Salah Pasangan

By Icha_rizfia

26.8K 3K 328

Anggita, harusnya ia masih kuliah dan meraskan benih asmara dengan Reval yang ia kenal lewat aplikasi game ch... More

Prolog
1. Kuliah
2. Tetangga Ingusan
3. Meledak
4. Aku Siapa
5. Linglung
6. Emak Keriput
7. Perkara Telor
8. Seranjang Berdua
9. Kerja Jantung
10. Jiwa Emak-Emak
11. Tetangga Julid
12. Kembali Online
13. Uang Saku
14. Petunjuk
15. Oh Tidak!
16. Senyuman
17. Bukan Kecupan
18. Gagal
19. Tinggal Bersama
20. Penghibur
21. Melepas
23. Rewang
24. Kembali Ke Rumah
25. Makin Dekat
26. Nova
27. Foto Aib
28. Rename
29. Alasan
30. Kesempatan
31. Sok Suci
32. Kenyataan Lain
33. Sejenak Kisah
34. Tutup Mata
35. Melepaskan (End)

22. Menelusuri

681 77 8
By Icha_rizfia

Sofi memetik daun singkong membantu Gita menyiapkan sarapan pagi ini. Gita sendiri sedang mengulek bumbu untuk bumbu urap berupa; cabe, bawang putih, kencur, daun jeruk,  gula merah tak lupa garam sebagai penyedap rasa. Diulek jadi satu kemudian ditambahkan kelapa parut. Setelah itu dibungkus dengan daun pisang dan diikutkan mengukus bersama nasi yang sudah ditanak.

Selesai menyiapkan bumbu, ganti merebus daun singkong dan daun pepaya. Selama merebus Sofi juga membantu sang anak memotong tahu untuk direndam di larutan garam, bawang putih dan ketumbar. Setelah merebus sayuran baru menggoreng lauk.

"Ibu sudah sehat, Git. Kamu kalau mau pulang ke rumah nggak apa-apa. Ibu juga jalannya udah enakan habis dipijat kemarin," kata Sofi saat keduanya duduk berdua di meja makan menunggu masakan matang.

"Yakin, Ibu mau ditinggal sendirian? Ibu tinggal di rumah aku aja gimana sih, biar bisa dipantau. Nggak tega loh aku tuh ninggalin Ibu sendirian di sini."

"Ibu di sana malah bingung, tetanggamu semua masuk rumah nggak ada yang ngobrol di depan rumah. Ibu itu enak di sini, suka di kampung halaman, tetangga suka ngajakin ngobrol," alasan Sofi.

Gita menatap sang ibu yang duduk di hadapannya. "Tapi, Bu nanti kalaubIbu Butuh sesuatu kan repot. Emangnya kenapa sih kok pengen banget aku pulang. Nggak boleh ya aku lama-lama di sini." Malah giliran Gita yang merajuk.

"Bukan gitu juga, kasihan anakmu  jauh sekolahnya. Ngajinya juga libur lama. Tama juga repot tiap hari pulang pergi nengokin rumah ya ke sini lagi."

"Nanti deh bilang sama Tama boleh nggak pulang sekarang ninggalin Ibu sendirian. Paling juga sama Tama nggak dibolehin suruh aku tinggal di sini."

"Kalian jangan lama-lama di sini. Kasihan kamu juga punya rumah yang perlu diurus juga Aluna sama suami kamu makin jauh kalau berangkat kerja dari sini."

"Nanti aja kita ngobrolin. Sarapan ini biar tenang dulu," kata Gita memenggal obrolan soal kepulangan ke rumahnya meninggalkan Sofia sendirian karena merasa sudah lebih baik.

Setelah sayuran matang dan ditiriskan kemudian di kepal-kepal diperas airnya. Setelah itu baru diiris agar mudah untuk menikmatinya. Tahu tempe dan juga dadar jagung dimasukkan ke penggorengan. Aktivitas memasak pagi kembali repot tanpa menyinggung soal obrolan kepulangan.

Bahkan sampai Tama dan Aluna pergi berangkat, Sofi dan Gita menghabiskan hari di rumah tersebut tanpa membahas lagi.

Sofi yang sudah bisa jalan-jalan kini tak lagi banyak tiduran selonjor di depan TV, atau hanya duduk-duduk di teras menatap perjalanan manusia yang pergi dan berangkat ke sawah. Ia sudah bisa jalan ke halaman, mencabut rumput di halaman, membakar sampah dan juga menyapa tetangganya yang lewat sampai berakhir ngobrol berjam-jam. Gita geleng-geleng kepala sendiri. Bukannya istirahat, ibunya itu malah sudah keluyuran.

Karena tak ada kerjaan lagi bisa jadi Gita punya banyak waktu yang ia habiskan dengan bermain game sejenak. Mengambil hadiah dan menyapa teman-temannya lantas ia buka-buka sosial media mencari nama akun milik Emi. Semoga saja tidak berubah namanya sejak dahulu.

Membuka akun Facebook dan mengetikkan nama Emi yang dikenal Gita,  mengulik seluruh album foto dan postingan sampai-sampai ke akun Instagram milik Emi. Perempuan itu kini sudah berumah tangga dengan Reval, memiliki seorang anak perempuan sepantaran Aluna tapi lebih tua anak Emi.

Melihat foto-foto kebahagiaan keluarga mereka, Gita jadi Sadar kenapa Emi menghindarinya kapan hari. Mungkin perempuan itu merasa bersalah karena merebut Reval darinya. Apa permasalahannya dulu? Sekarang Gita juga sudah punya Tama. Laki-laki baik yang tidak ia duga sebaik ini. Hanya saja Gita masih tak terima. Kenapa Reval meninggalkannya dan malah memilih Emi. Padahal mereka tidak saling mengenal sebelumnya dan Gita juga belum menemukan alasan mereka putus. Selain masalah dengan Emi, seperti ada hal lain yang masih menjadi pertanyaan Gita.

Bagaimana Reval dan Emi bisa menghianatinya. Apa yang dimaksud temannya kapan hari soal foto Gita yang disebar oleh Rev dan apa pula yang dimaksud Tama tentang rasa sakit masa lalunya yang coba Gita lupakan. Separah apa sih rasa sakit itu sampai-sampai baik Sofi dan Tama tak ingin menjelaskan secara detail kejadian masa itu. Jika hanya perselingkuhan Emi dan Reval, semuanya tidak sampai di situ saja. Pasti ada hal lain.

Lelah melihat akun milik Emi yang memang tak banyak foto Reval di sana, Gita juga mencari akun sosial media milik Reval. Namun karena tidak di-tag oleh Emi di sosial medianya, jadi Gita agak kesulitan. Hanya mengetikkan nama saja rupanya tidak bisa dicari secara spesifik. Banyak sekali nama yang sama dan itu bukan Reval yang ia kenal.

Mengabaikan sosial media milik Reval, Gita memilih untuk melakukan hal lain. Hal yang tidak membosankan di rumah, apalagi kalau bukan tidur.

Gita menyalakan televisi, tiduran di sofa berharap matanya lekas terpejam namun suara Sofi yang berteriak memanggilnya karena ada penjual es tong keliling membuat Gita yang hampir merenggut mimpi indah jadi batal. Ia bangun mengambil uang di dompet dan ke depan.

Jajanan ini memang favoritnya dengan. Es krim sederhana dengan cone kecil.  Es krim terbuat dari santan yang gurih dan susu yang manis berpadu, hal yang sangat menyenangkan bertemu di mulut.

Meski terus banyaknya varian es krim namun cinta pertama es krim adalah es tong ini. Hanya dengan harga seribu saja sudah bisa menikmati tak perlu ke toko.

Menikmati es sambil melihat TV, Sofi melirik pada sang anak. "Ibu mau ke tetangga dulu. Mamu kalau mau tidur, tutup pintunya," pamit Sofi.

"Ibu ini baru sembuh juga udah kelayapan. Tadi ngobrol di depan lama nggak habis-habis, sekarang malah mau bersambung lagi di rumah sebelah. Istirahat dong, Bu." Malah Gita mengomeli Sofi.

Iya nanti kalau udah selesai waktu istirahat

Gita bingung bagaimana melarang ibunya karena sudah ngeloyor pergi ke rumah sebelah sekadar mengobrol. Selama sakit  ia bosan di rumah terus, berteman TV dan dirinya saja. Mumpung sekarang sudah baikan, Sofi malah balas dendam.

Baru juga selesai makan es krim dan merebahkan tubuh di sofa, suara ketukan pintu yang meneriakan kata paket membuat Gita bangun.

Gita pikir ia tidak memesan apa pun, lagi pula meskipun mesan alamat akan ditujukan ke rumah sendiri bukan ke rumah Sofi. Begitu menerima paket tersebut dan melihat nama pengirimnya yang tidak disebutkan, malah membuat Gita penasaran.

Setelah mas-mas kurir pulang,  Gita gegas kembali membawa paket tersebut ke depan televisi membukanya dan agak terkejut dengan isi yang ada di dalamnya.

"Apa ini?"

***

Gita terheran-heran dengan paketan yang rupanya dari Tama karena laki-laki itu barusan menelepon bertanya apakah paketnya sudah tiba atau belum.

"Sayang, paketnya udah datang belum?"

Udah kamu beli paket apa sih kayak gini masa beliin aku baju jaring-jaring kan bikin masuk angin heran kita begitu menjereng isi paket.

Sayang coba sekali pakai itu dong pasti nggak sengaja lihat di tik tok live kok ada yang jualan baju dinas malam nanti pakai ya sayang

Gita menepuk jidatnya. "Astaga, masa sih aku harus pakai beginian kan nerawang kelihatan semua dalamnya. Terus kalau aku masuk angin gimana, kalau Luna lihat gimana. Kamu ini aneh-aneh aja sih. Kita kan lagi nginep di rumah orang tuaku."

"Ya nggak malam ini juga sih, Sayang. Besok juga nggak apa-apa, nanti kita atur aja biar Luna tidur sama neneknya. Biar kita bisa berduaan."

Kita mengelus dadanya merasa heran dengan kelakuan Tama yang aneh-aneh saja. Malam pertamanya saja membuat Gita terkapar tak berdaya, ini malah disuruh memakai baju aneh. Jangan-jangan Tama ini punya kelainan.

"Nggak mau ah malu-maluin aja pakai ginian. Kamu juga beliin baju yang normal aja ah. Aku kira tadi paket bom malah baju ginian. Kapan kamu beli ginian kayak nggak ada kerjaan aja."

"Aku pesan beberapa hari lalu, Sayang ternyata nyampeknya sekarang.  Tadi udah diantar ke rumah tapi karena nggak ada orang aku telepon kurirnya kasih alamat Ibu."

"Pokoknya nggak mau ya aku pakai ginian malu dilihat. Kamu juga aneh-aneh."

Tama di seberang sana manyun. Jam istirahat siang Tama sedang memesan makanan di warung. Selagi memesan ia keluar sebentar dari warung untuk menelepon Gita. Memastikan paketnya sampai di tangan sang istri."

"Yah, Sayang, sekali aja nggak papa kan. Cuma kita berdua nggak ada yang lihat, cuma aku."

"Nggak mau ya, udah tutup teleponnya aja."

Tama hendak melarang tapi panggilan dari Gita sudah ditutup. Raut kecewa menyelimuti wajah Tama. Melangkah dengan lesu kembali masuk ke warung memesan nasi campur sayur terong pedas dan juga ikan pindang tak lupa sambal terasi. Bagaimana makan siangnya kali ini ia makan seperti tidak bernafsu. Padahal ia sudah membayangkan Gita akan memakai baju tersebut.

Sementara Gita yang merasa jijik dengan baju dinas tersebut, memasukkan kembali ke kantong kresek. Menyimpannya di laci agar tidak terlihat Luna saat masuk ke kamar.

Keluar dari kamar ia lihat Sofi sudah pulang dari ngerumpi. "Udahan, Bu gosip- gosipnya"  sambut Gita saat Sofi pulang dengan wajah tersenyum cerah.

"Udah. Kenapa sih kamu kok kayak kesel banget?" tanya Sofi melihat wajah sang anak yang terlihat bete.

"Tama ini loh beli barang aneh-aneh," adh Gita pada sang ibu yang duduk setelah mengambil segelas air di dapur. Gita mengikuti sang ibu duduk juga di meja makan.

"Beli barang apa? Biarin aja orang dia kan kerja punya uang. Beli barang sesekali yang dia pengen kan nggak masalah."

"Tapi barangnya itu aneh. Bikin malu aja, masa dia beliin baju menerawang buat aku."

Sofi tertawa. "Namanya juga masih muda kalian tuh nggak papa lah biar harmonis rumah tangga kalian. Urusan ranjang kan juga penting."

Gita malah makin kesal kenapa Sofi membela Tama ketimbang dirinya, padahal Sofi ini perempuan loh. Apa tidak malu seandainya ibunya tersebut memakai baju nerawang seperti yang diberikan Tama. Membayangkan saja Gita sudah bergidik ngeri jika baju itu melekat pada tubuhnya.

"Besok ada yasinan rutin. Ibu mau datang, soalnya udah baikan kakinya. Terus lusa Ibu juga mau rewang di rumah sebelah."

"Ada acara apa?"

"Kirim doa seperti biasa. Kamu ikut rewang aja sekalian."

"Iya tapi ibu nggak usah capek-capek, biar aku aja yang rewang di sana. Baru sembuh malah udah banyak acara."

"Hiburan orang tua tuh kayak gitu, Git. Bukannya pergi ke mall, ke cafe, tapi ngumpul sama tetangga. Rewang sambil ngobrol itu malah bikin kita awet muda."

Gita tak mau membantah, ia kembali masuk kamar bersiap-siap sebentar lagi menjemput Aluna.

***

Tumben-tumbenan Gita sudah tertidur terlebih dahulu. Ia tadi selesai membantu Aluna mengerjakan PR, ikut tidur sekalian sambil memeluk Aluna. Kedua perempuan itu lelap membuat Tama yang masuk kamar melihat keberadaan anak dan istrinya sudah tertidur, langsung menyelimuti keduanya. Tama tinggal keluar karena Sofi memanggilnya di depan televisi.

"Tam."

"Iya, Bu kenapa?"

"Ibu merasa udah sehat lagi. Ibu juga sudah bisa berjalan, udah waktunya kamu pulang ke rumah kalian sendiri. Kasihan Aluna lama libur ngaji, antar jemput sekolah juga makin jauh. Kamu juga repot harus pulang ke rumah dulu, bersihkan rumah, jerja dan balik ke sini lagi."

Tama menganggukkan kepala. "Iya, Bu, tahu kalau Ibu udah mulai baikan. Tapi kan masa kita tinggal gitu aja. Padahal ibu lagi masa pemulihan. Kata Gita juga besok mau rewang. Memangnya Ibu sudah sehat? Nggak usah maksa kalau emang nggak bisa. Nggak usah datang biar kita aja yang ke sana."

"Nggak apa-apa, Tama. Ibu beneran udah sehat. Habis rewang nanti kamu pulang aja ke rumah seperti biasa. Nanti seminggu sekali baru main ke sini jengukin Ibu."

Pratama berpikir sejenak. Ada benarnya juga memang. Kasihan Aluna yang tidak mengaji beberapa hari. Kalau sekolah masih antar jemput tapi kalau sudah mengaji pulangnya magrib, waktu juga terbuang untuk antar jemput saja.

"Iya, Bu. Nanti aku bilang ke Gita."

"Iya. Ibu udah bilang ke Gita tapi dia malah nggak mau bahas. Makanya ibu bilangnya ke kamu. Oh ya katanya Gita ketemu sama Emi lagi. Jangan sampai kejadian yang dulu terulang lagi. Ibu nggak mau Gita ngalamin stres sampai mogok kayak dulu."

"Iya, Bu, Gita juga bilang ke aku kok. Tenang aja aku udah mastiin ke Reval sama Emi jangan pernah sengaja menemui Gita."

"Iya jaga baik-baik Gita ya. Ibu istirahat dulu."

Sofi berjalan menuju kamar. Saat membuka pintu rupanya pintu kamar Gita terbuka. Aluna keluar sambil mengucek mata Sofi. Melihat sang cucu dan bertanya, "Loh, Aluna kok bangun?"

Aluna yang masih mengerjapkan mata langsung mendekat ke pintu kamar Sofi. "Aku mau tidur sama Nenek."

Sofi mengangguk dan menggandeng sang cucu masuk ke kamar. Tama yang mendengar obrolan tersebut langsung mematikan TV, lampu dan bergerak ke kamar.

Naik ke ranjang menyibak selimut dan langsung memeluk Gita yang telentang. Mengecupi leher, mengendus dan menggigit-gigit leher hingga perempuan itu mengerang dan akhirnya bangun.

"Ih apaan sih kamu ini gangguin orang tidur. Minggir, jangan di atas sini," kesal Gita yang diganggu tidurnya. Belum lagi malah Tama semakin menggigit, mengecup dan merambah turun ke area dada.

"Sayang ayo, mau lagi kayak kemarin. Dipakai ya bajunya," bujuk Tama.

"Ih enggak mau, males aku pakai gituan," tolak Gita dengan suara serak bangun tidur dan mata masih memejam.

"Aku yang pakaiin deh kalau kamu males."

"Enggak ah aku malu."

"Ya udah deh nggak usah pakai apa-apa aja ya."

Fita belum sempat membuka mata lebar-lebar sudah harus disuguhi dirinya yang ditindih dan diserang dengan membabi buta oleh Tama.

"Eughhh...."

______________

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA YA, SAYANG.

Met Buka Puasa Juga. Nih, aku spill game nya. Aku masih aktif main di sana juga.

Continue Reading

You'll Also Like

100K 7.7K 25
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
373K 23.4K 24
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...
375K 36.4K 35
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!
56.1M 3.3M 102
Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukuny...