Complicated

Av storyofmymind

6.1K 265 45

Awalnya hidupnya sangat tenang, seperti es didalam musim salju. Tidak ada yang menggangu. Sampai seorang asi... Mer

Different
Past Time
New Day
Nothing Special Day
New School
Inception
New Disaster
Disaster & Happiness
Trouble
Past Time - 2
Honest or Lie
Strange
Almost Revealed
Part Time
Need you, Dad
Past Time - 3
Bastard!
Madness
He not remember
Meaningless
Changes
Bandung
4 years postponed.

Lost Memory About The First Meeting

90 5 0
Av storyofmymind

*Peter's POV*


Semuanya 180derajat dari semua yang aku harapkan. I wish i could tanning under the sun of Kuta Beach, but the reality is not. Entah apa yang Tuhan ingin lakukan. Kenapa harus ketemu William? Di Bali. Ditambah pas lagi ada masalah. Jadinya, makin banyak masalah. Kenapa gak nanti aja ketemunya, pas aku ke Amerika. Itu kan jadi lebih masuk akal. Ini, ketemu di Indonesia. Seakan-akan dunia tuh sempit banget!


Selepas dari kejadian itu, memang aku ga ketemu lagi. Sekarang semua udah jelas, mulai untuk merelakan semuanya. Ikhlas, walaupun disatu bagian tubuh ini ada yang gabisa ikhlas. Entah dibagian mana. 


Sekarang yang bikin tambah masalah adalah: Jeremy is falling in love. With a cowardest boy i ever met, in the world!


"Kenapa bisa kamu suka sama dia?" Tanyaku

"Yah, gatau. Namanya cinta ya datengnya kapan aja." Jawab Jeremy.

"And now, the problem is. How you tell this problem with Dad." Tanyaku.

"That's what i think. Since i was fallin' in love." Katanya.

"What a jerk. Falling in love, let me puke your face." Kataku.


Dan serius. Gimana caranya ngomong ke Dad kalau Jeremy itu gay. I don't know he was a truly gay or just a 'baper'. I wish he just 'baper' and forget him for a next day.


***


Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilku.

"Just take a seat." Kataku sambil ngebuka kaca dan menyuruhnya masuk.

"So, what's up? Terakhir lo ngehajar gue, dan gue belom bales itu." Katanya, ya Arnold.

"Bales itu kalo udah saatnya. Sekarang aku pengen ngomong sama kamu." Kataku. "Gimana menurut kamu?" Tanyaku.

"Gimana apaan?" Tanyanya.

"Stupid as hell, Jeremy." Kataku.

"You moron as a jerk!" Katanya.

"You such a big bastard!" Kataku ikutan naik darah.

"I give you F for that." Balasnya.

"Seberapakah pentingnya kah pelajaran sejarah? I dont care about F in my historical subject, anyway." Tantangku.

"I will make you F in every subject!" Ancamnya.

"Do as what you speak. Dont speak bullshit." Kataku.

"Lo yang minta sendiri. Jangan kaget." Katanya.

"Yaya, whatever." Kataku malas.


Hening sempat terjadi beberapa detik, sampai


"Gua mau minta izin lo, buat restuin gua sama brother lo." Kata Arnold.

"That's what i want to heard." "Kenapa bisa lo suka sama Jeremy?" Lanjutku.

"Gua liat dia orangnya tulus, baik, perhatian sama gua." Katanya.

"Dan gue juga muak denger kisah cinta monyet kalian." "Tapi awas kalo lo cuma mau mainin dia. Bakal abis lo sama gua." Ancamku.

"Just a relax. Kenapa sih lo bawaannya emosi aja kalo ketemu gua? Perasaan kalo gua liat lo sama temen-temen lo kok slow aja." Katanya.

"Sebab lo udah bawa kesan buruk buat gua. Lo tau? Kalo kesan pertama itu bawa dampak buat pertemuan-pertemuan selanjutnya?"

"Oh, jadi lo masih ingat-ingat kejadian di Amerika nih ceritanya?"

"Big no! Forget about America. Jangan sok bego lo!" Kataku.

"Terus? Masalah di starbucks?" Katanya.

"Hhh, forget it. Don't get me mad." Jawabku.

"Yakin itu pertemuan pertama?" Katanya.

"Ya, buat di Jakarta." Kataku.

"Oh, berarti lo gak nyadar." Katanya.


***


*Arnold's POV*


'Waw, so this is United Stated of America.' gumamku dalam hati waktu pertama kali melihat ikon negeri Paman Sam ini, Liberty Statue. 

Yeah, bokap gua kerja di kedutaan Indonesia untuk Amerika. Walaupun bukan Ambassador, cuma duta biasa, seengganya gua bersyukur bisa ngelanjutin sekolah di Amerika untuk beberapa tahun kedepan ini.

Jadi gua baru sampe di Amerika kemarin, nyampe rumah langsung tepar karena jetlag. 30 hours! Oh God. Hari ini gua jalan-jalan keliling kota New York, New Jersey, Boston dan sekitarnya. Gua jalan-jalan sendiri, sebab bokap gua langsung kerja dan nyokap gua ngurus sekolah untuk gua dan adik gua. Jadi, gua free hari ini.

New York is nice. Like in the movies as usual we'd watched. Clean, crowded with pedestrians, and they're had a great fashion. I mean, they're can used a dress or a suit and then walked in a sidewalk. I bet Indonesian won't do this. 100$ i bet! 

Gua jalan sampai di Central Park, duduk di bench dengan menghadap ke danau. So beautiful, seriously

"Can i sit here?" Ujar seseorang dari arah belakang sambil menepuk punggungku.

"Yaa, just take a seat." Kataku.

"Oh, thank you, bud." Katanya sambil membawa kameranya yang besar. "I just took a photo around here, so great to be here, right?" Katanya.

"Umm, ya. Very nice." Jawabku.

"Are u tourist? You're accent is not familiar." Tanyanya. 

"Not a tourist, i started to living here." Jawabku.

"That's nice. Where are u come from?" Tanyanya.

"I'm from Indonesia." Kataku.

"Wh..What?" Tanyanya lagi.

Oh God, kenapa Indonesia itu ga dikenal di mata internasional.

"Indonesia, a tropical country at South-East Asia." Jelasku.

"Holy shit.... Gua juga dari Indonesia, sial." Katanya yang langsung ngomong Indonesia. Dan gua speechless. "Dunia sempit ya?" Katanya.

"Salam kenal, Peter." Katanya sambil mengulurkan tangannya dan langsung ku jabat tangannya. "Joseph, it's nice to meet you." Kataku.

"Okay, it's nice to meet you. I gonna turn to my home now. Wanna coming?" Ajaknya.

"It seems great." Kataku

---

Lagi-lagi pemandangan seperti di film-film di depan mataku. Rumah bergaya Amerika ini sangat keren, tapi setelah gua pikir lagi. Kayaknya rumah gua gajauh beda dari rumah ini.

"Selamat datang." Katanya. "It's very awkward that greeting someone with Indonesian, i never did before, cause no one Indonesian around here. Except my fams." Lanjutnya sambil membuka pintu dan membiarkan aku masuk.

Kulihat interior yang bergaya klasik, bersih dan rapih ini. Sungguh memukau.

"Apa tidak ada orang dirumah?" tanyaku.

"Hmm.. Sepertinya ada adikku diatas. Mungkin kakakku dan dad akan pulang sebentar lagi. Just relax, treat like your home." Katanya sambil menyuruhku duduk.


Sekitar 30 menit ngobrol sama si Peter, tiba-tiba dia ngomong "That's my Dad." Katanya sambil mengintip dari tirai jendela. "And my brother." Lanjutnya.

Tiba-tiba kedua pintu terbuka, "Hello, Dad!" Katanya. Dan aku juga menyapanya dengan senyum-senyum gajelas.

"So, who's this guy? Different with the other young boy. You greeting me with smile and bow. So asian." Kata Uncle itu.

"Let you guess, Dad! He's Indonesian! Aku ketemu dia tadi di Central Park." Kata Peter.

"Ya, halo... Om...?" Kataku awkward.

Tiba-tiba dia tertawa. Ohh, i never got called as a 'Om'. This is the first time of my life." Dan dia kembali tertawa, kulihat Peter dan yang kutebak Brothernya ikutan tertawa. Aku cuma bisa nyengir-nyengir awkward.

"It's so awkward, right? Ada orang Indonesia, selain kita." Kata Om itu ke anak-anaknya.

"Yaa, aku juga awkward pas baru pertama kali dengar dia orang Indonesia." Kata Peter.

"So, sudah pada makan?" Tanya om itu.

"Belum om." Dan tiba-tiba perutku terasa lapar.

"Hmm.. Kita makan di china town itu aja kali ya?" Tanya Om itu ke Peter dan kakaknya, yang dapat jawaban, 'terserah Dad aja.'

"Okay, Oh I forgot. What's your name?" Tanya om itu.

"Joseph, Sir!" Kataku sambil mengulurkan tangan.

"Josh, kamu ikut kita makan malam ya? Gapapa kan?" Tanya Om Tim.

"Hmm.. It's okay." Kataku.

"Okay, somebody please waking up Felix." Kata Om Tim.

"I'll be." Kata Peter yang sebelumnya sudah mengambil segelar air. Entah untuk apa, tetapi 30 detik kemudian terdengar suara gaduh dari atas.

"PETE!!!"


***


*Present Time*


"Udah inget?" Kata gua sambil ngeliat Peter yang ngelongo kalau semua ini asli apa adanya.

"Gak. Gak mungkin.Aku itu tipe orang yang gabakal lupa sama orang. Seingat aku, Joseph yang itu pendek, kulitnya sawo matang, ga pake kacamata. Beda sama yang aku liat sekarang ini." Katanya.

"Hey, dude! It's passed around 6 years ago!" Kataku.

"So, to the point. You're the gotohellnow?" Tanyanya langsung.

"Actually not, i can be kill you now if i remembered that things." Kataku.

'Just explain it to me. I'll be understand." Katanya.

"To late, bro! I dropped out from high school, got a judgement from my parents', leaving America and living here alone! Because YOU!" Kataku, Oh God, why I so emotional. Dan tak sadar air mata keluar begitu saja dari mataku. Shit! Kenapa gua jadi menyedihkan kayak gini? 

Tiba-tiba Peter memelukku. Entah kenapa, aku emang lagi butuh pelukkan ini. Gua balas pelukkannya. EH! Kok gua nangis makin jadi?! 

"Just relax.. Maafin gua. Tenang yaa." Katanya sambil mengelus-elus punggungku.

"Fuck you, you make me feel useless like this. FUCK u! Go to hell now!" Entah apa yang merasuki gue tiba-tiba kata-kata sampah itu keluar dari mulut gue tanpa terkontrol dan tangan gua mulai memukul punggung Peter. Tapi anehnya, dia makin erat peluk gue.

Masih menyumpahinya dengan kata-kata sampah yang gabisa kekontrol. Tiba-tiba dia ngelepas pelukkannya dan nyadarin diri gua. Dia megang pipi gua, sambil tatap mata gua.


***


*Peter's POV*


"Arnold! Arnold!" Kayaknya dia kehilangangan kesadarannya.

"Arnold! Tatap mata aku, tatap mata aku!" Matanya yang teler kesana-kemari mulai melihat kearahku.

"Tarik nafas... Buang... Tarik nafas.... Buang..." Kataku, dan sepertinya dia lebih tenang.

Kulepas peganganku dari pipinya secara perlahan. Dan dia udah lebih tenang.

Aku bisa ngerasain kalau dia lagi stress berat. Bebannya selama ini dia pendam sendiri dan akhirnya dia bisa curahin sekarang. Yang notabene nya ke 'orangnya langsung'.


"Lo salah paham.. Lo berdua, sama William brengsek itu udah salam paham." Katanya tiba-tiba. Kulihatnya, tatapannya masih kosong. Ku elus-elus punggungnya supaya lebih tenang.

"Udah, gausah dipikirin lagi. Semuanya udah lewat." Kataku. Yang dengan refleks menatap kearahku.

"Damn.. Lo bilang udah lewat? Emang kejadian itu udah lewat buat lo. Tapi buat gue, ini gabakal selesai. Sampai kapanpun gabakal bisa selesai." Jelasnya.

Aku cuma bisa diam, bingung harus gimana lagi.

Tiba-tiba ia bergerak dengan cepat kearahku. Maksudnya, kearah tempat dudukku. Dengan singkatnya, kami berhadapan sekarang. Saling bertatapan satu sama lain.

Dengan muka yang teler dan air mata disana. Tiba-tiba tangannya bergerak dengan cepat menghajar wajahku. Hanya satu pukulan, dan shit, ini sakit. Aku menahannya dengan cara memeluknya. 

"Arnold! Stop! Lo lagi ga sadar!" Kataku sambil berteriak.

Dia cuma bisa memberontak ingin memukul dan berteriak sambil menangis. 

"Arnold! Sadar!" Kataku masih menahannya.

Tubuhnya yang memberontak tiba-tiba berhenti lemah dan langsung menimpaku. Dengan sekuat tenaga aku memindahkannya ke kursi sebelah tapi gagal. Alhasil,  aku yang pindah, dan dia duduk di tempatku sekarang. Sekarang aku bingung apa yang harus ku lakukan. Sepertinya pertemuan kali ini melenceng jauh dari apa yang ingin aku bahas.

Dia masih menggumam tidak jelas dan kadang mengeluarkan air mata. Shit! Sepertinya aku sudah membuat kesalahan yang besar padanya. 

Beberapa menit berlalu, tetap tidak ada perbedaan yang signifikan. Malah dia mulai berlaku aneh lagi. Kulihat kakinya mulai diangkat, dan meringkuk, dan menggigil. 

Dan Oh, Holy Shit! Aku baru sadar, kalau orang kayak gini itu, orang pecandu. Oh God! Please help me! C'mon remember Peter! What's the first aid for a dope addicted!! Remember, remember, remember!!

AH! Switch a cold temperature to Warm temperature. Give 'em a relax seat and keep his body warm. Shit! I just remember that he's wear a short pants! Ku buka celana jeans ku, dan kupakaikan secepat dan sebisa mungkin padanya, my sweater and my shirt too. Oh God! Please, Arnold! 

Aku sudah telanjang seperti ini, hanya tinggal memakai boxer saja, dan Arnold belum juga reda. 5 menit, 10 menit, 15 menit. Akhirnya menggigilnya mulai hilang. Tapi ia tak kunjung bangun, sampai kantuk menyergapiku, dan tak bisa ku tahan. Oh Arnold, i hope you're not sakau again! I want to still alive! Please dont waking me up in Heaven.




****


Thankyou all for a 3,5k reader! I've never wonder before!

Sorry for a 4 months pending. I very busy now. I worked already.

So, i must manage a time for a work and continue this story.


So, how about this chapter? Emang ga panjang2 banget sih, seengganya mau kabarin aja kalau adminnya masih nafas dan bisa ngetik!


Thank you!


Tapi dari dulu selalu dikacangin, please comment dong gimana tanggapannya buat cerita ini, biar aku tau apa kekurangannya yang ngejadiin cerita ini lebih baik lagi! Please!


For me, you comment is i needed than the votes. but doesnt mean i dont need your votes yaa!


BYE! See you on next chapter!



Nb: No Correction, sorry if i made a typo


Fortsett å les

You'll Also Like

5.5M 232K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
RAYDEN Av onel

Ungdomsfiksjon

3.5M 220K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
6.2M 93.4K 20
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.1M 103K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...