PARADISE [END] | JAEDO

By loEVEable

3.4K 476 14

Jaehyun sebenarnya hanya ingin berlibur. Tidak disangkanya dia akan menemukan hal yang berbeda dari harapanny... More

INTRO
DESTINATION 1
DESTINATION 2
DESTINATION 4
LAST DESTINATION

DESTINATION 3

418 75 2
By loEVEable

PARADISE

DESTINATION 3

Jaedo Fanfiction

BXB


***

"Jadi hari ini kita akan ke pantai mana lagi?" Jaehyun sangat bersemangat.

Dia sudah mengabaikan panasnya udara yang diperparah ketiadaan pendingin udara di mobil Doyoung. Yang penting pemuda ini dan mobil antiknya bisa membawanya ke destinasi yang menarik.

Ini hari ketiga, dan sekali lagi Doyoung menjemput Jaehyun dengan mobil jeep biru kelabunya.

Jaehyun sudah bersiap dengan kostum yang dirasanya sesuai. Celana selutut dan kaos tanpa lengan. Tak lupa dengan topi dan kacamata hitamnya yang setia menemani.

Doyoung walau ditanya penuh antusias hanya tersenyum misterius. Tak membocorkan sepatah pun, memilih berkonsentrasi mengendarai mobilnya membelah lalu lintas.

Sambil mengemudi dia bersenandung lirih. Walau suaranya sedikit di bawah standard yang disukai Jaehyun, dia berusaha menahan diri. Daripada ditemani radio rusak yang hanya memperdengarkan suara berdengung tak jelas.

Jaehyun menyandarkan tubuh, mencoba mempersiapkan diri menyongsong pengalaman baru.

***

Jaehyun mendesah putus asa melihat undakan di hadapannya.

Kenapa pemandu wisatanya ini begitu terobsesi dengan tangga?

Untung lah kali ini tangganya terbuat dari batu yang padat.

Tapi sekali lagi Jaehyun harus mendesah lelah bahkan sebelum mulai melangkah.

Dipandangnya kain yang melilit pinggang dan membelit kakinya.

Tempat apa pula ini?

Belum apa-apa dia sudah dicegat dan dipaksa memakai kain ini, menutupi kaki telanjangnya.

Jaehyun yakin dia melihat Doyoung diam-diam menertawakannya dan mencoba menutupi dengan bunyi batuk tak meyakinkan.

Jaehyun mengirimkan tatapan tajam menusuk ke arah pemuda kurus itu. Lebih membara lagi saat melihat jins panjang yang membalut kakinya.

Kenapa baru hari ini Doyoung memakai celana panjang setelah dua hari bercelana pendek selutut?

Jawabannya sudah jelas. Dia tahu pasti tempat ini mengharuskan memakai pakaian tertutup. Dan dia diam saja tak memperingatkan Jaehyun.

Jaehyun mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencoba mencari benda yang bisa digunakan paling tidak untuk menimbulkan sedikit memar atau luka di tubuh Doyoung.

Hanya melukai. Walau keinginannya membunuh pemuda itu kambali bangkit, tapi sudah tidak separah sebelumnya.

Jaehyun berharap pandangan marahnya bisa mengeluarkan sengatan listrik seperti di dalam film, berusaha fokus pada orang yang begitu ingin disakitinya.

Hanya untuk mendapati targetnya tertawa geli.

Pemuda itu melambaikan tangan. "Ayo!" ajaknya lalu mulai mendaki.

Jaehyun mendongakkan kepala, mendesah melihat ratusan anak tangga yang tak juga terlihat ujungnya.

Dan dia sekali lagi hanya bisa menggelengkan kepala lalu mulai mengikuti langkah Doyoung.

***

"Hosh.. apa... hosh... di ... hosh ... atas ... hosh... sana ....

HOSSH... ada pantai?"

Butuh segenap perjuangan bagi Jaehyun untuk merangkai kata-kata di antara nafasnya yang terengah. Ia menolak mengakui dirinya lelah.

Hanya karena udara. Bukannya semakin tinggi lokasi tempat kita berada, oksigen semakin tipis di udara?

Tapi kenapa dia tak mendengar suara tarikan nafas Doyoung turut menjadi berat?

Bahkan jawabannya begitu ringan meninggalkan bibir tipisnya.

"Tidak."

Semangat dan motivasi Jaehyun anjlok seketika.

Tidak ada pantai?

Lalu buat apa dia mendaki sejauh ini?

Rasanya kaki dan tubuhnya melemas bagai jeli.

"Lalu kita akan melihat apa?"

"Ngomong-ngomong tempat apa ini?"

"Pura." Ujar Doyoung sudah semakin jauh meninggalkannya.

"Pura Uluwatu."

Mendapat kosakata baru yang tak terlalu jelas di dengar, Jaehyun terpaksa melompati dua anak tangga sekaligus dalam tiap langkahnya, mencoba memangkas jarak.

"Pura? Apa itu?"

Kini mereka sejajar. Jaehyun bisa melihat wajah Doyoung dari samping.

Walau pemuda itu tak melirik ke arahnya sama sekali.

"Sejenis kuil. Tempat untuk berdoa."

Dan untuk kesekian kalinya Jaehyun yang kembali terpana, membuatnya kembali tertinggal.

***

Sesampainya di ujung anak tangga, Pura itu belum pula menampakkan wujudnya. Jaehyun disuguhi pemandangan tak biasa. Jalan setapak batu dengan pagar di sisi kiri.

Jalan biasa. Apa yang ada di balik pagar batu sebatas dada itulah yang tak biasa.

Jaehyun cukup terkejut ketika pertama melongokkan kepala.

Mereka berada di atas tebing curam, dengan laut jauh di bawahnya. Samar bisa didengarnya suara ombak yang beradu dengan karang.

Indah sekaligus menakjuban.
Membuat Jaehyun melupakan lelahnya.

Membuat dia tidak merasakan ratusan meter lagi yang masih harus ditapakinya.

Sampai sebuah bangunan mulai terlihat di depan. Bukan seperti yang dikira Jaehyun. Kuil yang satu ini tak semegah sangkanya. Tak sebesar kuil di negaranya sendiri, yang penuh ukiran dan warna-warna cerah.

Tempat yang disebut Doyoung sebagai Pura ini kecil. Jaehyun bahkan tak yakin bangunan itu bisa dimasuki orang. Lebih seperti menara kecil, dengan atap bertumpuk dari sirap kelabu.

Warnanya pun sangat minimal, dimana kuning cerah berasal dari kain yang dipasang di sekeliling bangunan dan beberapa hiasan menggantung berwarna kuning pula.

Ada satu hal yang disadari Jaehyun. Tidak banyak turis di tempat ini, yang sebenarnya cukup ramai tapi oleh warga setempat.

Mereka seakan mengenakan sejenis seragam. Prianya dengan pakaian serba putih dan ikat kepala. Sedang wanitanya mengenakan baju berenda dan kain melilit pinggang.

Doyoung seakan menyadari keherannya menjelaskan tanpa ditanya. "Kelihatannya ada upacara hari ini."

Cukup lama mereka diam mengamati selama orang-orang mulai mempersiapkan dan memulai proses upacara.

Mereka berkumpul di sekeliling bangunan kuil. Para wanita nampak mempersembahkan bunga berwarna-warni di wadah-wadah kecil, sebelum bergabung dengan yang lain dalam posisi doa yang khusyuk.

Tak lama senandung dan puji puja mulai berkumandang di udara, diiringi denting suara alat musik tradisional, berpadu dengan debur ombak di bawah sana.

Harmoni suara yang tanpa sadar membuat bulu halus di tengkuk Jaehyun meremang.

Beberapa saat kemudian Doyoung berbalik. Jaehyun pun mengikutinya.

Mereka berjalan kembali tepi pagar. Doyoung menatap ke arah laut yang terbentang di depan mata. Jaehyun masih diam di sisinya.

"Kamu tahu kenapa tempat ini dijuluki The Last Paradise – surga terakhir?"

Jaehyun sama sekali tak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Dia harus berpikir keras, menolak menjawab tidak begitu saja dan terlihat bodoh.

Dia ingat pernah mendengar frasa itu sebelumnya.

"Aku melihatnya. Di Airport. Ketika tiba di sini."

"Last paradise? Cih!" Dia mendecih. "Aku rasa itu terlalu berlebihan."

"Banyak tempat lain yang tak kalah indah dengan Bali."

Doyoung tertawa. Suara renyahnya terbawa oleh angin yang juga memainkan ujung-ujung rambut hitamnya.

Ia masih tetap memandang lurus ke depan, bahkan kini pandangannya sedikit naik ke arah langit yang biru. Tidak menyanggah ataupun mengiyakan ucapan Jaehyun.

Suara upacara adat masih menjadi latar yang menemani keberadaan mereka.

"Tidakkah kamu merasakannya?" tanyanya tiba-tiba.

"Bukan hanya apa yang nampak di depan mata yang mendefinisikan surga."

"Tempat ini mungkin memang bukan yang terindah di dunia." Katanya kemudian.

"Tapi ini," sesaat kalimat Doyoung menggantung di udara, seakan menuntut Jaehyun untuk meresapi segala yang terjadi di sekitarnya.

Mulai lautan yang terbentang di hadapan, hingga bunyi mengalun musik dan doa yang terdengar dari belakang punggungnya.

"Ini semua membuatmu merasakan kebesaran-Nya." Lanjut Doyoung. "Betapa kuasanya Tuhan. Betapa kecilnya manusia."

"Mengingatkan kita untuk sujud dan bersyukur, dan mendekatkan diri dengan-Nya."

Aneh.

Ada yang aneh.

Jaehyun merasakan sesuatu terjadi padanya.

Ada yang tengah memacu jantungnya.

Apakah suara-suara magis di sekitarnya.

Apakah inti dari ucapan Doyoung yang seolah menyindirnya.

Atau profil samping wajah mempesona yang seolah menyihir.

Membuatnya tidak mampu mengalihkan pandangan.

Terlebih lagi membuatnya tak mampu berbalas kata.



TBC



-eVe-

Continue Reading

You'll Also Like

198K 9.7K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
42.9K 2.8K 17
"Arel ga bisa terus kaya gini" ........ "Mulai sekarang kau tinggal di sini" ........ "Arel takut gelap Eza..." ........ "Kehidupan baru kita di mula...
155K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1M 86.2K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...