Annora Untuk Ravindra [End]

By LiaAmelia19_

3.8K 404 73

"Aku akan lalui semuanya, walau luka itu harus datang lagi dan lagi." "Arti nama kamu kekuatan bukan? Aku yak... More

Prolog
Bagian 01.
Bagian 02.
Bagian 03.
Bagian 04.
Bagian 05.
Bagian 06.
Bagian 08.
Bagian 09.
Bagian 10.
Bagian 11.
Bagian 12.
Bagian 13.
Bagian 14.
Bagian 15.
Bagian 16.
Bagian 17.
Bagian 18.
Bagian 19.
Bagian 20.
Bagian 21.
Bagian 22.
Bagian 23.
Bagian 24.
Bagian 25.
Bagian 26.
Epilog.

Bagian 07.

129 16 1
By LiaAmelia19_

Annora tengah fokus mengulang hafalan surahnya. Dia sedang duduk di koridor depan kelasnya, di mana netranya bisa melihat-lihat orang-orang yang berlalu-lalang, karena sekarang telah memasuki jam istirahat.

Annora yang tengah murojaah itu juga di temani oleh sahabat karibnya, Zahra. Zahra yang ada di sebelah Annora, hanya diam memperhatikan Annora dengan amat dalam sembari terhanyut dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang Annora lantunkan.

"wa asirruu qoulakum awij-haruu bih, inna..."

"Inna..."

"Innahuu..." Annora terdiam, dia seketika lupa dengan kelanjutan ayat yang ia baca.

"Innahuu 'aliimum bizaatish-shuduur," sambung Ravindra yang lewat di hadapan Annora.

Annora pun spontan melihat ke arah Ravindra. Ravindra melirik sejenak Annora, dengan tatapan yang sama, penuh dengan makna. Bibir Annora terangkat sehingga membentuk bulan sabit setelah Ravindra tidak melihat ke arahnya lagi.

"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati," Annora pun mengucapakan arti ayat yang dia baca secara lirih (Q.S Al-Mulk ayat 13). Kemudian dia menunduk dan mengambangkan senyumannya lagi. Ravindra adalah orang pertama yang membuat Annora bisa jadi seperti ini.

Zahra yang berada di sebelah Annora pun memutar bola matanya malas karena melihat pemandangan yang tidak mengenakkan ini. Dia serasa tidak di anggap sekarang oleh Annora.

"Ekhem," Zahra berdehem, namun Annora tidak menyadarinya. Annora tetap saja menunduk dan masih saja tersenyum.

"Woy!" Teriak Zahra yang membuat Annora kaget dan refleks memukul lengan Zahra.

"Kebiasaan!" Ketus Annora.

"Kamu sih senyam senyum aja. Mulai ada Ravindra, mulai tuh salah ting-"

"Ssst" Annora membungkam mulut Zahra karena terlalu kuat berbicara. Syukur saja tidak ada Ravindra di dekat mereka lagi.

"Kecilin dikit bisa ga sih?" Bisik Annora.

"Engga!" Ketus Zahra seraya memutar bola matanya malas.

Annora pun duduk bersimpuh. Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang Ravindra ucapkan baru saja, selalu terngiang-ngiang di benak Annora. Suara Ravindra melantunkannya juga sangat merdu sekali, apa lagi dengan nada jiharkah favorit Annora. Annora serasa ingin mendengarkannya lagi. Bukan hanya itu, dia ingin mendengarkannya setiap hari. Kemudian, Annora membayangkan dia sedang murojaah bersama Ravindra. Annora pun jadi salah tingkah lagi sekarang.

"Astagfirullah," ucap Annora menepis pemikirannya.

"Pasti ngehalu," celetuk Zahra menebak-nebak.

Annora pun mengulum bibirnya, kemudian tersenyum. Zahra yang melihatnya lagi dan lagi memutar bola matanya malas.

"Maa syaa Allah banget ya dia ternyata Ra. Aku kira dia biasa aja, ternyata dia luar biasa. Baru satu bulan dia di Madrasah ini, dia udah buat aku bahagia banget banget banget. Walau kebahagiaan itu hanya sekedar melihatnya,"

Zahra terdiam mendengar perkataan terkahir Annora. Hanya sekedar melihatnya? Apakah sahabatnya yang satu ini sudah benar-benar jatuh cinta?

"Kamu benar-benar cinta sama dia?"

Pertanyaan Zahra membuat Annora terdiam sejenak beberapa detik.

"Ga tau Ra perasaan apa ini. Yang aku tau, aku ga mau kehilangan dia, walaupun aku bukan miliknya saat ini."

Zahra terdiam lagi. Entahlah, kenapa Zahra jadi iba sekarang dengan sahabatnya ini. Zahra juga baru pertama kali melihat Annora seperti ini.

"Kamu mau jadi milik dia?"

Annora menggelang lalu mengangguk.

Zahra menghela nafas beratnya, "serius Annora!" Ketus Zahra.

"Belum saatnya. Kalo sudah saatnya, mau. Tapi, jika memang benar-benar dia yang terbaik. Tapi, jika memang bukan dia yang terbaik, maka aku akan minta kepada Allah untuk dia benar-benar menjadi yang terbaik," ucap Annora berharap dengan sangat tulus seraya menatap langit. Dia seakan-akan tengah mencurahkan isi hatinya kepada Yang Maha menetapkan Takdir. Walau hanya beberapa bait kalimat, dia sangat ingin Allah mengiyakannya.

"Semoga ya Annora," ucap Zahra seraya tersenyum.

"Aamiin," lirih Annora yang mengucapkan Aamiin paling seriusnya.

****

Sepulang sekolah, Ravindra tiba di halaman basecamp Vindboys. Dia menatap sekeliling, ternyata sudah pada rame motor yang terparkir di halaman basecamp. Sepertinya semua anggota sedang berkumpul sekarang. Namun, ada acara apa? Itu yang ada di pikiran Ravindra saat ini. Karena tidak ada satupun anggota yang memberitahukannya.

Tibalah Ravindra di depan pintu basecamp, terdengar suara musik dan teriakan para pemuda dari dalam. Ravindra beristighfar sejenak, lalu membuka pintu basecamp.

"Astagfirullahaladzim," ucap Ravindra melihat para anggotanya yang sedang minum-minuman beralkohol dengan iringan musik DJ yang membuat mereka berjoget dan berpesta ria.

Tubuh Ravindra berdesir dan terasa panas melihat pemandangan ini. Tangan nya mengepal dengan kuat dan giginya saling bergemeletuk. Emosi sangat emosi Ravindra melihat yang kali ini.

Brak!

Ravindra menendang meja yang di atasnya ada beberapa botol minuman, sehingga membuat botol-botol itu pecah berserakan. Semua anggota terdiam juga kaget. Musik yang bergema pun sekarang telah dimatikan oleh salah satu anggota.

Ravindra menatap satu-satu anggotanya dengan sangat tajam, seperti tatapan seekor elang yang ingin menerkam mangsanya.

"Atas perintah siapa kalian seperti ini?" Ravindra membuka suara dengan nada beratnya.

"Gue yang nyuruh," jawab Azof dengan melemparkan tatapan sinis kepada Ravindra.

"Hanya Azof?" Tanya Ravindra lagi. Selang beberapa detik tidak ada jawaban dari para anggota.

"HANYA AZOF?" Teriak Ravindra.

"Gua juga," jawab Arkan.

Sungguh kaget Ravindra mendengar jawaban Arkan. Arkan seorang wakil ketua Vindboys yang selalu dia percaya untuk menuntun anggota-anggotanya ke jalan yang benar. Dan sekarang apa? Dia menghancurkan kepercayaan Ravindra.

"Atas dasar apa kalian melakukan ini semua?"

"Kami cape Vind, cape jadi orang yang pura-pura baik selama ini. Kami juga butuh happy-happy. Bukannya masa SMA itu butuh kesenangan? Bukan malah ketaatan," jawab Arkan.

"Diam lo Arkan!" Ketus Ravindra menatap tajam Arkan.

"Lo nanya, ya gua jawab!" Ketus Arkan yang tak mau kalah.

"Jadi ini Arkan yang sebenarnya?"

"Iya ini gua, ngapa lo? Lo ga suka? Baiklah lo pecat aja gua jadi wakil Vindboys. Gua juga ga sudi lama-lama di sini kalo ada lo."

Kemudian Ravindra merebut gelas yang ada di tangan Azof dan masih berisi setengah minuman di sana.

"Ini yang kalian banggakan? Minuman ini?" Tanya Ravindra yang memegang gelas itu.

Kemudian Ravindra melempar gelas itu sehingga terdengar pecahannya. Sejenak, semua mata menatap pecahan gelas itu.

"Kalian selama ini membaca Al-Qur'an. Selama ini juga kalian mempelajari hal-hal yang terkandung dalam Al-Qur'an. Dan pasti kalian tau meminum minuman keras di larang di dalam Al-Qur'an."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَا لْمَيْسِرُ وَا لْاَ نْصَا بُ وَا لْاَ زْلَا مُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَا جْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 90)

"Lebay!" Celetuk Arkan.

"Arkan! Gua ga nyuruh lo bersuara!" Teriak Ravindra menatap tajam Arkan.

"Lo udah melampaui batas," ujar Ravindra kembali, masih dengan tatapan tajamnya kepada Arkan juga dengan nafasnya yang memburu.

"Anggota lain. Kalian diajak melakukan hal yang tidak benar ini, kalian mau? Dimana ilmu agama yang kalian pelajari selama ini?" Tanya Ravindra namun tidak ada suara yang menjawab Ravindra. Mereka hanya menatap Ravindra dengan tatapan sinis mereka.

"Kata Arkan masa SMA adalah masa bersenang-senang. Ya memang masa SMA adalah masa yang bersenang-senang, tapi bukan dengan cara seperti ini! Kalian bahagia seperti ini? Bahagia itu dalam ketaatan bukan kemaksiatan!"

"Lo ga-"

"Diam!" Teriak Ravindra yang memotong pembicaraan Azof.

Ravindra menatap lagi satu-satu anggotanya dengan mata yang memerah dan sudah berkaca-kaca.

"Gua kecewa sama kalian semua hari ini. Gua kecewa," pungkas Ravindra menyeka air matanya. Lalu beranjak ingin pergi meninggalkan basecamp.

Dia membuka pintu basecamp dan ingin pergi meninggalkan basecamp.

Duar!

Setelah pintu basecamp terbuka. Terdengar letusan balon, besertaan dengan itu, satu ember air gincu tumpah dari atas membasuhi tubuhnya.

"Barakallah fii umrik my kapten," teriak seluruh anggota dari belakang Ravindra.

Ravindra mengusap wajahnya lalu membalikkan badannya menghadap anggota-anggota Vindboys.

Satu orang muncul di antara anggota, membawa satu kue dan berjalan menghampiri Ravindra. Dia adalah Arkan.

"Barakallah fii umrik my kapten. My brother," ucap Arkan menyodorkan kue itu kepada Ravindra.

Ravindra menatap Arkan lalu kemudian tersenyum tipis seraya berkata, "nakal."

"Ga nakal bukan Arkan," kekeh Arkan.

"Barakallah my kapten," seru Gani dan Renal dari belakang Ravindra. Ravindra yang mendengarnya spontan membalikkan badannya.

"Kalian?"

Gani dan Renal membawa sebuah spanduk yang berisi ucapan selamat ulang tahun dengan foto anggota Vindboys lengkap di sana.

"Jadi kalian berdua saat gua marah-marah tadi, kalian ga ada di dalam?"

"Enggak," jawab mereka kompak seraya menampakkan sederet gigi mereka. Gani dan Renal lah yang mempersiapkan seember air gincu yang mereka gantung di atas pintu. Ember itu akan tumpah, apabila pintu terbuka.

"Astagfirullah, bisa-bisanya gua ga nyadar," Ravindra menepuk jidatnya.

"Gimana akting kami kapten?" Tanya salah satu anggota Vindboys. Dan yang lainnya tertawa.

Ravindra hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum menatap satu-satu anggota Vindboys. Ravindra mengusap wajahnya yang masih terkena tetesan air dari rambutnya.

"Lalu minuman?" Tanya Ravindra.

"Itu mah air biasa, botolnya aja yang mirip. Ya kali kami minum beneran Vin," jawab Azof.

"Musik?"

"Semua sudah terstruktur bos, sudah terencana. Musik itu juga barusan dihidupkan saat lo sampe," jawab Arkan seraya memberikan sebuah kue yang ia pegang kepada Azof.

"Rencana siapa ini semua?"

"Arkaan!" Seru mereka.

Ravindra menatap Arkan dengan tajam. Arkan pun yang di tatap spontan meneguk salivanya. Kemudian, Ravindra memeluk Arkan dan dibalas oleh Arkan.

"Lo pinter banget aktingnya, sampai buat gua sakit hati beneran. Thank you my brother," ucap Ravindra yang masih memeluk Arkan. Arkan yang mendengarnya hanya bisa meneteskan air mata. Semua pun terharu melihat kedua sahabat ini. Tapi tepatnya seperti kedua saudara. Kemudian, mereka melepaskan pelukan mereka.

"Ges, makasih banyak buat kalian semua. Tapi satu hal yang kalian tau, udah lewat delapan belas hari bro."

"Sengaja!" Seru mereka dibarengi dengan tawa.

"Sengaja bro, lo ultah yang ke-18, kan?" Ujar Gani.

"Owh gitu," Ravindra pun menganggukkan kepalanya.

"Ga papa, makasih banyak sekali lagi buat kalian," ucap Ravindra.

"Sama-sama kapten."

***

Basecamp Vindboys telah bersih kembali seperti semula setelah para anggota Vindboys berkerja sama membersihkannya. Ravindra juga sudah rapi dan bersih, dia mandi di basecamp serta mengganti pakaian di sana. Arkan telah menyiapkan pakaian ganti untuk Ravindra, ya baju Arkan sendiri. Syukur saja ukuran baju Arkan dan Ravindra tidak jauh berbeda.

Ravindra keluar dari kamar kecil di basecamp tersebut dengan penampilan yang telah rapi kembali. Dia mendekati para anggotanya. Ravindra sedikit mengerutkan keningnya, karena melihat para anggotanya berdiri dan di hadapan mereka ada sesuatu yang ditutupi oleh kain putih.

"Apa ini?" Tanya Ravindra.

"Kejutan terakhir," jawab Arkan.

Kemudian Arkan membuka kain putih tersebut. Ravindra tersenyum seketika melihat apa yang ada di hadapannya. Sebuah bingkai berukuran 40x60 cm, di dalamnya berisi foto-foto. Baik itu foto-foto Ravindra sendiri, dari masih kecil hingga tumbuh menjadi remaja yang sekarang sudah berusia 18 tahun. Juga foto-foto dia dengan anggota Vindboys dan dengan Arkan. Di dalam bingkai itu terdapat ucapan-ucapan selamat ulang tahun, juga doa-doa serta kesan dan pesan untuk Ravindra dari anggota-anggotanya. Terlihat sangat aesthetic. Semua ini dibuat oleh anak-anak Vindboys yang berjumlah 14 orang, jumlah mereka 15 orang jika dengan Ravindra. Selain jago bela diri dan mengaji. Ternyata anak-anak Vindboys juga punya jiwa kreativitas. Bukan hanya itu, ada yang jago berakting, Arkan contohnya.

"Sweet banget kalian," ucap Ravindra menatap bingkai indah itu.

"Maaf bro, kami ga bisa beli yang mewah-mewah," ujar Renal.

"Ini sudah lebih dari mewah bagi gua Nal. Doa elo pada udah lebih dari cukup buat gua, apa lagi ini semua. Kalian the best."

Semuanya pun tersenyum mendengar penuturan Ravindra. Mereka bangga punya kapten kayak Ravindra.

"Gadis itu ngucapin ga?" Tanya Arkan.

"Gadis?" Ucap Ravindra yang kembali bertanya.

"Ga usah sok bego deh lo Vin. Gadis itu, yang udah buat elo kek orang gila senyum-senyum sendiri selama tiga puluh hari di Madrasah."

"Owh, dia," Ravindra pun seketika tersenyum.

"Ae lah, baru aja di bilang gitu, udah senyum lagi," celetuk Gani.

"Ngucapin ga dia bos?" Tanya Azof penasaran.

"Enggak"

"Ya sad," celetuk beberapa anggota Vindboys.

"Lah, beneran?" Tanya Arkan yang masih tidak percaya.

Ravindra berjalan menuju kursi dan duduk di atasnya, "bagaimana mau ngucapin, tanggal ultah gua aja dia ga tau."

"Tapi..."

"Apa tuh?" Tanya Renal.

Sebelum Ravindra bercerita, yang lain pun mengambil kursi dan duduk menghadap Ravindra. Mereka seperti para siswa yang akan mendengarkan penjelasan dari guru mereka.

"Delapan belas hari yang lalu, tepat di hari ultah gua. Gua ketemu dia di Danau"

"Lalu?" Tanya mereka.

"Dia mau gua cerita atas masalah gua sama dia"

"Lalu elo cerita?" Tanya Arkan.

"Enggaklah, gua ga mau nambah beban dalam hidupnya. Jadi gua cuma bilang sama dia..." Ravindra tersenyum salah tingkah mengingat moment itu lagi.

"Apa tuh?" Tanya beberapa anggota.

Ravindra melihat para anggotanya, begitu pula anggotanya. Mereka menatap intens Ravindra dengan wajah yang sangat penasaran.

"Nungguin yah?" Kekeh Ravindra.

Bugh!

Arkan melempari Ravindra dengan bantal sofa yang ada di dekatnya.

"Serius woy!" Ketus Arkan.

Ravindra mengambil bantal itu lagi dan melemparinya kembali ke arah Arkan. Arkan berniat ingin melemparinya ke arah Ravindra kembali, namun bantal itu direbut paksa oleh Azof. Azof menatap Arkan dengan tajam, "kalo kayak gini terus, ga jadi cerita dia. Gua udah penasaran," ketus Azof lalu duduk kembali di kursinya. Arkan hanya melempari tatapan sinis ke arah Azof. Sedangkan anggota lain hanya terkekeh melihatnya. Tak hanya itu, Ravindra udah geleng-geleng dan cengar-cengir sendiri.

"Lanjut dong,"celetuk Gani.

"Lalu gua bilang gini. Kamu ga perlu tau. Cukup kamu ada di sini, di saat aku sedih, jauh lebih tenang,"

"Azeeekk!" Teriak anak-anak Vindboys.

"Bisa bucin juga ternyata," celetuk Azof.

"Pake aku kamu ga tuh," kekeh Arkan.

"Ya ya ya ya," Gani mengangguk-angguk seraya cengir mendengarnya.

"Akhirnya, es kutub mencair!" Seru Renal.

"Tapi.."

"Apa lagi nih?" Tanya Arkan.

"Gua merasa berdosa. Dia bukan mahram gua soalnya, gua ga bisa selalu dekat sama dia," Ucap Ravindra yang menghela nafas beratnya.

"Halalin bro," celetuk Arkan.

To Be Continued

Hai, aku kembali lagi nih setelah beberapa Minggu menghilang hehe

Maaf membuat kalian menunggu lama

Terimakasih yang masih membaca cerita aku sampai di titik ini

Jangan lupa vote nya ♡

Syukron katsiron

Continue Reading

You'll Also Like

ASHEEQA By Nala vey

Teen Fiction

6.4K 912 39
menyukai seseorang yang disukai semua orang tak pernah terpikirkan didalam benak ketiga gadis ini. Antara Jazila, Nala, dan Zaina yang kehidupannya h...
21.4K 1K 53
Ini bukan kisah tentang anak gang motor dengan gadis polos. Bukan kisah seorang Gus yang di jodohkan dengan Ning yang sholehah. Kisah ini untuk Deva...
763 71 25
Season 2 Cerita DiJodohkan Kisah perpisahan yang tak diinginkan antara si kembar. Tumbuh bersama hingga 4 tahun, lalu berpisah. "Lio, tak ingin kah...
4.4K 400 52
seorang gadis bernama Khumaira Az-Zahra yg di bingungkan oleh dua pilihan antara laki-laki muslim atau non-muslim. Cr cover : pinterest