Kagumi & Kaisan

MayaRis_NS tarafından

944K 66.8K 1.7K

Kagumi Arcadya, perempun berusia dua puluh tujuh tahun yang masih santai melajang diera gempuran teman-temann... Daha Fazla

K&K 1
K&K 2
K&K 3
K&K 4
K&K 5
K&K 6
K&K 7
K&K 8
K&K 9
K&K 10
K&K 11
K&K 12
K&K13
K&K 14
K&K 15
K&K 16
K&K 17
K&K 18
K&K 19
K&K 20
K&K 21
K&K 22
K&K 23
K&K 24
K&K 25
K&K 26
K&K 27
K&K 28
K&K 29
K&K 30
K&K 31
K&K 32
K&K 33
K&K 34
K&K 35
K&K 37
K&K 38
K&K 39
K&K 40
K&K 41
K&K 42
K&K 43
K&K 44
K&K 45
K&K 46
K&K 47
K&K 48
K&K 49
K&K 50
K&K 51
K&K 52
K&K 53
K&K 54
K&K 55
Diskon 45%

K&K 36

13.4K 1.1K 51
MayaRis_NS tarafından


Hallo teman-teman

Part 47 di KARYAKARSA sudah ada ya...
Bentar lagi disana akan tamat😞😞😞 (sedih sih, tapi gimana)

Jangan lupa buat vote, coment, share, dan follow ya 💜
















Saat pagi pun Kagumi masih bersikap dingin dan diam, dia tidak banyak mengeluarkan suara. Sesekali dia mengeluarkan sepatah dua patah kata yang menurutnya penting saja. Namun, dia pun tidak lupa menjalankan kewajibannya sebagai istri. Kagumi masih melayani kebutuhan kerja suaminya dari pakaian sampai makanan.

" Lho Mi, kapan pulang?" tanya mertua Kagumi.

Beliau cukup kaget dengan Kagumi yang tiba-tiba sudah ada di rumah. Padahal kepada beliau Kagumi pulang akan hari ini.

Kagumi tersenyum tipis, " Tadi malam Bu." Jawab Kagumi sekenanya.

" Lho bukannya hari ini?"

Mungkin pertanyaan itu akan terasa biiasa aja jika tidak ada kejadian kemarin. Entahlah, Kagumi merasa tidak enak mendengar pertanyaan itu. Jadi seolah-olah Ibu Kaisan tidak suka dengan kepulangan Kagumi tadi malam dan mengharapkan Kagumi pulang hari ini. Seperti tidak ingin Kagumi tahu kedatangan Nisya tadi malam, menutupi apa yang terjadi malam tadi.

Kagumi overthinking jadinya, fikiran buruknya berkeliaran dalam kepalanya. Perasaannya terasa tersentil padahal mertuanya bertanya baik-baik. Kagumi menjadi sensi.

" Kebetulan ada teman yang mau ke Bandung juga, jadi nebeng sekalian Bu." Jawab Kagumi senormal mungkin, jangan sampai dia menunjukan kemarahannya di depan Ibu Kaisan.

" Oh gitu."

Saat sarapan Kagumi memilih bungkam. Suasana dingin di meja makan itu begitu kentara terasa. Namun, Ibu dari Kaisan itu memilih diam tidak menyuarakan apa yang difikirkannya. Perubahan Kagumi pun tidak dipertanyakan oleh mertuanya. Beliau tidak ingin turut campur jika anak dan menantunya sedang marahan.

Ibu Kaisan pun menyadari menantunya itu bersikap dingin bukan hanya pada Kaisan saja, tapi pada dia pun sama. Entah apa yang membuat Kagumi bersikap begitu.

Selesai sarapan Ibu Kaisan langsung pergi ke taman belakang, melakukan kegiatan pagi nya menyirami bunga dan tanaman koleksinya. Meninggalkan kedua pasutri yang sedang berkonflik di meja makan.

Kagumi setelah menyelesaikan makannya dia membawa pipir kotor ke dapur untuk di cuci oleh Bi Asri.

" Yuk berangkat." Ajak Kaisan seperti biasa saat Kagumi sudah kembali dari dapur.

Tanpa melihat lawan bicaranya Kagumi menjawab dengan dingin, " Duluan aja, mau istirahat sebentar masih capek."

Kemudian perempuan itu meninggalkan Kaisan yang termenung di meja makan. Suami Kagumi itu tidak mengejar sang istri, dia harus mengerti dan memberikan ruang untuk Kagumi sendiri dulu dan menenangkan diri. Kaisan harus menerima bahwa sang istri sedang menghindarinya.

Kaisan mengusap wajahnya dengan kasar sebentar lalu dia beranjak dari meja makan untuk berangkat kerja dengan hati yang resah dan tidak bersemangat.

Seperginya Kaisan Kagumi mengendap-ngendap mengikuti suaminya dari belakang. Dia mengintip dari kaca jendela ruang tamu memperhatikan suaminya yang memasuki mobil lalu tidak lama dari itu mobil melaju meinggalkan pekarang rumah. Kagumi bernafas lega saat tidak ada tanda-tanda Nisya disekitar rumah mereka.

Saat berbalik untuk masuk ke dalam lagi, Kagumi terkejut mendapati mertuanya yang sedang melihat dirinya mengintip Kaisan. Perempuan itu memegang dadanya yang berdetak saking terkejutnya.

" Bu."

Kagumi tersenyum kaku kegep ngintip-ngintip barusan. Dia seperti ketahuan mencuri jadinya.

" Mi nggak bareng berangkan kerjanya?" tanya Ibu Kaisan, beliau duduk di sofa disana.

" Mau agak siangan Bu berangkatnya." Jawab Kagumi.

" Oh gitu." Respon Ibu Kaisan.

Kemudian beliau kembali berujar, " Mi, ngobrol dulu yuk? Sini duduk." Ajak Ibu Kaisan dengan lembut sambil menepuk sofa disebelahnya.

Kagumi mengangguk, perempuan itu ikut duduk bersebelahan dengan mertuanya dengan sedikit jarak.

Ibu Kaisan mengambil tangan Kagumi untuk beliau genggam sebelum berbicara, " Jangan lama-lama ya marahannya. Nggak enak banget saling diem gitu. Ibu sedih ngelihat kalian nggak akur gini."

Kagumi menatap mertuanya, seolah perempuan itu mempertanyakan kepada Ibu Kaisan bahwa beliau tahu permasalahannya dengan Kaisan.

" Kaisan nggak bilang apa-apa kok sama Ibu." Sambung Ibu Kaisan. " Tapi, firasat Ibu mengatakan kalian sedang nggak baik-baik aja. Diskusikan dengan kepala yang dingin, bicarakan baik-baik, dan cari solusi yang terbaik. Ibu percaya sama kalian. Kalian udah dewasa dan sudah pasti bisa berfikir dengan bijak." Ujar beliau.

Kagumi menunduk, dia ingin mengatakan segalanya. Namun, masih tertahan diujung lidah. Kagumi takut permasalahan semalam menjadi berbuntuut panjang.

Nisya sudah dianggap anak oleh Ibu Kaisan. Bahkan Ibu Kaisan lebih lama mengenal Nisya daripada Kagumi. Kagumi takut Ibu Kaisan lebih membela Nisya daripada dirinya. Bagaimana pun Kagumi adalah orang baru dikehidupan mereka.

Kagumi kembali mengangkat kepalanya saat terasa usapan tangan sang mertua.

" Soal Nisya semalam?" tebak Ibu Kaisan yang langsung tepat sasaran.

Sang menantu tidak menjawab atau menganggukan kepalanya. Namun, diamnya adalah membenarkan.

" Maafin Ibu yang ngebiarin suami mu ngobrol berdua sama Nisya ya, Ibu nggak kuat ngantuk tapi Nisya belum juga mau pulang. Terpaksa Ibu tinggalin mereka berdua." Ucap Ibu Kaisan yang membuat Kagumi cukup kaget.

Kagumi menggelengkan kepalanya, " Ibu nggak perlu minta maaf, jangan gitu Bu."

" Nggak, Nak. Ibu salah membiarkan mereka beduaan seperti tadi malam. Nisya bilang mau ngobrolin bisnis sama Kai. Ibu temenin mereka, tapi Ibu keburu ngantuk. Kirain bakalan sebentar ngobrolnya."

Kagumi tidak memberikan responan apapun, dia bingung harus menanggapinya gimana. Kalo dia nggak datang mungkin entah sampai jam berapa Nisya 'bertamu' di rumah mereka, tutur batin Kagumi.

Jujur saja hati Kagumi masih kurang baik sejak kejadian semalam itu.

" Ibu ngerti kalo Kagumi marah dan mungkin kecewa, Ibu nggak papa kalo Kagumi mau diam dulu. Tapi, tolong ya sayang. Jangan lama-lama."

Dalam menunduknya Kagumi hanya mampu mengangguk dengan pelan. Kemudian Ibu Kaisan mengusap kepala Kagumi sebelum beliau masuk ke dalam rumah.

*****

Sejak kepergiannya untuk bekerja Kagumi sengaja mematikan hp nya. Dia sedang tidak ingin berkomuikasi dengan siapa pun. Sekarang sudah pukul lima tapi Kagumi belum ada tanda-tanda akan pulang seperti biasa.

Perempuan itu sengaja menenggelamkan dirinya dalam kesibukan. Rasanya pun Kagumi sedang malas pulang ke rumah. Kagumi sedang ingin sendiri.

Ditengah kesibukannya melihat laporan, dua ketukan pintu yang kemudian pintu itu langsung terbuka mengalihkan pandangannya dari laptop.

Cengiran Anggun yang langsung Kagumi lihat.

" Hai, Beb. Serius amat, gue telfon nggak aktif. Tumben. Lagi ada masalah lo?"

Todong Anggun, seolah langsung terdeteksi bahwa Kagumi sedang ada masalah. Iktan persahabatan mereka itu memang seluar biasa itu.

Sebelum si pemilik ruangan menyuruhnya duduk, Anggun langsung duduk aja di kursi depan Kagumi. Jadi mereka saling berhadapan dengan meja yang membatasi mereka.

Kagumi menghela nafas kasar, dia menyandarkan punggunya di kursi, perempuan itu nampak lesu.

" Masalah kecil." Jawab Kagumi.

Anggun mendengus, " Masalah kecil kok sampai hp nggak aktif."

Kagumi tidak membalas lagi, dia kembali menekuni pekerjaannya yang seharusnya dikerjakan besok juga bisa. Mungkin Kagumi lagi rajin.

" Lesu amat sh lo, nge-mall aja yukk." Ajak Anggun.

Dia tidak mau memaksa Kagumi untuk menceritakan masalahnya, apalagi Anggun yakin Kagumi sedang ada masalah dengan rumah tangga nya. Kalo masalah yang lain Kagumi sudah pasti curhat langsung lewat telfon.

Tanpa penolakan Kagumi langung menerima tawaran Anggun. Dia membereskan barang-barangnya sebelum meninggalkan ruangannya.

*****

" Bibit-bibit pelakor."

KomentarAnggun setelah Kagumi menceritakan permasalahan kecilnya.

Saat ini mereka sedang ada di salah satu restoran elit yang berada di dalam mall itu. Kagumi sengaja memilih tempat yang privet supaya lebih leluasa buat curhat. Tempat ini juga menjadi langganan mereka kalo mau curhat. Udah terjamin privasinya.

Kagumi menceritakan garis besar permalahannya pada sang sahabat. Kagumi mumet banget, dia butuh sedikit pencerahan. Mungkin dengan bercerita dengan Anggun dia bisa sedikit lega atau ada pencerahan.

" Lo harus perketat lagi penjaganya Mi, apalagi ini disebelah rumah lo. Jangan sampai lengah! Dan lo pun jangan tinggal diam setelah kejadian ini. Gue kasih tahu cara dan trik-triknya." Ujar Anggun.

Kagumi sudah serius akan mendengarkan apa yang Anggun katakana, tapi sebuah dring telepon terdengar duluan. Bukan dri hp Kagumi, sebab hp nya masih dia matikan.

" Bentar gue angkatlefon dari laki gue dulu." Kata Anggsun setelah melihat hp nya.

Kagumi mengangguk memberikan izin untuk berbicara dengan suaminya sebentar.

" Hallo, Yang?"

...

" Iya sama Kagumi."

...

" Kenapa kamu bilangin sih!"

...

" Ya udah iya."

Setelah meneima telfon dari suaminya Anggun terlihat kesal sekali, entah apa yang mereka bicarakan.

Anggun menatap Kagumi yang dritadi memperhatikannya. " Nyalain hp lo, tuh laki lo nyariin sampai ke rumah gue."

" Lho kok dia tahu gue sama lo?"

" Mana gue tahu, padahal tadi pas berangkat gue izin sama laki gue mau belanja deh. " ujar Anggun. " Palingan tadi nyari ke toko lo, terus pegawai lo yang bilangin lo pergi sama gue."sambung Anggun.

Kagumi mendengus kasar, namun dia abaikan saja. Kagumi lagi malas banget ngomong sama suaminya.

" Kok belum dinyalain juga?" tanya Anggun.

Kagumi mengedikan bahunya acuh, " Males." Jawabnya singkat.

" Males-males, kemarin aja pas gue telfon 'aahhh sayang sebentar'. "cibir Anggun dengan menirukan apa yang dia dengar saat menelfon Kagumi kemarin pagi.

" Sialan lo." Umpat Kagumi salting sambil melemparkan gulungan tisu kecil ke Anggun, dia keingat dengan kejadian kemarin. Malu lagi kan.

" Cepetan kasih gue trik dan cara menjaga suami bar jauh dari cewek gatel." Ujar Kagumi mengembalikan pembicaraan yang semula.

Sebelum berbicara, Anggun melemparkan senyuman sinis dan liciknya yang penuh muslihat pada Kagumi. Sementara Kagumi yang sudah sebelas duabelas dengan Anggun tentu akan setuju dengan apa yang akan dikatakan Anggun. Mulailah mereka merencanakan sesuatu untuk membasmi hama pelakor. Jangan kira mereka perempuan lemah tidak berdaya, justru mereka adalah perempuan cerdik yang bisa menghempaskan debu-debu itu tanpa tepukan atau tiupan sekalipun.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.1M 52.7K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
384K 47.6K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...
145K 10.2K 55
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
110K 5.4K 29
𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________🕳️____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...