Gara-Gara Abang [SUDAH TERSED...

By Stephn_

20.7K 2.2K 201

"Abang gue bukan super hero, tapi super kepo!" ♠️♦️♣️ Valeri... More

Prolog
Satu; Hari Pertama Sekolah
Dua; Teman Sebangku
Empat; Si Sulung
Lima; Kali Kedua
Enam; Pesan Singkat
Tujuh; Garis Singgung
Delapan; Membuka Pintu
Sembilan; Kencan Pertama
Sepuluh: Ayah
Sebelas; Tipuan
Dua Belas; Mata-Mata
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA

Tiga; Payung Hitam

1.9K 289 22
By Stephn_


"Suaranya telah tandas. Sebab, kerap kali
dibungkam, hingga redam."

•••

DI LUAR hujan masih belum berhenti bertaruh. Senja yang seharusnya mendominasi langit tampak kelabu, diselimuti awan mendung dan kilat putih yang menimbulkan suara bergemuruh marah. Dingin memeluk erat tubuh Valeria, entah karena pengaruh cuaca atau karena pria yang duduk di kursi pengemudi.

Valeria melemparkan pandangannya ke luar jendela. Berlagak menjadi pluviophiles, pengagum hujan. Padahal, ia sedang berusaha membunuh sunyi yang tercipta di antara dirinya dan Damian. Sunyi yang berjarak, canggung, dan asing.

Selama ini, Valeria tidak pernah percaya pada kutipan yang mengatakan waktu dapat membunuh banyak hal. Namun, pandangannya tak lagi sama sejak Damian lulus kuliah, tepatnya 7 tahun yang lalu. Ternyata, waktu benar-benar dapat membunuh banyak hal. Bukti nyatanya... Damian.

Di dalam memori ingatan Valeria, ada sepotong kenangan tentang Damian. Mulai dari Damian yang senang bercanda, Damian yang selalu mendampingi Valeria membeli mainan baru, Damian yang siap menemani Valeria menonton berbagai genre film mulai dari aksi, horor, komedi, bahkan Barbie, dan Damian yang rajin menyeduh susu cokelat hangat kesukaan Valeria setiap malam tanpa perlu diminta.

Sayangnya, sosok itu telah pergi. Tergantikan dengan Damian yang kaku, serius, sibuk bekerja, jarang di rumah, dan lebih senang berkutat dengan berkas dibandingkan bergurau dengan adik-adiknya.

Waktu telah membunuh karakter Damian, menjadikannya asing yang tak lagi Valeria kenali. Waktu juga merenggangkan ikatan yang semula erat. Seperti halnya lekat yang menjelma menjadi jarak di antara Valeria dan Damian. Jarak yang terlampau luas untuk diseberangi sendirian.

Kini, keduanya tidak lebih dari sepasang asing yang terperangkap dalam satu rumah, satu ikatan darah.

"Gimana hari pertama sekolah?" tanya Damian, membuka percakapan.

Valeria yang dulu mungkin akan langsung bercerita panjang lebar tentang bagaimana harinya pada Damian tanpa ragu. Tetapi, Valeria yang sekarang sudah bukan lagi seorang pendongeng. Barangkali, bertambah usia membuatnya tidak lagi senang bercerita. Barangkali, pendongeng telah lama kehilangan pendengarnya.

"Seru," jawab Valeria. Sebisa mungkin mengulas senyuman ceria meskipun suaranya terdengar sangat canggung, bahkan di telinganya sendiri.

Mulanya, Valeria pikir percakapan akan berhenti di situ, mengingat sudah lama sekali tidak ada dialog panjang yang terlanjin di antara mereka. Wajar jika Valeria sedikit terkejut mendengar Damian kembali buka suara. "Tadi lama nunggunya?"

"Maksudnya nunggu dijemput?" pertanyaan Valeria dijawab anggukan singkat oleh Damian. "Lumayan. Tapi, kenapa jadinya Bang Damian yang jemput aku?"

"Leo lupa bawa jas hujan."

"Oh..." Valeria mengangguk kecil. Tidak terlalu terkejut mendengar kabar itu. Bisa dibilang ini bukan pertama kalinya Leo lupa membawa barang penting. Jangankan jas hujan, dompet pun pernah. Hanya ada satu barang yang tidak pernah dilupakan olehnya; parfum. "Berarti sekarang Bang Leo masih di kampus?"

"Udah pulang."

Valeria menoleh sepenuhnya. "Hujan-hujanan?"

"Beli jas hujan di supermarket seberang kampus."

Bibir Valeria terbuka, ingin membalas jawaban Damian dengan pertanyaan; Terus kenapa aku nggak sekalian pulang sama Bang Leo aja? Toh, jas hujannya udah beli. Tapi ia mengurungkan niat dan tetap memilih bungkam. Bukan karena takut, melainkan karena Valeria dapat menebak jawaban Damian.

Dibandingkan orang-orang normal pada umumnya, Valeria memiliki imun tubuh yang lemah. Ia lebih sering sakit dan mudah terpapar virus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan ASI saat masih bayi dulu. Alasan tersebut yang membuat Valeria harus lebih berhati-hati menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, apalagi di musim pancaroba begini.

Jadi, alasan sebenarnya Damian tiba-tiba memunculkan batang hidungnya di parkiran sekolah Valeria sore ini bukan karena Leo lupa membawa jas hujan, melainkan karena hujan itu sendiri.

"Itu payung siapa?"

Valeria refleks mengikuti arah pandangan Damian. Mengamati payung lipat hitam yang tergeletak basah di bawah jok mobil.

"Punya ka—"

Jangan bilang.

Suara batin Valeria tiba-tiba berdengung di telinga, membuatnya kembali mengatupkan bibir rapat-rapat. Jantung Valeria berdegup kencang menyadari dirinya hampir saja kelepasan bicara. Tidak terbayangkan bagaimana reaksi Damian jika mengetahui payung hitam itu Valeria peroleh dari cowok dekil yang bahkan tidak ia ketahui siapa namanya. Sudah dapat dipastikan, mulai besok hidup Valeria maupun teman dekil Aoron jauh dari kata damai.

Enggan memperumit keadaan hanya karena sebuah payung, Valeria terpaksa berdusta. "Punya Celine."

Untungnya, Damian tidak curiga atau bertanya lebih jauh tentang payung itu. Damian kembali fokus menyetir, sedangkan Valeria mati-matian meredam hela napas lega yang nyaris terdengar dari bibirnya.

♠️♦️♣️

"Namanya Doni Yogaswara," ucap Sissy dari seberang telepon. Sebagai permulaan sekaligus pembuka sederet informasi tentang pemilik payung hitam yang Valeria ceritakan beberapa menit lalu. "Temen deketnya Kak Aoron sama Kak Theo. Mereka pisah kelas tahun lalu. Tapi, tahun ini mereka sekelas lagi. Kalau nggak salah kelas 12 IPS 2."

Sempat terdengar gemerisik dari seberang, sebelum akhirnya suara Celine mengambil alih. "Sy, nggak sekalian lo cari informasi tentang keluarga Kak Doni?"

"Udah dong!" jawab Sissy menggebu. Sama sekali tidak menyadari sindiran Celine. "Kak Doni itu anak terakhir dari dua bersaudara. Kakaknya cewek, lulus kuliah tahun 2016, jurusan kedokteran. Sekarang kerja jadi dokter umum di Rumah Sakit Harapan Hidup. Cantik banget kayak artis Korea. Beda sama adiknya yang lebih mirip jamet."

"Nggak jamet juga kali. Seragamnya aja yang dekil, aslinya ganteng kok," tukas Valeria, tanpa sadar membela Doni. Tindakannya memecah tawa Celine dan Sissy.

"Aduh, Val. Get well soon, deh..." ejek Celine di sela tawanya.

"Hah?" Valeria mengerutkan kening bingung.

"Lain kali kalau dipinjemin payung, tuh, ngambilnya pake tangan aja. Jangan pake hati."

Pupil Valeria membulat sempurna. "Siapa yang pake hati?!"

"Aaargh..." Sissy mengerang. "Jangan keras-keras ngomongnya. Gue lagi pake earphone!"

"Sorry," Valeria mencebikkan bibir. "Salahin Celine sembarangan nuduh orang."

"Dih, siapa yang nuduh?" balas Celine. Dari suaranya, terlihat jelas saat ini cewek itu sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Gue cuma bilang Kak Doni ganteng. Bukan berarti gue naksir dia. Apalagi cuma karena payung," jelas Valeria tanpa diminta. Takut teman-temannya salah paham.

"Naksir juga nggak papa," kali ini Sissy yang bersuara. "Tadi gue sempet kepoin cuitan lama Kak Doni di twitter. Dia ada bilang tipe idealnya itu cewek rambut panjang, nggak terlalu tinggi tapi nggak terlalu pendek juga, kurus atau berisi boleh asal jangan obesitas karena nggak sehat, mata sipit, bibir tipis, warna kulit bebas asal jangan biru, sama kalau bisa nggak jutek. Soalnya Kak Doni lebih suka cewek yang polos-polos gemes gitu. Kayak member JKT 48."

"Spesifik banget. Harusnya langsung aja sebut inisialnya Valeria Amberly." Sindiran Celine langsung dibantah Valeria.

"Sembarangan!" Valeria menghardik. "Kita aja baru ngobrol tadi siang. Lagian Sissy sendiri yang bilang itu cuitan lama. Berarti bukan buat gue."

"Dulu mungkin cuitannya memang bukan buat lo. Tapi kalau sekarang belum tentu. Apalagi dilihat dari ciri-ciri tipe ideal Kak Doni. Itu, kan, lo banget, Val." Sissy mengompori suasana.

"Logika aja. Mana ada cowok rela hujan-hujanan demi kasih payungnya ke cewek?" Celine menimpali. "Kalau bukan karena dia orangnya baik banget, ya, pasti ada maunya."

"Jangan nuduh yang nggak-nggak deh," gerutu Valeria kesal. Kontras dengan kedua pipinya yang merah padam bak tomat masak.

"Terus gimana sekarang?"

Pertanyaan Celine menciptakan kerutan di kening Valeria. "Maksudnya?"

"Payung," Celine berdecak tak sabar. "Lo nggak berniat pinjem payung itu selamanya, kan?"

"Iya, lo harus balikin payung itu ke Kak Doni. Secepatnya kalau bisa. Kasihan kalau Kak Doni harus hujan-hujanan terus," ujar Sissy.

Mata Valeria mengernyit curiga. "Kasihan sama Kak Doni atau biar lo bisa cepet-cepet ketemu Kak Aoron?"

Terdengar suara terkikik dari seberang. "Dua-duanya dong. Buat dapetin hati Kak Aoron, gue harus akrab dulu sama temen-temennya. Enak lagi kalau temen gue ada yang jadian sama temennya. Otomatis, gue jadi punya waktu lebih banyak buat deket-deket Kak Aoron," celetuk Sissy tanpa dosa.

"Jadi maksudnya gue jadi tumbal biar lo bisa deket sama Kak Aoron?" protes Valeria.

"Loh, memang yang gue maksud barusan itu lo?" balas Sissy.

"Bisa jadi gue," Celine ikut berkomentar. "Atau jangan-jangan lo udah punya pikiran mau jadian sama Kak Doni?"

Sial.

Valeria meruntuk dalam hati. Sepertinya, apa pun yang ia katakan sekarang akan selalu salah di telinga Celine maupun Sissy. Kedua temannya itu memang berniat ingin menggodanya habis-habisan.

"Gue nggak—" bunyi ketukan pintu menyita perhatian Valeria. Ia refleks menoleh ke arah sumber suara. "Iya?"

"Val, abang boleh masuk?"

Mengenali suara itu, Valeria buru-buru memutus sambungan telepon. Mengabaikan pekikan Sissy dan Celine yang masih ingin menyudutkannya. "Masuk aja, Bang. Pintunya nggak aku kunci."

Pintu kamar terbuka, menampilkan wajah Jerry lengkap dengan senyuman khasnya. "Halo."

Valeria membalas senyuman Jerry. "Abang tumben udah pulang kerja. Hari ini nggak lembur lagi?"

"Damian yang lembur. Kerjaan abang udah selesai," Jerry menarik kursi, mendekatkannya ke ranjang. "Gimana rasanya jadi anak SMA? Seru atau biasa aja?"

"Biasa aja," jawab Valeria jujur. "Tapi tetep seru soalnya aku sekelas bareng Celine sama Sissy."

"Oh, iya?" lesung di kedua pipi Jerry terekspos saat bibirnya kembali menerbitkan seulas senyuman. "Kalau temen-temen baru kamu gimana?"

"Belum terlalu kenal, sih. Tapi sejauh ini masih kelihatan baik-baik," wajah Zion terbesit di kepala Valeria. "Walaupun ada beberapa juga yang nyebelin."

Jerry mendengus geli. "Justru di situ sumber keseruannya. Kelas memang butuh satu atau dua orang pembuat onar biar suasananya hidup."

Nggak perlu sebangku juga tapi. Valeria menambahkan dalam hati.

"Tadi udah mulai pelajaran biasa?" Pertanyaan Jerry datang bersamaan dengan bunyi notifikasi dari ponsel Valeria. Membuat fokus pemiliknya terpecah begitu saja.

"Iya," gumam Valeria setengah sadar. Sebab, separuh kesadarannya telah direnggut oleh satu nama yang muncul di layar ponselnya.

Doni Yogaswara (doniaja) started
following you.

Seumur-umur Valeria belum pernah dibuat mematung hanya karena mendapat notifikasi dari instagramnya. Jika dibandingkan dengan Celine dan Sissy, Valeria termasuk orang yang jarang sekali aktif di sosial media. Terbukti dari halaman profilnya yang kosong tanpa ada satu foto pun diunggah. Namun, satu nama itu sudah cukup untuk membuat Valeria berubah pikiran. Sepertinya mulai sekarang ia harus memamerkan setidaknya satu atau dua fotonya yang paling cantik.

"Val, abang tadi beli cokelat kesukaan kamu. Ada dua, satunya kamu kasih ke...."

Tanpa benar-benar mendengarkan ucapan Jerry, Valeria mengangguk pelan sebagai jawaban. Ia bahkan tidak menoleh. Kepalanya fokus menunduk, sedang ibu jarinya sibuk menari di atas layar, melihat foto-foto yang Doni posting di instagram.

Sesuai dugaan, Doni hanya terlihat dekil di sekolah. Di luar, cowok itu berkamuflase menjadi cowok keren yang sangat tergila-gila dengan genre musik gospel dan hard rock. Ada satu video berdurasi empat puluh lima detik yang membuat Valeria terpana. Video itu menampilkan sosok Doni yang terlihat tampan dengan balutan kaus putih melekat pas di tubuhnya yang atletis, sedang bermain gitar listrik.

Pesona Doni benar-benar berhasil menghipnotis Valeria. Membuatnya tidak dapat berhenti menggulirkan layar ponsel, ingin terus mencari tahu soal cowok itu. Mulai dari hobi, lagu favorit, sampai komentar tidak penting yang tersemat di sana.

Namun, saat Valeria hendak memutar video lain tentang Doni, bulu kuduknya tiba-tiba meremang. Ia refleks menoleh, mendapati Jerry masih terduduk di kursinya dengan sepasang mata menyorot tajam. Pemandangan tersebut membuat Valeria terkejut sekaligus heran. Ia pikir abang keduanya sudah pergi sejak tadi.

"Kenapa, Bang?" tanya Valeria hati-hati. Heran melihat Jerry terdiam membisu.

"Sebentar lagi abang mau keluar sama Reza beli sate. Kamu mau titip apa?"

"Nggak titip apa-apa."

Jerry mengangguk singkat seraya bangkit berdiri. "Besok jangan lupa cokelatnya kasih ke Sissy, sekalian payungnya juga," ujarnya.

"Oke." Valeria tidak tahu apakah ada yang keliru dengan jawabannya. Karena sebelum meninggalkan kamar, Jerry sempat menatapnya lama dengan mimik wajah yang sulit diterka.

Kepergian Jerry meninggalkan hening yang janggal. Membuat Valeria menerka-nerka arti di balik senyap yang diciptakan oleh abang keduanya itu. Tetapi, semakin lama dipikirkan, Valeria semakin merasa ada yang ganjil. Kejadian beberapa menit lalu sensasinya hampir mirip seperti saat dirinya tidak sengaja menumpahkan air teh ke setumpuk kertas sketsa milik Leo. Malam itu, Jerry juga menatapnya lama dengan ekspresi serupa.

Tatapan yang menyiratkan bahwa, Valeria telah melakukan kesalahan fatal.

♠️♦️♣️

•• Grup Chat X IPA 1 ••

Ellard: Test

Ellard: Udah pada masuk semua belum?

Rima: Wendy belum

Ellard: Lo punya nomor Wendy, Rim?

Ellard: Kalau ada langsung undang aja

Markus: Halo 👋🏻

Raymond: Hoi

Celine: Hai haaaaaai

Valeria: Halooooooo

Bisma: Uhuuuuy 💋

Bisma: Grup apa nih?

Sissy: Nggak bisa baca? ☝🏻

Bisma: Kebetulan belum bisa

Bisma: Ajarin dong 😣 @Sissy

Sissy: Dih, males banget

Toni: Masalah rumah tangga tolong jangan di bawa ke sini @Sissy @Bisma

Raymond: Pc aja nggak, sih?

Yesaya: Bukannya udah?

Sissy: SEMBARANGAN

Sissy: Punya nomornya aja kagak

Markus: Berarti kalau punya nomornya, lo mau pc sama Bisma, Sy?

Celine: CIEEE

Valeria: CIEEE

Toni: CIEEE

Raymond: Acikiwiiieeeeer

Bisma: CIEEEEEEEEEE

Bisma: Duh, nggak nyangka lo ternyata sedemen itu sama gue, Sy 🥺🥺🥺

Bisma: Jadi malu

Sissy: NGIMPI LO SONO

Celine: Sy, save dulu sana nomornya Bisma

Valeria: Iya, biar entar malem bisa sleep call wkwk

Sissy: OGAH

Bisma: Kenapa neng panggil-panggil?


Reymond: Kaget anj

Toni: Anjriiit 🤣

Celine: Kenapa jadi Pak Ogah 🥲🙏🏻

Markus: WKWKWKKW NGAKAK

Valeria: Capeek 😭

Zion: Istirahat

Ellard: Belum ada 1 jam notif udah jebol

Yesaya: Sabar El

Raymond: Iya El. Btw, nitip salam buat Dul.

Markus: Al nggak sekalian?

Raymond: Nggak suka cowok dingin

Markus: Yaudah sama mas aja dijamin hangat

Raymond: NAJIS

Raymond: GUE MASIH DEMEN CEWEK GOBLOK

Toni: GUE JUGA CUMA BERCANDA NJING

Toni: 🤮🤮🤮

Raymond: 🤮🤮🤮

Celine: Apasih? 😭☝🏻

Bisma: Bales chat gue sat @Zion

[Rima menambahkan Wendy ]

Wendy: Haloooooooo

Rima: Welcome 💓

Celine: 👋🏻👋🏻👋🏻

Markus: 👋🏻👋🏻👋🏻

•••

♠️♦️♣️

Next?
Yuk, tinggalkan jejak berupa bintang dan komentar biar aku semangat ngetik 💃🏻

Btw, ada yang sadar letak kesalahan
Valeria di mana? 🤣

Follow ig/ tw: stefictions
Thank you!

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5.7M 295K 61
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+