JAYDEN, 18:23

By youraraa_

1.8K 271 68

[Jung Jaehyun ㅡ End] "Sosoknya terasa begitu nyata, meskipun aku tak dapat menyentuhnya. Dialah satu-satunya... More

Chapter 1: Pindah Rumah
Chapter 2: Sekolah Baru
Chapter 3: Mimpi Indah
Chapter 4: Sentuhan
Chapter 5: Sosok Menyeramkan
Chapter 6: Jeff
Chapter 7: Pembersihan
Chapter 8: Pelukan
Special: Hint & Casts
Chapter 10: Kabut Hitam
Chapter 11: Boneka Abdi
Chapter 12: Santet
Chapter 13: Kekasih Masa Lalu
Chapter 14: Kisah Sebenarnya
Chapter 15: In de Gloria
Chapter 16: Misi Berdarah
Chapter 17: Rindu
Chapter 18: Keajaiban
Chapter 19: Akhir yang Bahagia

Chapter 9: 1823

95 13 3
By youraraa_

"Jangan kira kekuatan dukun mampu mengalahkanku, mau berapa kali pun mereka mencoba memusnahkanku, tak akan pernah bisa."

🍂

"Anna! Darimana saja kamu?! Kamu tahu sekarang jam berapa? Kenapa baru pulang?!" Cerca sang ibu ketika Anna baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya.

Anna hanya diam, tak menjawab pertanyaan ibunya. Ia langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya, lalu menutup pintunya dari dalam. Tiba-tiba saja ibunya bergidik ngeri melihat raut wajah Anna yang terlihat pucat dan pandangan mata yang kosong. Dan dari situlah ibunya merasa ada yang tidak beres dengan sikap anak perempuannya.

Anak perempuannya itu tak pernah pulang malam.

Sebelumnya...

Seperti dugaan Jayden, Anna ternyata terpilih untuk tampil bersama Dimas di acara perpisahan nanti. Dan mau tak mau ketika pulang sekolah tadi Anna terpaksa menghabiskan waktu agak lama di ruang musik bersama Dimas untuk membahas jadwal latihan mereka.

Jayden hanya diam sambil mengamati Dimas ketika lelaki tersebut mengobrol panjang lebar dengan Anna. Awalnya obrolan mereka masih seputar persiapan latihan, namun lama kelamaan obrolan menjadi tak tentu arah hingga ke ranah pribadi Anna, dan Jayden tak suka melihatnya.

"Anna, ayo pulang sekarang. Aku muak dengan lelaki ini. Jelas sekali dia hanya ingin modus denganmu. Ini sudah sore, tidak baik kalian hanya berduaan di ruangan sempit seperti ini," ucap Jayden sambil pandangannya terus mengarah pada Dimas, takut jika lelaki itu tiba-tiba saja berbuat yang macam-macam pada Anna.

"Iya, sebentar lagi." Jawab Anna dengan nada berbisik.

"Hah? Kamu bicara apa?" Dimas yang sedang membalas chat kawannya itu langsung menatap Anna setelah mendengar Anna mengatakan sesuatu yang terdengar samar di telinganya.

"Eh? Eum, sepertinya ini sudah terlalu sore. Aku harus pulang sekarang. Aku takut mama marah, kak," ucapnya.

"Oh, baiklah, kalau begitu kita lanjutkan lagi besok ketika istirahat. Mau aku antar pulang, hmm?" Tawar Dimas sambil tatapannya terus tertuju pada Anna, membuat tubuh Jayden terasa panas.

"Aku bisa pulang sendiri. Sampai besok, kak Dimas." Anna sedikit membungkuk pada Dimas sebagai sikap sopannya terhadap kakak kelasnya itu, lalu ia bergegas berjalan keluar ruang musik bersama Jayden yang terus mengikutinya.

Di sepanjang perjalanan pulang, pikiran Anna penuh dengan perkataan yang sempat dilontarkan oleh Jayden ketika pelajaran seni musik tadi. Ingin rasanya ia bertanya lebih lanjut, namun ia takut membuat Jayden harus mengingat kembali masa lalunya yang kelam.

Setibanya di rumah, Anna tak melihat satupun anggota keluarganya yang lain. Ayah dan ibunya mungkin pulang malam, tapi mustahil jika Juan belum ada di rumah. Namun Anna tak peduli, mungkin saja kakaknya itu pergi ke dokter karena satu minggu sekali setiap weekend tiba Juan memang harus rutin mengecek kesehatannya.

Anna segera merebahkan dirinya begitu tiba di kamar, tubuhnya terasa sangat lelah karena tak biasanya ia pulang sore seperti ini.

"Tidur saja, Anna. Aku akan menemanimu di sini." Jayden duduk di pinggir kasur sambil mengusap surai hitam milik Anna, membuat gadis itu lama kelamaan menjadi sangat mengantuk dan langsung tertidur lelap dalam sepersekian detik.

Jayden tersenyum melihat Anna yang tertidur seperti bayi. Ia kemudian merebahkan dirinya di samping Anna sambil memeluk tubuh Anna. Ia membiarkan Anna berkelana dalam mimpinya, meskipun ia tak yakin Anna akan mengingat mimpi tersebut ketika ia bangun nanti.

Anna kini tengah berada di ruang tamu rumahnya, lalu pandangannya terarah pada sudut ruangan yang pada bagian dindingnya terdapat satu foto besar yang digantung dengan rapi.

Anna berdiri dari duduknya, lalu berjalan perlahan ke arah foto tersebut berada. Ia heran karena semenjak kepindahannya ke rumah barunya tersebut, ia tak pernah melihat ada foto besar tergantung di ruang tamunya.

Tangannya pun terulur untuk meraba permukaan foto yang terlihat sudah usang tersebut. Seorang lelaki berwajah tampan tengah memandang ke suatu arah, dan entah mengapa Anna seperti tidak asing ketika melihat rupa lelaki tersebut.

Pandangan Anna langsung tertuju ke arah kiri bawah, ia melihat ada tulisan 'Isakh Jayden' yang terukir dengan jelas di sana. Lalu pada bagian kanan bawahnya bertuliskan tahun 1823.

"Tahun 1823, sudah sangat lama sekali," batin Anna.

Anna terus saja memandangi wajah lelaki yang sepertinya ia kenal itu, lalu atensinya beralih ke arah bawah. Genangan darah segar tiba-tiba saja mengalir di bawah kakinya, mau tak mau Anna langsung berteriak dengan kencang.

"Arrrgghhh!"

Anna berlari menjauh dari genangan darah yang entah muncul dari mana, dan kekagetannya bertambah ketika dirinya melihat ada seorang laki-laki dan perempuan sudah terkapar tak berdaya bersimbah darah di lantai ruang tamunya dalam posisi tengah berpelukan.

Dengan badan bergetar hebat, Anna mencoba memberanikan diri untuk melihat siapa orang tersebut, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat jika perempuan tersebut adalah dirinya sendiri, sedangkan si lelaki adalah sosok yang ada di foto yang ia lihat tadi.

"Tidak! Tidak mungkin! Apa aku sedang melihat kematianku sendiri?" Anna mengucek kedua matanya untuk memastikan apa yang ia lihat, namun berkali-kali ia mencoba mengucek matanya, pemandangan di depannya tetaplah mayat dirinya bersama dengan lelaki yang ada di foto.

Kaki Anna mendadak lemas ketika melihat genangan darah yang semakin meluber kemana-mana. Belum selesai dengan pemandangan menakutkan di hadapannya, suara derap langkah yang terdengar cepat membuat atensinya beralih ke sumber suara.

Ada beberapa sosok laki-laki muda yang terlihat mengintip dari arah pintu luar, lalu mereka semua berlari menjauh sambil mengatakan kalimat yang tidak bisa didengar jelas oleh Anna.

Ia pun berusaha menguatkan kedua kakinya untuk berjalan ke arah luar, hendak mencari tahu siapa orang-orang yang tengah mengintip tadi.

"Mengapa kau ikut membunuh adikku?! Apa salahnya, hah? Aku setuju dengan rencanamu membunuh Isakh, tapi tidak dengan Mala! Dasar sinting!"

"Haha, apa aku tidak salah dengar, hmm? Aku tidak membunuh adikmu, tapi kau sendiri yang membunuhnya!"

"Sudahlah, kita semuanya sudah menjadi pembunuh. Tidak usah saling berdebat. Lebih baik segera kubur mereka sebelum ada orang lain yang tahu."

"Apa kedua mata pria bajingan itu juga harus ikut dikubur?"

"Buang saja! Buang ke tempat yang tak ada seorangpun bisa menemukannya. Alasanku mencongkel matanya juga karena dia sudah berani menatap wanitaku dengan penuh cinta sampai membuatku muak."

Anna terduduk lemas karena kakinya sudah tak kuat menopang badannya sendiri. Dan suara yang ditimbulkan Anna membuat orang-orang tersebut menoleh secara bersamaan pada Anna sambil menyeringai.

Terlebih, salah seorang pelaku menyeringai kepadanya sembari memegang kedua bola mata yang masih meneteskan darah segar, membuat Anna yang tengah melihatnya langsung kembali berteriak dengan histeris hingga tenaganya habis.

Anna pun pingsan, dan ketika itulah ia langsung terbangun dari mimpi buruknya dengan kondisi badan penuh keringat. Jayden yang masih setia menemani di samping Anna hanya bisa tersenyum tipis, sepertinya Anna belum siap dengan kenangan masa lalu ketika ia hidup di zaman yang sama dengan Jayden.

Malam itu, Jayden langsung menghapus mimpi buruk tersebut dari ingatan Anna dan membuat Anna kembali tertidur. Sepertinya membuat Anna mengingat masa lalu mereka melalui mimpi adalah hal bodoh yang sudah Jayden lakukan.

"Maaf," satu kata penyesalan akhirnya keluar dari bibir Jayden.

Baru saja ia hendak menyeka bulir-bulir keringat Anna, sesosok makhluk berpenampilan persis seperti Anna masuk ke dalam kamar.

Sosok jin tersebut langsung melebarkan matanya begitu ia bertatapan dengan Jayden yang sudah menyeringai tajam.

"Darimana pula makhluk bodoh dan lemah ini datang. Berani-beraninya penampilanmu menyerupai wanitaku." Ucap Jayden sambil menahan sosok tersebut sebelum berhasil menghilang.

Sosok tersebut meronta minta dilepaskan, namun Jayden semakin kuat menahannya. "Siapa yang mengirimmu? Sengaja ingin mengelabuiku, hmm? Sudah sehebat apa kekuatannya sampai berani bermain-main denganku?!"

"Dukun itu yang menyuruhku, tolong biarkan aku pergi!"

Jayden tertawa mengejek. Rupanya dukun yang tempo hari datang ke rumah itu sudah berani melawannya. Jayden pun menekan sosok tersebut hingga berubah menjadi asap, lalu ia hempaskan asap tersebut menjauh dari rumah Anna.

"Sepertinya dukun itu akan segera datang kembali ke rumah ini. Menarik, akan aku tunjukkan bahwa kekuatannya sama sekali tidak sebanding denganku. Dan dia sudah memilih lawan yang salah," monolog Jayden seorang diri. Ia hanya merasa geli melihat nyali sang dukun yang telah berani mengelabuinya malam ini.

🍂

Continue Reading

You'll Also Like

7.8K 1.3K 7
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.
Fix You By JM

Teen Fiction

11.5K 2.5K 41
Kehidupan sekolah dan hubungan percintaan Lara Anastasya yang tadinya adem ayem menjadi kacau akibat terseret dalam masalahnya Raja Bestari. • Fanfic...
7.2K 1.7K 22
⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ ••• Badut itu lucu, jika tidak bermain dengan nyawa. Terdapat fakta mengejutkan mengenai adanya seorang badut yang berkel...
203K 18.2K 32
Na Jaemin (NCT Dream) x Kim Winter (Aespa) "gadis bodoh" - Jaemin. "berhenti mengataiku bodoh atau aku akan meyebarkan dirimu gay" - Winter. Mature c...