PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]

By Nebula0813

1.9K 830 654

[SELESAI] Ini hanya sebuah kisah tentang seorang pria yang menyukai bau hujan dan embun pagi. Tentang dia, ya... More

PERMULAAN
DIA DAN HUJAN
RAHASIA
IDOLA
KEKESALAN
BERKUMPUL
KEBENARAN
KESETIAAN
CEMBURU
RENCANA
KEJUTAN
TAK PERCAYA
BERTANYA TANYA
PERJANJIAN
PERSETAN
SORRY
BERJALAN
TERLUKA
PEMBOHONG ULUNG
VIRAL
POSESIF
BERSEMI
MUSUH
PERMAINAN
MENGIKUTI ALUR
JALAN JALAN
TERBONGKAR
CURIGA
KEMBALI
SALAH
MASA LALU YANG INDAH
APA INI?
PERGI UNTUK KEMBALI
BERLIBUR
AWAL KEHANCURAN NYA
PUKULAN
KHAWATIR
GAVIN DAN LUKANYA
KEMBALI BERTEMU
LUKA BARU
SALAH FAHAM
KEBAHAGIAAN GAVIN
BERTEMU BUNDA
BUNDA?
MENGHABISKAN WAKTU
KELUARGA
KEBERSAMAAN
UANG JAJAN
UJIAN BARU
IKHLAS [END]

BERTEMU

14 9 0
By Nebula0813

26.

••• SELAMAT MEMBACA •••

🍂

Satu hari lagi waktu Gavin untuk mencari tahu tentang rencana Prans dan Siren. Karena besok ia sudah harus kembali masuk sekolah, dan akan kembali sibuk dengan kegiatan nya sebagai murid yang baik.

Pagi itu Gavin baru saja turun dari kamarnya, ia tak melihat Siren ataupun papah nya di meja makan. Siren pun tak membangunkan nya untuk sarapan pagi ini, itu membuat Gavin penasaran apa yang tengah mereka lakukan sekarang.

Gavin pun menelpon Monica dan menanyakan keberadaan kedua orang tuanya disana. Karna jika mereka tak ada di rumah, satu satunya tempat yang akan mereka kunjungi adalah rumah Monica.

"Hallo kak, kakak jangan nelpon dulu yaa. Mama papah ada disini, aku gabisa ngobrol lama lama maaf"

Suara Monica terdengar begitu pelan, nafasnya pun terdengar lebih cepat dari biasanya. Gavin yang mendengar itu pun cukup khawatir dengan keadaan Monica saat ini.

"Lo gak papa kan?" Tanya Gavin yang benar benar merasa khawatir.

"Gak papa kak, kakak jangan khwatir. Aku mau tutup dulu telpon nya, aku gak papa"

Tuttt..

Gavin belum menjawab ucapan Monica, namun gadis itu sudah terlebih dahulu memutus sambungan telpon nya. Bagaimana Gavin tak khawatir jika Monica bersikap seperti itu. Apa yang harus Gavin lakukan sekarang, tak mungkin jika ia pergi ke rumah Monica dan menghampiri kedua orang tuanya. Jika ia melakukan itu, sudah pasti sandiwara nya selama ini akan sia-sia.

"Gue harap lo gak papa Monica" Gumam Gavin yang sejujurnya masih sangat khawatir___.

"Pulang sekolah maen yok, ajak Gavin juga" Ujar Bayu yang kini baru saja tiba di sekolah bersama dengan Tio dan Laskar.

"Gass gue mah " Jawab Tio yang berjalan di samping Bayu.

"Gue gak bisa. Gue harus kerja " Ujar Laskar yang berjalan disamping Bayu, Bayu dan Tio pun menoleh ke arah Laskar.

"Lah, bengkel bang Jav kan tutup kalo hari jumat. Lo harusnya gak kerja kan Kar?" Tanya Bayu yang di angguki oleh Tio.

"Gue dapet kerjaan di tempat lain, mayan selingan sama di bengkel" Jawab Laskar tersenyum ke arah dua teman nya itu.

"Harus apa lo kerja sekeras ini kar? Lo masih muda, harusnya kita ngabisin waktu muda kita ini dengan kesenangan" Ujar Tio, Bayu pun mengagguk setuju.

"Gue kalo gak kerja, besok makan apa?" Ujar Laskar tanpa menghentikan langkah nya.

"Gue kan ada. Lo lupa gue kaya kar, Gavin juga. Kita bisa bantu lo kalo sekedar buat makan" Jawab Tio

"Kar, meski gue gak sekaya Tio sama Gavin. Tapi gue bisa ko bagi makanan gue buat lo, serius gue ikhlas anjir" Timpal Bayu yang kini sudah memeluk lengan berotot pria itu.

Laskar hanya terkekeh mendengar ucapan teman teman nya itu. Ia tau mereka memang teman yang begitu baik baginya, namun Laskar pun tak ingin terus terusan bergantung kepada mereka. Toh hidup pun tak mungkin selamanya mendapatkan bantuan orang lain, akan ada masanya dimana uluran tangan orang lain pun akan membuatnya merasa terbebani nantinya.

"Gue gak ngeraguin kekayaan kalian. Tapi ini keputusan gue, lo berdua juga pasti tau kenapa gue kerja mati matian gini" Jawab Laskar yang menatap kedua teman nya bergantian.

Bayu dan Tio pun tau, mereka sangat tau mengapa Laskar bekerja keras. Bukan soal biaya makan saja, ia pun harus memikirkan bagaimana cara agar bisa melunasi hutang almarhum sang ayah. Ayahnya meninggalkan hutang yang cukup besar, membuat Laskar pun harus melunasi nya. Ibunya tak mengetahui soal hutang itu, Laskar tak ingin itu menjadi beban pikiran bagi sang ibu. Toh ia pun masih sehat dan mampu untuk mencari uang dan melunasi hutang hutang ayah nya.

Saat itu Gavin pernah dengan diam diam membayar setengah hutang ayah Laskar, namun Laskar mengetahui hal itu. Itu membuat Laskar marah padanya, Laskar bukan tak ingin menerima bantuan Gavin, namun ia terlalu malu jika harus terus terusan dibantu. Laskar berkata kepada Gavin bahwa ia pun masih bisa berusaha, jika nanti ia sudah tak bisa, ia pun pasti akan meminta bantuannya. Laskar ingin teman teman nya mendukungnya saja, ia hanya ingin teman teman nya berada di sampingnya, itu pun sudah cukup menguatkan dan sudah sangat membantunya.

"Sekarang dimana lagi Kar?" Tanya Bayu penasaran, kali ini dimana lagi Laskar akan bekerja.

"Di kafe" Jawab Laskar

"Di kafe mana? Terus Lo bakal kerja tiap hari disono?" Tanya Tio

"Di kafe deket tempat gym yang selalu gue datengin bareng Gavin. Gue kerja disana tiap hari Jum'at, sama sabtu aja si. Selebihnya gue kerja di bengkel" Jawab Laskar. Kini mereka masih berjalan di Koridor sekolah yang sudah ramai dengan para murid yang sudah datang ke sekolah.

"Yah jadi sekarang kita cuman bisa nongkrong hari minggu doang dong?" Ujar Bayu yang memasang wajah sedihnya

"Makannya lo bantuin Laskar kerja, biar kita bisa nongki nongki lagi tar" Ujar Tio menatap Bayu yang masih glendotan di lengan Laskar.

"Kagak usah, kemaren juga Gavin udah bantuin gue di bengkel" Jawab Laskar sembari terkekeh melihat tingkat Tio dan Bayu.

"Gavin bantuin lo kerja kemaren?" Bayu menghentikan langkahnya begitupun dengan Laskar dan Tio. Laskar mengagguk mengiyakan ucapan Bayu.

"Keterlaluan, lo kagak koling kita" Ujar Bayu merasa kesal, Tio pun sebenarnya kesal mengapa mereka tak di hubungi kemarin.

"Elah, gue juga awalnya gak mau Gavin bantuin gue. Tapi dia maksa dan langsung jemput gue ke apart " Jawab Laskar, yang sebenarnya tak masalah jika teman teman nya tak membantunya.

"Tapi tetep aja kita kan harus susah bareng Kar, lo gak boleh capek sendiri. Besok besok kalo butuh bantuan, kagak usah sungkan, kita mau ko bantuin lo kerja. Yakan Yo?" Bayu menoleh ke arah Tio, yang mengagguk setuju dengan ucapan nya.

"Iya kar, apalagi di bengkel bang Javi kan selalu banyak kerjaan nya. Kadang lo pulang malem banget, lo pikir gue kagak tau apa" Kini Tio yang menatap Laskar kesal. Laskar lagi lagi terkekeh dan hanya bisa mengagguk mengiyakan ucapan teman teman nya.

"Kita gini sama lo bukan karna kasian Kar, tapi lo temen kita. Kita udah bareng bareng dari kita masih bocah di SMP, kita peduli sama lo, kalo lo capek kita juga bakal ngerasain capek nya lo " Bayu menatap Laskar serius, Laskar pun kembali tersenyum menatap kedua teman nya tulus. Ia tau se peduli apa teman teman nya padanya, itu yang membuatnya merasa bahwa ia punya kekuatan untuk menjalani hidupnya.

"Gue kalo nangis disini kira kira diketawain gak ya? " Celetuk Laskar sembari terkekeh, membuat kedua teman nya pun terkekeh menyadari bahwa ucapan mereka sepertinya mengandung zat yang terkandung dalam bawang.

"Udah ahh, ayo ke kelas. Tar kalo nangis disini citra kita sebagai cowok keren se SMA SAMUDERA bisa musnah begitu saja" Ujar Bayu yang lagi lagi terkekeh, Tio dan Laskar pun ikut terkekeh.

Mereka pun akhirnya melanjutkan langkah mereka menuju kelas.

*   *   *

Sudah satu jam lebih Gavin berada di dalam mobil di parkiran basement, di perusahaan milik Prans. Namun Prans tak kunjung keluar dari perusahaan nya itu, Gavin bisa melihat mobil Prans yang masih terparkir tak jauh dari mobilnya. Ia pun yakin Prans pasti masih berada di ruangan nya, jujur saja Gavin tak memiliki bakat untuk menjadi detektif seperti itu.

"Ckk, laper banget lagi gue." Gumam Gavin yang masih menyandarkan tubuhnya di kursi pengemudi.

"Apa gue beli makan dulu kali ya? nanti gue kesini lagi" Lanjutnya masih berbicara dengan dirinya sendiri.

Akhirnya Gavin pun memutuskan untuk membeli makan terlebih dahulu, setelah itu ia akan kembali kesana dan mengawasi Prans.

Gavin turun dari dalam mobilnya, ia segera berjalan keluar dari basement untuk membeli makanan. Gavin berfikir lebih baik ia membeli makanan di kafetaria di dekat perusahaan papah nya saja, mengingat jika ia pergi jauh untuk membeli makanan, itu hanya akan membuang waktu nya.

Gavin tak pernah pergi ke perusahaan Prans selama hidupnya. Ini kali pertama ia  pergi kesana, ia menatap kagum bangunan kokoh yang menjulang tinggi. Gavin tersenyum saat ia menatap perusahaan itu, semalam saat ia mengajak Monica berjalan jalan. Monica bercerita bahwa perusahaan yang kini tengah dikelola oleh Prans adalah perusahaan utama milik keluarga mereka, yaitu perusahaan peninggalan wirasa yang tak lain adalah kakek mereka.

Perusahaan itu di wariskan kepada penerus utama dari keluarga wirasa yang tak lain adalah Brian yang merupakan ayah kandung Gavin. Namun, Prans yang memang memiliki sifat iri dan dengki terhadap pencapaian sang kakak yang mendapat perusahaan utama, di banding dengan nya yang hanya mendapat perusahaan cabang dan tak sebesar perusahaan itu. Jelas membuatnya serakah, kini Gavin tau sedikit alasan mengapa Prans dan Siren membesarkan nya dengan baik, ternyata Prans tau jika penerus perusahaan selanjutnya adalah dirinya. Yaa Gavin tau, Prans dan Siren hanya memanfaatkan kepolosannya.

Namun Gavin masih belum mengerti mengapa mereka ingin menjodohkan dirinya dan juga Monica. Itu sesuatu yang masih menjadi pertanyaan besarnya, apa yang akan mereka dapat jika dirinya dan Monica menikah. Semangat Gavin semakin berkobar, untuk terus mengorek kebusukan Prans dan juga Siren.

"Ini pesanan anda, selamat menikmati" Ujar salah satu pelayan yang baru saja mengantarkan pesanan milik Gavin dan menaruhnya di atas meja yang Gavin tempati.

"Makasih" Jawab Gavin dengan senyuman ramah nya. Pelayan itu membalas senyuman Gavin dan segera pergi dari hadapan nya.

Sepertinya ini sudah waktunya makan siang, terlihat para pekerja kantor sudah berjalan ke arah kafetaria. Gavin pun berdiri dari duduknya, ia tak mungkin memakan makanan nya di sana dan bergabung dengan para pekerja di perusahaan nya itu. Memang tak akan ada yang mengenalinya, karna mereka pun tak tau tentang Gavin. Namun tetap saja Gavin was was jika ada rekan kerja Prans yang  mengenalinya. Akhirnya Gavin pun memutuskan untuk pergi, ia segera berjalan sembari membawa makanan dan minuman yang tadi ia pesan.

Para staf kantor mulai memenuhi kafetaria, Gavin agak susah berjalan keluar dari tempat itu karna ia harus melawan arus. Sampai seseorang menarik lengan nya, membuatnya terkejut bukan main.

"Kau ingin keluar?" Tanya pria yang sudah tak lagi muda yang tadi menarik Gavin ke tempat yang lebih sepi.

"Maaf Pak, bapak siapa ya?" Alih alih menjawab, Gavin malah balik bertanya.

"Mau ikut saya? Nanti saya kasih tau siapa saya" Jawab pria itu dengan senyuman ramah nya

"Duh maaf pak, kita gak saling kenal. Saya gak ngobrol sama orang yang gak saya kenal, maaf yaa" Gavin menolak ajakan pria itu dengan begitu sopan.

"Jadi saya harus memperkenalkan diri dulu, supaya kamu mau?" Pria itu masih dengan senyuman ramahnya.

"Emang bapak mau ajak saya kemana pak? Ini bapak gak liat saya lagi mau makan loh" Gavin mengangkat nampan yang berisi makanan yang ia bawa

Pria paru baya itu terkekeh melihat wajah Gavin yang sepertinya memang sudah sangat lapar.

"Ya sudah makannya ikut saya, saya bukan orang jahat yang bakal culik kamu ko" Ujar pria paru baya itu menampilkan wajah meyakinkan nya.

Gavin menatap pria yang ada di hadapan nya itu dengan begitu teliti. Terlihat dari ujung rambut sampai ujung kakinya, Gavin memang tak melihat aura aura kriminal dari pria itu. Gavin pun berpikir tak mungkin penjahat memakai pakaian bagus, rapih dan juga mahal seperti yang pria itu kenakan saat ini. Jadi jika Gavin berfikir bahwa ia akan diculik olehnya, itu tidak masuk akal.

"Ya udah pak, ayo" Akhirnya Gavin pun mengiyakan ajakan pria itu.

Pria itu tersenyum, terlihat ia sangat senang dengan jawaban Gavin. Akhirnya Gavin pun berjalan mengikuti pria paru baya itu yang berjalan di depan nya.

.

.

.

Terimakasih^^

Jangan lupa vote dan komen yaa, ayoo kita next di part selanjutnya bakal ada kebenaran lain yang terungkap lohh.

Continue Reading

You'll Also Like

960K 35.5K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
27.5K 3.3K 25
[ Difollow dulu yuk kak :) ] Ketika semesta mempertemukan dua darah yang seharusnya tidak saling bertemu, hingga membagi lukanya "Jika Angkasa merupa...
460K 56.7K 37
Link pemesanan di desc wattpad, dan di bio instagram @/rainaaramintha "Hidup itu untuk bermanfaat bagi orang lain" Jeno akan berikan semuanya untuk s...
41.5K 2.7K 38
[END] Raga tahu, kesalahannya di masa lalu itu sangat fatal. Namun, mengapa? Mengapa harus Ayahnya yang membencinya? Disaat yang dirinya punya hanya...