiku yang terlihat sangat tegang.

Lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Kini tanpa sengaja mataku bertubrukan dengan wanita itu. 

"Saya Faradila Rahayu, ibu kandung Sarifah Aprilia," ucap perempuan itu sejenak menatapku, membuat tanganku terkepal.

Sontak ucapan Nyonya Farah itu membuat para tamu undangan saling pandang. Mereka berbisik-bisik. Kehadiran wanita itu sukses menyedot seluruh atensi tamu yang hadir.

Aku meneruskan langkah mencoba menghampirinya. Berniat mengusir dan memintanya untuk pergi.

"Ya," Kudengar penghulu berbicara saat aku sedang berjalan.  "Lalu kenapa?"

"Saya .... saya ingin ijab qabulnya di ulang Pak." Terdengar suara wanita yang biasanya angkuh itu bergetar. Dia seperti memohon.

"Alasannya apa, Ibu?"

"Karena ... Sari, dia masih punya wali yang bisa menikahkannya." lanjutnya sukses menghentikan langkahku.

Semua tamu kembali riuh dan saling pandang. El tak kalah terkejut. Dia bahkan berdiri dari tempat duduknya lalu beranjak mendekati Nyonya Farah.

Sementara itu di tempatku kini aku hanya bisa berdiri sambil gemetar.

Apa lagi ini?

"Nyonya. Bisa jelaskan maksud ucapan itu? Nyonya tidak bermaksud mempermainkan kami 'kan?" tanya El. Aku hanya bisa menyaksikan dari tempatku berdiri kala El bertanya dengan suara pelan.

Wanita itu mengangguk berkali-kali.

"Dia bukan anak di luar nikah. Dia punya Ayah. Tapi ayahnya sudah meninggal,"

Maksudnya? Aku bahkan tidak sanggup menatap siapapun sekarang.

"Begini saja bapak ibu, bagaimana kalau masalah ini di bicarakan secara pribadi. Nanti kalau sudah jelas, kita ulangi kembali ijabnya. Kebetulan kami juga harus menikahkan beberapa pengantin di kampung sebelah."

Pak penghulu mencoba menengahi memberi solusi.  Lalu setelah berunding dengan kepala desa dan perangkat lainnya serta keluarga besar El, akhirnya kami sepakat menunda ijab.

***
Kamarku yang sudah di hias begitu rapi kini menjadi tempat wanita itu bercerita. Selain ada aku dan El yang penasaran, ibu serta calon mertuaku juga hadir di tempat sempit ini.

"Dia keturunan Almarhum Radit Angkoso."

Radit Angkoso, Radit Angkoso. Nama itu sepertinya tidak asing di telingaku.

"Aku menikah dengan ayahnya karena perjodohan. Aku jadi istri kedua. Tapi kejadian itu murni bukan kemauanku. Tapi kemauan istri pertama Radit Angkoso dan ibuku. Mereka punya perjanjian dan aku menjadi korbannya,"

Di saat wanita itu bercerita aku masih terus berusaha mengingat-ingat nama Radit Angkoso itu.

"Oleh sebab itu seminggu selepas pernikahan berlangsung aku memutuskan kabur. Aku tidak mau menjalani rumah tangga dengan orang asing. Apalagi usia kami terpaut puluhan tahun. Ketika aku pulang ke rumah, keluargaku malah mau mengembalikanku ke rumah itu, tapi untungnya aku bisa kembali kabur di tengah perjalanan ke sana."

Radit Angkoso, Radit Angkoso. Kenapa sangat susah menemukan siapa dirinya? Apakah aku harus Googling dulu?.

"Hingga akhirnya aku ketemu Mbak Rida. Dan masuk kehidupan rumah tangganya."

"Jadi? Maksud Nyonya dengan Rifah masih punya Wali ...?" Potong El.

"Dia masih punya kakak laki-laki. Kemarin aku menemuinya, dan dia berjanji mau menjadi wali untuk Sari."

El menatapku minta pertimbangan. Aku masih mencoba mengingat nama Radit Angkoso hingga tidak menangkap maksud tatapan itu.

"Kamu yakin dan bisa mempertanggung jawabkan perkataanmu ini, Farah?" Ibu akhirnya angkat bicara. Setelah banyak mengalami goncangan dan kejadian yang meluluh lantakkan hatinya akhirnya ibu bisa berdamai dengan masa lalunya.

"Aku punya bukti. Dan ... Aku siap seandainya kalian minta tes DNA."

Mataku terus menatap wanita yang melahirkanku itu, mencari kebohongan dari mata maupun gesture wajahnya.

Tidak ada!

Tiba-tiba perbincangan serius kami di interupsi oleh seseorang.

"Maaf mengganggu, di luar ada tamu."

Kami saling pandang.

"Itu pasti dia." Nyonya Farah berdiri.

"Dia siapa?" tanya Papanya El yang sedari tadi diam.

"Kakaknya Sari,"

***
Mataku membulat ketika pria yang usianya sudah tidak muda lagi itu dengan tegas mengatakan kalau dirinya adalah kakakku. Kakak kandungku. Aku kembali di buat tersentak setelah menyadari bahwasanya orang yang mengaku sebagai kakak kandungku ini adalah pemilik rumah sakit tempat Bapak berobat untuk menyembuhkan mentalnya beberapa tahun lalu.

Ya, Rumah sakit Angkoso adalah rumah sakit swasta milik keluarga Radit Angkoso, yang kini di pegang oleh putra satu-satunya yang mengaku sebagai kakak kandungku, Wiliam Angkoso. Seorang dokter ahli kejiwaan yang istrinya juga dokter juga. Dokter yang menangani Bapak.

Setelah sempat tertunda akhirnya acara ijab qobul dilaksanakan pada malam harinya. Setelah perangkat desa setempat mengurus kembali segala macam perubahan surat-surat pernikahan kami. Dan untuk untuk hal-hal yang tidak bisa di urus pada hari itu, pihak desa berjanji akan menyelesaikan secepatnya.

Nyonya Farah juga ikut menyaksikan pernikahan kami. Saat aku hendak memintanya pergi, ibu dan El melarang. Ibu bilang mau bagaimanapun dia tetap wanita yang telah melahirkanku. Mau sebenci apapun diriku padanya, tidak akan mengubah apapun.

Dia tetaplah orang yang membuat diriku hadir di dunia ini.

Wiliam Angkoso sendiri hanya hadir sebentar saja, setelah dia menikahkan kami, pria itu segera pamit karena ada hal urgent yang harus segera dia datangi.

    Resepsi pernikahan kami di gelar ke esokan harinya di sebuah hotel bintang lima. Hal itu adalah usul keluarga El dan aku tidak mungkin menolak.

Sebenarnya aku hanya mengundang beberapa orang saja selebihnya adalah teman-teman El dan tamu keluarga mereka.

Diantara tamu undangan aku melihat Fikar dan Bima datang bersama pasangannya masing-masing. Aku menyikut suamiku yang sedang sibuk menyalami tamu, bertanya padanya apakah dia yang mengundang mereka. Karena seingatku aku tidak memberikan undangan pada mereka.

El hanya tersenyum tipis membiarkan bibirku kini merenggut. Dia lebih memilih menanggapi gurauan teman-temannya yang meledek dengan guyonan khas pengantin baru.

Lalu akhirnya tibalah giliran Fikar bersama pasangannya dan Bima bersama pasangannya. Mereka naik pelaminan dengan baju couple batik yang membuat mereka terlihat serasi.

"Selamat El, ternyata kamu pemenangnya, " seru Fikar sambil melirikku. Suamiku malah tertawa bangga.

"Awas harus siap di jutekin tiap hari," kata Fikar lagi dengan nada bercanda.

"Tenang, kalian dulu cuma jaga jodohku, kalau sama pawangnya, dia jutek malah bikin jatuh cinta." Mana mungkin El berani keras-keras mengatakan hal itu, di belakangnya ada Nayya yang sedang menunggu. Makanya dia berbisik ke telinga Fikar dan menghadap ke arahku, sehingga aku masih bisa dengar.

Fikar sontak tertawa. Dia menepuk pundak El dan mengucapkan selamat.

Fikar bergeser dan kini berdiri di depanku. "Selamat ya. Semoga ini pilihan yang terbaik buat kamu. Aku minta maaf kalau dulu pernah ngecewain kamu. Sekarang, aku harap kedepannya kita bisa langgeng dengan pasangan kita masing-masing."

Fikar terlihat begitu tulus. Bibirnya yang dulu pernah menjadi canduku itu tersenyum manis.

Aku mengangguk, mengiyakan. Fikar benar, hubungan kami dulu berakhir juga bukan karena dia yang salah. Aku juga cukup berperan sehingga membuat hubungan kami berhenti di tengah jalan.

Kini giliran Nayya, Fikar menunggu di sampingnya. " Selamat Sari, aku bahagia akhirnya kamu menemukan jodoh. Aku tadi sudah berpesan banyak sama suamimu, agar menjagamu. Aku minta maaf kalau pernah memaksamu menikah dengan Mas Zulfi, aku sadar seandainya kamu menyetujuinya saat itu yang ada aku akan menyesal."

Nayya berucap sambil memelukku erat. Wanita ini adalah wanita paling baik yang pernah aku kenal. Beruntung sekali Fikar mendapatkannya.

Setelah puas berpelukan akhirnya Pasangan itu turun dari pelaminan.

Sementara itu di sampingku, suamiku sedang berbicara dengan Bima. Ah, Bima, pria itu ....

Terkadang aku kasihan padanya.

"Ya .... Bolehkah aku memukulmu sekarang, Bro? Dari tadi aku di ledek teman-teman gara-gara aku harus berada di sini," Bima tidak bohong karena sedari tadi aku juga mendengar banyak undangan —teman-teman kampungku yang datang, berseru menggoda. Lihat bahkan saat Bima sekarang, saat di atas pelaminan, masih ada ledekan yang menyertainya.

"Perlu di abadikan dan di masukkan tik**k nih biar viral, ketika aku menghadiri pernikahan mantan hahaha"

El memajukan bahunya siap di pukul. Suamiku itu tertawa lebar. Mereka saling berjabat tangan dengan wajah ceria, sepertinya Bima juga sudah bisa menerima takdirnya yang berjodoh dengan istrinya sekarang. Buktinya saat berada di hadapanku, pria itu hanya tersenyum sebentar sambil mengucapkan selamat. Lalu bergeser memberi kesempatan istrinya.

"Sari .... Selamat. Aku seneng banget waktu Nayya bilang kamu mau nikah. Jujur sebenarnya aku sempat takut tidak ada pria yang mau sama kamu, secara kamu jutek sekali ...." Seperti biasa Fibri dengan kepolosan dan keceriaannya adalah paket lengkap.

"Buktinya ...." ucapku pelan. Fibri mendekat lalu membisikkan sesuatu.

"Pasti suamimu adalah pria paling kuat karena bisa menaklukkan hati seorang Sari si cewek jutek."

Aku tersenyum tipis lalu membalas ucapannya. "Kamu belum tahu banyak tentangku, Fib. Sebenarnya yang bilang cinta dulu itu aku."

Fibri mengurai rangkulannya dengan mata melotot, dia tak percaya. Fibri sempat melirik suamiku sekilas sebelum dia berbisik kembali.

"Keren, aku kira hanya aku wanita paling memalukan di dunia ini, ternyata kamu juga ..." kata Fibri yang segera ku potong ucapannya dengan menepuk pundaknya sedikit keras.

"Oke, nanti kita harus ngobrol lagi kayaknya. Aku harus cepat turun sebelum di protes antrian lainnya."

Setelah mengucapkan selamat sekali lagi pasangan itupun akhirnya turun. Dan kami meneruskan menyalami tamu yang lain.

     Setelah puas dan tamu habis, kami akhirnya ikut berbaur dengan tamu lainnya. Fibri yang sudah menunggu, melambaikan tangan meminta agar aku dan El bergabung dengan mejanya.

"Bagaimana hidangannya? Ada yang kurang?" tanya El sembari menyiapkan kursi untukku.

"Pernikahan kami kalah telak di bandingkan dengan pernikahan kalian. Parah." ucap Fikar yang duduk di sebelah kanan, di samping seseorang yang wajahnya tak asing tapi aku tidak mengenalnya.

"Rafa, pintar juga cari istri." puji pemuda itu.

"Makanya tinggal kamu, Jar. Ayo nunggu apalagi," tutur suamiku sambil terus tersenyum.

"Gara-gara dua manusia ini, aku jadi sulit cari jodoh," jawab pemuda itu sambil menatap Fibri dan suaminya.

"Hei, kak Fajar memang yang pilih-pilih. Aku kenalin Chika malah Kak Fajar tolak." Fibri mencoba membela diri.

"Sudah. Jangan berantem di sini, ini acara mereka." Bima melerai perdebatan antara Fibri dan pemuda itu.

"Ngomong-ngomong, nyadar nggak, Raf, kalau kamu belum memperkenalkan aku dan istrimu?"

El bahkan sampai terkejut ketika pemuda itu kini menatapku lekat.

"Woy, istri orangnya tuh," Fikar menutup mata Pria itu dengan telapak tangannya.

Pria itu tertawa, dia lalu mengulurkan tangannya.

"Fajar, sahabat masa kecil suami kamu, yang tahu dia dari masih ngompol sampai mimpi basah."

"Ya ampun, kak ..." Ketika aku terkesiap mendengar ucapan pria bernama Fajar itu, Fibri berteriak histeris.

"Jangan banyak bergerak, hati-hati." Bima memperingatkan istrinya dengan mengelus tangannya lembut.

"Amit-amit jangan sampai anakku niru pakde nya." Fibri komat-kamit sambil mengelus perutnya.

Aku kembali di buat kaget mengetahui dua fakta itu. Pemuda bernama Fajar itu kakak kandung Fibri dan kehamilan istri Bima itu.

Bersambung.

Bagaimana part ini?

Jangan ada yang menanyakan Nayya di akhir obrolan mereka, karena dia lagi fokus ke hal lain.

Tinggal satu bab lagi.


Continue Reading

You'll Also Like

402K 1.7K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
3.9M 42.3K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
955K 88.6K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...