BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOI...

By reginanurfa

2.2K 330 56

Hantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah... More

00. PROLOG
⚠️TUNGGU⚠️
01. Hal Yang Tertinggal
02. Rumah Tua
03. Hansen Terheide De Vries
04. Sebuah Pertanda
05. Gangguan Dimulai
06. Pribumi Misterius
07. Menjadi Rebutan
09. Pertanda Kedua
10. Oma Belinda
11. Terus Membuntuti
12. Pertanda Mimpi
13. Kediaman De Vries
14. Meminta Bantuan
15. Tulip Yang Manis
16. Reinkarnasi
17. Si Rambut Pirang
18. Sosok Pendamping
19. Bukan Teka-Teki
20. Sebuah Titik Terang
21. Menyelami Masa
22. Bukan Hilang Ingatan
23. Terjebak Di 1941
24. Tak Ada Jalan Pulang
25. Mereka Bukan Hantu
26. Babu Sang Gundik
27. Pangeran Kembar
28. Pesona Batari
29. Hansen vs Aryan
30. Tragedi Awalan

08. Tetangga Sebrang

57 11 0
By reginanurfa

Pagi menjelang siang ini, Retania tengah disibukkan dengan kegiatan di dapur. Sesuai janjinya, hari ini ia akan membagikan beberapa menu makanan pada tetangga terdekat sebagai tanda perkenalan. Namun kegiatannya sedikit terganggu ketika mendengar dua suara tengah berdebat di belakangnya. Itu adalah ulah Lokamandala dan Batari.

"Udah ah berisik, nih kakak sama Riri anterin ke tetangga ya" Sela Retania menjajarkan kotak bekal yang sudah terisi beberapa jenis makanan di dalamnya.

"Ke siapa dulu nih Ma?" Batari langsung berdiri karena tergiur dengan makanan yang sudah disiapkan.

"Yang deket dulu aja. Nih bawa, awas jangan sampe tumpah"

Tanpa bantahan dan drama seperti sebelumnya, Lokamandala dan Batari menerima beberapa tumpuk kotak bekal dari Retania. Mereka berdua segera tancap gas berjalan menuju teras depan untuk memakai sandal.

"Kak, kita mencar atau barengan aja nganterinnya?" Tanya Batari.

"Mencar ajalah ya, orang deket ini. Kamu ke kanan dek, kakak ke kiri. Kalau udah, langsung pulang. Engga usah kelayapan"

Lokamandala menyempatkan mengacak rambut adiknya sebelum berpisah ke arah yang berbeda. Sedangkan Batari sedikit bingung sembari memindai beberapa rumah tua yang berderet disekitarnya.

"Kemana dulu ya? Oh! Hansen!"

Dengan semangatnya, Batari mulai menyebrangi jalan yang selalu lengang dari kendaraan maupun pejalan kaki. Setelah sampai, ia membuka pagar yang ternyata tidak ada kuncinya sama sekali.

"Hansen?"

Batari semakin mendekat ke arah pintu lebar disana setelah melewati halaman luas yang sedikit tak terurus.

"Hansen? Ini aku, Batari. Kamu ada di rumah kan?" Serunya sambil melongok ke beberapa jendela tinggi di rumah itu.

Ketika menoleh ternyata ada sebuah lonceng didekat pintu, Batari mendekat dan memperhatikan benda berwarna emas tersebut. Sedikit berpikir, akhirnya ia menyentuh dan menggerakan benda mungil itu hingga berdenting nyaring.

Tring. Tring. Tring.

Batari tersenyum ketika mendengar suara merdu tersebut. Ternyata meskipun sudah berkarat dan berdebu, lonceng itu masih berfungsi dengan baik.

Tring. Tring.

"Kok engga ada yang keluar sih? Apa lagi pada pergi gitu ya?" Gumamnya bingung.

Batari..

Sial. Suara panggilan itu lagi. Batari segera memutar tubuhnya, memperhatikan sekitar halaman. Kosong. Tak ada siapapun. Sebenarnya suara apa itu? Tidak mungkin kan jika halusinasi.

"Cari siapa?"

Batari langsung menoleh ketika mendengar sebuah suara. Ia melihat seorang nenek berambut putih yang rumahnya hanya terhalang satu bangunan tepat disebelah rumah Hansen. Ia melambai pada Batari.

"Saya, Nek?" Tunjuk Batari pada dirinya sendiri.

Nenek berkulit pucat itu mengangguk. Ia kembali melambai, menyuruh Batari agar menghampirinya.

"Kenapa manggil ya?" Namun tanpa berprasangka buruk, Batari bergegas untuk menghampiri rumah nenek itu.

Setelah sampai di depan pagar kayu setinggi perut orang dewasa, Batari tersenyum pada sang nenek yang sudah menunggunya. Dilihat sekilas, Batari yakin kalau wanita tua ini bukan asli orang Indonesia. Ya, bule.

"Manggil saya, Nek?"

"Iya. Kamu sedang apa di rumah itu, nak?"

Lagi-lagi Batari sedikit terkejut, ternyata nenek itu sangat fasih berbahasa Indonesia. Bahkan ia mendengar sedikit aksen sunda ketika si nenek berbicara. Sekarang Batari jadi punya dua tetangga bule. Haha.

"Tadinya saya mau nganter makanan Nek, tapi kayaknya rumah Hansen lagi kosong. Kira-kira Nenek tau engga penghuninya pada kemana?" Jelas Batari.

Nenek itu terkesiap. Ia tengkok kanan kiri, seperti memantau situasi lalu meraih lengan Batari untuk masuk. "Kita bicaranya di dalam saja ya. Hayu masuk"

Batari yang tidak sempat menolak, akhirnya ikut masuk mengikuti si penghuni rumah. Sesampainya di dalam, Batari dipersilakan untuk duduk di sofa.

"Bentar ya, Oma buatkan minum dulu"

Dengan langkah ringkihnya, nenek itu berjalan pelan menuju dapur. Setelah membuatkan secangkir teh manis, ia kembali dan menyuguhkannya di hadapan Batari. Disusul dirinya duduk di kursi goyang tak jauh dari sofa.

"Silakan diminum"

Batari mengangguk sungkan seraya meminum teh buatan tetangga barunya.

"Kamu baru ya tinggal disini?"

Batari kembali mengangguk seraya tersenyum. "Iya Nek, nama saya Batari. Panggil aja Riri. Saya tinggal di rumah peninggalan kakek dari Ayah saya"

Nenek itu mengangguk, lalu tersenyum ramah. "Panggil saja.. saya Oma Belinda"

"Iya, Oma Belinda. Oh iya, ini ada titipan dari Mama saya. Itung-itung buat perkenalan juga" Batari menaruh kotak bekal berisikan beberapa macam yang Retania buat diatas meja. Melihat hal itu, Belinda terlihat senang.

"Terimakasih ya. Kamu pindah kemari sekeluarga?"

Batari mengangguk menimpali. "Iya, Oma. Saya, Mama, sama kak Okan"

"Papa kamu?"

Kali ini Batari menggeleng seraya tersenyum tipis. "Ayah Riri udah engga ada, Oma"

"Maaf, Oma tidak tau. Oma turut berduka cita" Sesal Belinda yang hanya diangguki oleh Batari. Setelahnya Belinda kembali tersenyum ramah. "Kalau Oma boleh tau, kenapa kamu ada di depan rumah tadi?"

"Tadinya Riri mau anterin makanan buat Hansen juga Oma, tapi kayaknya rumahnya lagi kosong. Terus ketemu Oma deh" Kekeh Batari cengengesan.

Walau senyum tetap terpahat dibibir keriput Belinda, kedua mata senja itu terlihat berkaca-kaca. "Kamu pernah bertemu dengan Hansen?"

"Pernah Oma tapi engga sering, kayaknya Hansen emang lagi sibuk deh"

Belinda kembali mengangguk pelan mendengarnya. "Menurut kamu, Hansen itu seperti apa orangnya?"

Ditanya begitu, kedua sudut bibir Batari terangkat sempurna. "Menurut Riri, Hansen itu orangnya baik Oma. Ya meskipun baru ketemu beberapa kali sih. Tapi dia suka nolongin Riri kok. Emang kenapa Oma nanya gitu? Oma kenal sama Hansen juga?" Tanyanya.

Sebelum menjawab, Belinda tersenyum dengan tatapan lurus yang kosong. Lalu menatap Batari lekat. "Kenal. Sangat mengenalnya"

Wah, sepertinya Belinda cukup mengenal Hansen. Itu tanda bagus, artinya Batari bisa mengenal lebih tentang Hansen dari Belinda. Dengan wajah yang sumringah, Batari sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia sangat tertarik dengan perbincangan ini.

"Terus, Hansen itu orangnya kayak gimana Oma?"

Belinda tersenyum. Ia menyandarkan punggungnya dan membuat kursi rotan itu bergoyang pelan. Tatapannya seakan menerawang masa yang sudah terlewati jauh di belakangnya.

"Hansen itu laki-laki yang sangat sopan dan baik. Meskipun dia berbeda dengan seorang indo atau pribumi lainnya, dia tetap ramah dan mau berteman dengan siapapun. Termasuk Oma"

Batari mengangkat sebelah alisnya bingung. "Indo? Pribumi?"

Belinda mengangguk. "Iya. Dibanding bangsa Nederland, Hansen lebih memilih berteman dengan kaum pribumi. Jiwanya mengikuti jejak ibunya, karena dia adalah seorang indo"

Tunggu dulu. Nederland? Indo? Pribumi? Batari mulai menatap Belinda heran. Kenapa wanita tua ini berbicara dengan sebutan juga istilah begitu, seakan dirinya dan Hansen tinggal di masa yang telah lampau. Aneh.

"Kalau boleh Riri tau, Oma kenal sama Hansen sejak kapan?"

Senyuman rekah kembali terpancar dari wajah Belinda yang senja. "Sejak-"

"Ri!"

Batari dan Belinda kompak menoleh ke arah pintu, ketika mendengar suara seseorang yang memekik kencang. Dan Batari tahu suara itu, siapa lagi kalau bukan Lokamandala.

"Kamu sedang dicari seseorang?"

Batari hanya terkekeh malu ketika suara Lokamandala terus berkoar diluar sana. Seperti induk ayam yang sedang mencari anaknya. "Kayaknya itu suara kakaknya Riri. Gapapa Oma, biarin aj-"

"BATARI!!!"

"Astagfirullah, si kakak!" Saking kagetnya, Batari memekik pelan.

Begitupun dengan Belinda. Wanita tua itu sedikit terperanjat mendengarnya, lalu ia menunjuk pintu. "Ya sudah temui dulu kakakmu saja"

Batari mengangguk, lalu bangkit dari duduknya. "Kalau gitu, Riri keluar dulu ya Oma"

Belinda mengangguk. Ia mengantar Batari sampai ambang pintu, dan ternyata benar. Diluar sana, sudah ada Lokamandala yang langsung berlari ketika melihat adiknya muncul dari salah satu rumah tua yang dilihatnya.

"Kamu kemana aja sih dek?!" Pekik Lokamandala setelah melompati pagar rumah Belinda.

"Ih kakak! Kenapa harus loncat sih, kan bisa dibuka pagernya! Malu-maluin tau" Protes Batari sembari mendekati kakaknya.

Lokamandala langsung meraih lengan adiknya. "Kita pulang sekarang"

"Bentar, Riri pamit dulu sama Oma Belinda" Tolak Batari mencegah pergi. Lalu ia tersenyum pada Belinda. "Oma, Riri pulang dulu ya"

Belinda hanya tersenyum dan mengangguk. "Iya"

Setelahnya, Lokamandala langsung membawa sang adik pulang tanpa pamit terlebih dahulu pada tuan rumah yang sedang tersenyum sambil melambai pada mereka. Kemudian Lokamandala berbisik pelan pada Batari sambil melirik deretan rumah tua yang berjejer disebelahnya.

"Kamu engga usah aneh-aneh deh, Ri"

*****

Indo : Keturunan campuran antara orang etnik tertentu di Eropa (terutama Belanda, tetapi juga Portugal, Spanyol, Jerman, Belgia, dan Prancis/Huguenot) dengan orang dari etnik non-Eropa tertentu di Hindia Belanda/Indonesia.

Pribumi : Masyarakat yang merupakan keturunan penduduk awal dari suatu tempat dan telah membangun kebudayaannya di tempat tersebut dengan status asli, bukan pendatang dari daerah lainnya

*****

reginanurfa
-23032023-

Continue Reading

You'll Also Like

10M 751K 88
Marriage had always been my dream but not to a man about whom I know nothing. The moment my father fixed an alliance of me to a Prince without even t...
14.1K 1.2K 40
Book berisi kumpulan drabble dan oneshot antara karakter Haikyuu dan reader. ⚠️ Desclaimer ⚠️ Update random Haikyu!!! © Furudate Haruichi Plot © Lil...
271K 7.1K 170
After six years of war, my fiancé returned. With a woman and his child in tow. While saying that he couldn't leave her. The same irresponsible fiancé...
6.5K 95 13
ini cerita lama sebenernya tapi aku post aja biar nggak menuhin memori. maaf kal cerita nya jelek masih amatir soalnya:)