The Heroes Bhayangkara

By WinLo05

6.7K 1.1K 308

Nusantara dalam bahaya. Saatnya para pemburu berjuang untuk menyelamatkan dunia. Kekuatan mitologi adalah kun... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

19

122 23 10
By WinLo05

"Kafin?" ulang Nawasena.

"Kakak mengapa bengong di sini?" tanya Magma yang mulai jengah dengan sikap Nawasena. Sedari tadi, dia tampak aneh. Tidak, bagi Magma. Dia biasanya memang aneh. Hanya saja, siang ini lebih aneh lagi.

"Lembuswana." Jari telunjuk Nawasena menunjuk Kafin. "Ada makhluk mitologi di sini."

Alis Magma bertaut pada udara kosong. "Siapa?"

"Lembuswana," ulang Nawasena. "Lo enggak lihat?"

Bocah menyebalkan itu tidak akan bisa melihat gue. Hanya lo yang bisa.

Nawasena kembali terbelalak menatap Kafin. "Maksud lo?

"Kakak ini bicara sama siapa sih?" sela Magma yang makin kesal dengan sikap Nawasena. "Sebaiknya kita bersiap sebelum senja. Kakak harus berlatih."

Nawasena belum sempat menjawab. Tetapi tangan Magma sudah menyeretnya untuk keluar. Di depan lobi, keduanya langsung melakukan teleportasi dan berpindah di atas sebuah bangunan Bank Mandiri yang berada di antara Deutsche Bank dan Hotel Mandarin Oriental and the City Tower.

"Arghhh!" Nawasena menjerit histeris melihat Kafin berdiri di dekatnya. "Kenapa lo bisa ikut gue?"

"Oke, yang kepalanya terbentur itu Magma. Tapi malah Kakak yang jadi orang bego. Sebenarnya, apa yang terjadi sih? Kakak lihat setan? Mustahil, enggak ada setan di sekitar sini."

"Lembuswana, makhluk ini ngikutin kita dari Plaza Senayan. Gue enggak bego! Gue melihatnya dengan jelas. Dia di sini!" Sekali lagi, Nawasena menunjuk udara kosong.

"Lembuswana?" ulang Magma.

"Ya! Lo bisa lihat?"

Magma menggeleng. Tampaknya dia menyadari sesuatu dari binar matanya yang menatap Nawasena penuh rasa ingin tahu.

"Dia berbicara dengan Kakak? Patung yang sebelumnya Kakak singgung?"

"Ya! Dia bilang, namanya Kafin."

Magma tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Tentu saja, Kafin merasa sangat tersinggung. Dia  mengibaskan sayapnya agar embusan angin melemparkan Magma. Namun sayangnya, Magma berhasil menghindar dengan baik.

"Menarik," ujar Magma dengan tersenyum miring. "Kakak di bodohi, Kafin itu pasti bukan nama aslinya. Makhluk mitologi tidak akan pernah memberi nama asli mereka."

Seperti lo, balas Kafin. Lo juga makhluk mitologi. Gue bisa merasakannya dan gue juga penasaran, siapa nama lo sebenarnya? Seberapa keren, nama yang lo pilih dari gue? Kafin melirik Nawasena minta jawaban.

"Magma," ujar Nawasena. Entah menjawab pertanyaan Kafin atau memanggil bocah tersebut.

Sekarang, malah Kafin yang terkikik geli. Suaranya jauh lebih membahana dan berisik. Dan mulai detik ini, Nawasena merasa sial menyentuh makhluk tersebut.

"Apakah ada tahapan lain dari seorang Anomali? Mengapa gue bisa melihat Kafin dan lo tidak?"

Magma tidak punya jawabannya untuk saat ini. Dia hanya menatap udara kosong. "Soal itu, akan kita cari tahu. Sekarang, Kakak istirahat saja. Malam ini mungkin lebih berbahaya."

"Ya," balas Nawasena sewot. "Setidaknya lo enggak bawa gue ke tempat yang lo sebut pengikut Sapta Syam."

Magma tertawa. Tetapi dia mengganguk takzim. Lalu mulai duduk bersila sambil mengeluarkan susu kemasan dari dalam tas dan menatap ke arah bundaran HI yang penuh oleh lalu lalang kendaraan.

Berhati-hatilah, Manusia. Kafin berujar. Dia menyembunyikan sesuatu. Gue merasakan dia sangat berbahaya.

Alis Nawasena bertaut. "Lo bisa pergi dari sini."

Lo mengusirku?

"Memangnya siapa yang mau hewan peliharaan?"

Rasanya ada sesuatu yang menikam jantung Kafin. Dia merasa tertohok dan kehilangan kata-kata. Namun, tanpa diduga. Kafin menghilang ke dalam udara.

Saat langit berubah senja. Penantian Nawasena dan Magma mulai terbayarkan. Kaditula Nawasena sudah berada dalam genggaman. Dari posisi seperti ini. Nawasena bisa melihat seluruh kota lebih leluasa.

Beberapa kerusakan, memang sudah sepenuhnya di perbaiki. Akan tetapi, hal tersebut tidak serta merta menghilangkan kejadian naas yang telah terjadi.

Erangan kematian dari langit, menjadi tanda bahwa perburuan telah dimulai. Beberapa Ahool mulai terbang merendah ke atap.

Nawasena yang semula telah bersiap untuk menebas pun dibuat tertengun. Ahool-ahool itu malah memutar arah dan pergi ke tempat lain.

Seolah butuh jawaban. Nawasena menoleh ke arah Magma yang berdiri menatapnya santai.

"Jawaban Magma, serupa dengan apa yang Kakak pikirkan. Ahool tidak akan menyerang sesamanya. Mereka—"

"DIAM!" marah Nawasena. "ITU MUSTAHIL! GUE MASIH MANUSIA DI SINI!"

Magma memilih untuk diam dan tidak membalas. Satu hal yang ia lakukan. Membiarkan Nawasena mengamuk sendirian.

"Gue adalah manusia." Nawasena menegaskan kalimat itu bagai mantra untuk dirinya sendiri.

Magma tidak bisa menebak. Entah kapan, Nawasena bisa berdamai dengan hal tersebut.

"Magma," seru Nawasena. "Gue ingin bertaruh satu hal sama lo."

"Mengenai?"

"Bawa gue menemui Dewaguru. Bukankah, dia dikatakan bisa melepaskan kutukan Ahool?"

"Dia sulit ditemui dan keberadaannya tidak ada yang tahu."

"Gue punya ide soal itu."

Tiba-tiba saja, Magma memiliki firasat buruk.

"Bawa gue kemaharajaan. Gue akan membuat umpan di sana. Bukankah, jika terjadi kekacauan. Semua orang pasti terlibat?"

Magma tersenyum tipis. Dia tidak menjawab dan hanya melangkah mundur ke belalang. Pupil mata Nawasena membesar, saat tubuh bocah itu jatuh ke bawah.

Berpikir Magma akan cedera. Nyatanya dia mendarat dengan sangat baik.

Butuh tumpangan?

Nawasena terperanjat oleh keberadaan Kafin yang mendadak muncul di samping kirinya.

Lo Tucca, benar?

Nawasena tidak menjawab. Hanya saja, tangannya terkepal kuat.

Sudah gue bilang. Bocah itu mencurigakan. Tapi, sebagai balas budi. Gue akan membantu lo bertemu Dewaguru.

Lo tahu? Gue udah berabad-abad tersegel di Plaza. Gue udah nemu beragam banyak Anomali dan gue mengenali setiap identitas.

Daripada berlatih menjadi seorang kesatria bhayangkara namun tidak diakui. Lebih baik, lo berusaha menjadi diri sendiri.

"Tunggu sebentar." Nawasena mulai menyadari sesuatu. "Gue enggak sedang berlatih menjadi kesatria."

Sungguh? Bukankah tugas membasmi Ahool adalah tugas kalian?

Nawasena menggeleng. "Gue hanya manusia biasa."

Lo Anomali dan juga Tuc

Kafin tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia mendapati sebuah fakta bahwa Nawasena membenci tuduhan tersebut.

Bahkan, menurut Kafin. Makhluk rendahan pun bisa mengetahui kalau Nawasena adalah seorang Tucca. Dia lebih memilih cari aman daripada memprovakasi Nawasena.

Oke, menghadapi atau bertemu Dewaguru tidak sekedar bersitatap. Lo harus punya kemampuan dan keahlian dalam bertarung.

Kafin pun menatap ke arah langit. Hal pertama yang harus lo lakukan adalah menutup gerbang yang menjadi portal Ahool terus berdatangan. Dan hal pertama yang akan kita lakukan adalah mencari sarang mereka.

"Gue kemarin menemukan satu," seru Nawasena.

Bagus. Apa lo yang menemukannya?

"Tidak." Nawasena menggeleng. Sekaligus juga menyadari. Keberadaan mereka di warung prasmanan, bukan tanpa sebab. Magma memang menuntun mereka ke sana. Dia tahu, lokasi dari sarang para Ahool.

Ekspresi lo menggambarkan sesuatu.

Nawasena seolah rapuh. Dia tidak yakin, apakah masih harus mempercayai Magma atau tidak. Tidak, Nawasena kembali menggeleng. Dia malah mendadak tidak mempercayai semua orang.

Orang-orang di Master Cafe sangatlah  mencurigakan, terlepas darimana mereka mau berkorban dan menolongnya.

"Ada apa?" Kehadiran Magma yang muncul tiba-tiba di atap, mengalihkan konsentrasi Nawasena.

"Magma," seru Nawasena dengan ujung kaditula menghunus tajam ke arah si Bocil. "Lo siapa sebenarnya? Dan apa yang lo rencanakan? Mengapa kalian begitu peduli pada orang asing yang kalian temui? Terlepas dia Anomali atau tidak."

Sejauh ini, Nawasena sadar. Dia tidak pernah dibiarkan sendiri. Seluruh tindakannya diawasi orang-orang dari Master Cafe. Dia juga curiga, Magma sejak awal memang mendekatinya.

"Sudah cukup untuk semua ini, Bocah. Katakan apa yang lo rencanakan? Mengapa lo berpura-pura membawa gue ke pengikut Sapta Syam?"

Dengan tersenyum menyebalkan. Magma pun menjawab. "Karena sejak awal. Kakak adalah target kami."

__///___/___/___/___
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 137K 49
β€’Airis Ferdinand. Aktris cantik dengan puluhan mantan pacar, baru saja mendapatkan penghargaan Aktris terbaik di acara Awards international. Belum se...
629K 52.4K 55
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
337K 19.3K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
315K 805 8
konten dewasa πŸ”žπŸ”žπŸ”ž