REVENGE

chanJoyHun द्वारा

4.6K 639 92

Kenandra tak pernah berpikir jika dirinya harus mengalami masa masa yang sulit setelah kejadian mengerikan ya... अधिक

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
51

50

101 15 2
chanJoyHun द्वारा

"Maaf sudah membuat kalian lama menunggu," ucap Joy begitu langkahnya terhenti tepat di hadapan Anna dan Lucia yang telah menunggu kedatangannya sejak beberapa menit yang lalu.

"Oh, Joy. Tidak apa apa. Duduklah." Anna menepuk kursi kosong di sampingnya. Joy mengangguk dan langsung menempati kursi tersebut untuk dia duduki.

Lucia mengedarkan matanya. Mencari keberadaan seseorang yang tak lain tak bukan putra tercintanya. Sayangnya ekor matanya hanya mendapati dua orang laki laki yang bertugas sebagai bodyguard Joy yang
berada beberapa langkah dari tempat mereka duduk saat ini.

"Maaf, Ma. Mereka bodyguard yang bekerja untukku," ucap Joy ketika menyadari Lucia menatap dua laki laki berperawakan besar tinggi itu.

"Dimana suamimu, Joy?" tanya Lucia tak bisa menahan rasa penasarannya.
Joy mengulas senyum tipis. Menjauhkan rasa kecewa sekaligus bersedih dari raut wajah cantiknya.

"Dia sedang ada pekerjaan mendadak, Ma. Sebenarnya tadi sudah siap untuk
pergi bersamaku, tapi koleganya tiba tiba menghubunginya. Dia mengirim salam untuk Mama dan Anna," dusta Joy. Tidak mungkin dia berkata yang sebenarnya. Apa pun keadaannya, Ken tetaplah suami yang harus dia tutupi aibnya.

Anna dan Lucia saling pandang beberapa detik. Keduanya merasa curiga jika terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Ken dan Joy. Terlebih, saat Lucia menyadari jika mata menantunya itu terlihat sedikit sembab dari sebelumnya.

"Ini baru hari pertama setelah kalian menikah. Seharusnya suamimu belum bekerja dan menghabiskan masa libur pernikahan. Bahkan seharusnya kalian bisa pergi honeymoon." Anna menimpali. Dia sengaja tersenyum pada Joy untuk menghilangkan kesan kecurigaannya pada jawaban Joy sebelumnya.

'Honeymoon? Ya, seharusnya memang begitu, An. Tapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi padaku. Bahkan, untuk tidur sekamar pun tidak akan terjadi. Cih, istri seperti apa aku ini?' Joy membatin pilu, memikirkan nasibnya yang mengenaskan.

"Pekerjaan itu salah satu tanggung jawabnya. Jadi aku tidak akan mempermasalahkannya." Jawaban dari Joy akhirnya menutup pembicaraan mengenai Ken. Karena terbilang baru saling mengenal, Anna tidak ingin terlihat terlalu mencampuri urusan sepasang suami istri baru itu.

"Kapan kamu mau ke Jakarta Joy?" tanya Lucia di tengah tengah menikmati santapan makan siangnya.

"Aku belum bisa memastikan, Ma. Kenapa?" tanya Joy.

"Menginaplah di rumah Mama kalau kau ke Jakarta. Mama akan senang kalau di kunjungi rekan dan keluarga." Joy mengangguk.

"Pasti, Ma. Aku pasti akan mengunjungi Mama kalau aku ke Jakarta. Selain makam mendiang mama dan kakakku, kini satu satunya tempat yang akan aku kunjungi saat ke Jakarta, rumah Mama." Ada kesedihan yang terselip dalam kata kata yang Joy ucapkan.

Miris sekali mendapati kenyataan pahit seperti ini. Tapi ia akan membiasakan dirinya mulai sekarang. Dia tidak ingin selalu terlihat lemah dan sedih di hadapan orang lain. Cukup saat bersama Ken dia menunjukkan sedihnya saat kehilangan orang yang dicintai. Bodohnya lagi, Joy percaya jika Ken benar benar tulus ingin melindunginya dan menghapus kesedihannya. Ternyata itu semua hanya kebohongan belaka. Joy merasa terjebak dan ingin membenci Ken. Tapi, saat bersamaan rasa cintanya untuk Ken telah berhasil tumbuh dengan subur.

"Kau bisa menjadikan rumah Mama tujuan utamamu. Biarkan yang telah terjadi berlalu bersama angin, tanpa melupakan kenangan kenangan indahnya. Kau cukup fokus dengan apa yang ada di depan matamu saat ini." Lucia memberikan sedikit pesan menyentuh pada menantunya itu.

"Nak, kau harus yakin, kebahagiaan pasti akan menyertaimu." Lucia mengelus lembut pundak Joy.

Entah kenapa, hatinya merasa adem setelah mendapat nasihat dari Lucia. Sosok yang telah lama pergi meninggalkannya, seolah hadir kembali dalam hidupnya. Tenang sekali rasanya. Joy sampai melupakan sejenak kesedihan yang bertubi tubi menimpanya.

"Terima kasih, Ma," sahut Joy. seraya menganggukkan kepalanya. Pertemuan dengan Lucia dan Anna membuat perasaan Joy sedikit membaik. Tapi, itu semua tidak berlangsung lama saat mobil yang dia naiki sudah memasuki kawasan villa. Ya. Mau tidak mau, suka tidak suka ia harus menjalani semua keadaan yang menerpa dalam biduk rumah tangganya yang akan bertahan entah sampai kapan.

Benar saja dugaannya, Begitu dirinya sampai di villa. Ken sudah menunggunya di ruang keluarga dengan ekspresi wajah dan tatapan yang tidak biasa. Netra pekatnya menatap Joy dengan penuh ancaman, dengan kedua tangannya yang telah bersedekap di dada.

"Dari mana saja?" tanya Ken dingin.
Joy menghela napas sejenak. Menghentikan langkah kakinya tepat di hadapan sang suami.

"Aku sudah bilang padamu, aku pergi
makan siang memenuhi undangan dari Anna dan mamanya," sahut Joy jujur. Ken yang sudah bersiap untuk
marah, tiba tiba saja mengerutkan dahinya begitu mendengar nama adik dan ibunya di sebut oleh Joy.

"Dengan Anna?"

"Ya. Mereka meminta untuk bertemu sebelum mereka kembali ke Jakarta."

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

"Aku sudah memberitahumu. Tapi, kau tidak ingin mendengar dan menyela ucapanku." Ken hening. Tidak menjawab langsung. Memang benar jika dirinya menyela ucapan istrinya saat ingin memberitahunya mengenai undangan makan siang yang telah berlangsung. Tapi, siapa sangka jika Joy justru bertemu dengan ibu dan adiknya lagi.

Tak sengaja, ekor mata Ken menyadari sesuatu benda yang kini melingkar di leher Joy. Sontak matanya membulat dan tangannya bergerak kearah benda berkilau yang kini sedang Joy gunakan.

"Kalung ini?" gumamnya.  "Kenapa kau masih menerima kalung ini?"
tanya Ken dengan nada yang terdengar marah. Rahangnya juga terlihat tegas dan mengetat sempurna.

Joy mundur satu langkah. Menepis pelan tangan Ken hingga terlepas dari kalung yang sedang dia gunakan.

"Ini pemberian mama Anna untukku. Aku tidak mungkin menolaknya. Aku tidak ingin di kira sombong karena menolak dua kali. "

"'Seharusnya kau tidak menerimanya. Kau tidak boleh mengambilnya!" Ken berusaha ingin merebut kalung itu dari Joy.

Sayangnya Joy selalu bergerak cepat untuk menghindar darinya. Joy mengerutkan dahinya. Entah kenapa, dia menjadi penasaran dengan reaksi yang Ken tunjukkan. Padahal kalung itu bukan pemberian laki laki. Tapi
kenapa justru dia terkesan sangat cemburu dan marah. Apa yang sebenarnya Ken pikirkan tentang kalung itu? Joy semakin penasaran dibuatnya.

"Kenapa reaksimu berlebihan sekali pada kalung ini?" tanya Joy.  "Ini bahkan pemberian orang tua. Aneh sekali jika alasannya adalah cemburu."

"Aku tidak cemburu!" sahut Ken ketus.

"Lalu, apa masalahnya?" tanya Joy mulai kesal.

"Kau harus melepaskan kalung itu. Dan berikan kalung itu padaku," pinta Ken. Tangannya juga sudah terulur untuk meminta kalung yang pernah digunakan mendiang istrinya hingga akhir hayatnya. Itulah titik permasalahannya. Kalung pemberian Lucia itu, merupakan kalung turun temurun yang akan diberikan pada menantu perempuan di keluarga besarnya. Dengan artian, yang akan
menerima kalung itu tentu saja perempuan berstatus istri sah dari
putra sulungnya. Dan sepertinya, Ken belum bisa terima jika barang yang masuk dalam daftar kesayangan mendiang sang istri harus jatuh ke tangan Joy, yang notabenenya adalah istri pura pura yang hanya menjadi alat untuk melampiaskan balas dendamnya.

"Berikan kalung itu padaku, Joy!" pinta Ken lagi dengan memaksa. Joy menggelengkan kepalanya. Dia tetap kekeh untuk tidak memberikan kalung itu pada siapa pun, termasuk Ken. Karena menurutnya pemberian seseorang harus dia hargai dan rawat dengan baik.

"Tidak. Aku tidak akan memberikannya pada siapa pun. Ini hakku. Karena benda ini sudah menjadi milikku.'

"Aku bilang lepaskan, Joy!" Ken sedikit nmenaikkan volume suaranya. Dia ingin merebut kembali kalung itu.

"Jangan keterlaluan, An!" Joy marah. Matanya berair. Napasnya juga mulai tersendat.

"Bukankah aku hanya istri kontrakmu saja? Lalu, apa pedulimu padaku?" Ken hening. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Joy. Saat itu juga, Joy berjalan melewati Ken dan menaiki satu persatu anak tangga dengan air mata yang mulai mengalir tanpa izin.

Hatinya sakit sekali mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Sementara Ken, dia hanya bisa mengumpat kesal dengan kedua tangan yang terkepal sempurna.
Dia tidak terima jika kalung itu di gunakan perempuan lain.

"Lihat saja. Aku akan merebut kalung itu kembali. Tidak ada yang boleh menggunakannya selain istriku Zella!"

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

31.2K 3.1K 60
A college going girl.. 👩 She is sweet and innocent always helping others... A guy in her college... She was always having crush on him from the very...
53.4M 379K 66
Stay connected to all things Wattpad by adding this story to your library. We will be posting announcements, updates, and much more!
5.2M 45.6K 54
Welcome to The Wattpad HQ Community Happenings story! We are so glad you're part of our global community. This is the place for readers and writers...
28.1K 2K 49
𝐭𝐡𝐞 𝟐𝐧𝐝 𝐛𝐨𝐨𝐤 𝐨𝐟 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐥𝐢𝐯𝐢𝐚 𝐫𝐨𝐝𝐫𝐢𝐠𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐲/𝐧'𝐬 𝐦𝐞𝐞𝐭-𝐜𝐮𝐭𝐞𝐬/𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢�...