Ponsel Raffa berdering memunculkan nama mertuanya disana, dengan cepat ia bangun dan mengangkat telfon itu
"Halo Raf, maaf ya mama telfon jam segini.. mama cuma mau mastiin Fara ada, kan?"
Raffa tersenyum, tidak mungkin jawabannya tidak tahu. ya pasti ia mengatakan Fara sedang tidur
"Oh gitu, yaudah. maaf ya mama ganggu nih.. titip anak mama ya"
"Iya ma"
"Mama tutup.. assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Setelah sambungan terputus, Raffa bangkit dari tempatnya untuk mengambil air wudhu dan shalat malam. dilanjut murajaah sambil menunggu waktu shubuh tiba.
Saat tenggorokan nya terasa kering, laki-laki itu berjalan turun kebawah mengambil minum. sebelum itu matanya tak sengaja menangkap pintu kamar Fara yang terbuka lebar. ia mengintip sekilas, tak ada orang disana
Raffa menggeleng. tidak ada rasa takut nya perempuan itu setelah diceramahi habis-habisan, bukannya berubah malah semakin menjadi
***
"El, lo gak usah pulang dulu ya.. gue masih mau sama lo disini" ujar Bastian manja, dia memeluk Ella yang berbaring didekatnya
Ternyata semalam itu betul. Bastian membuat onar disirkuit, untung saja Ella tidak terlambat, jadi dia bisa menenangkan dengan membawa laki-laki itu kehotel.
Dikira tadi itu hanya bohong, karna baru saja kemarin dulu mereka berkabar dan Bastian mengatakan dirinya masih berada di Prancis
"Ini udah pagi Tian, gue juga kasian sama Giska yang jadi nyamuk dari malam" betul. Mereka disini menginap, tapi tenang saja.. mereka tidak berdua, ada Giska yang tertidur diranjang sana
Mereka berdua? di sofa lah, mana mau Giska jika sudah menjadi nyamuk, di sofa pulak
"Suruh aja dia pulang, biar gue yang antar lo nanti" mendengar itu Ella membelalakkan matanya
"Em. nanti kita ketemu lagi.. gue takut dimarahin bokap soalnya"
"Nanti gue yang ngomong bokap lo" mendengar itu Ella frustasi
Disisi lain Raffa lebih frustasi karna kedatangan Rahma yang membawa masakannya pagi-pagi. apakah ia harus berbohong lagi? Ah tidak akan! Raffa akan mengatakan yang sebenarnya. semalam memang melindungi nya, tapi sekarang tidak bisa lagi.
"Fara dimana?" tanya Rahma dengan menenteng rantang berwarna hijau
"Keluar, ma"
"Keluar kemana?!" Binaran diwajahnya seketika berubah mendengar jawaban itu
"Saya gak tau"
Rahma dibuat bingung sendiri. sekarang hanya ada dirinya dan Raffa. harus kah ia marah Pada Raffa yang tidak mengawasi anak nya itu? tapi Rahma sebenarnya memang sudah menduga jika Fara akan melakukan nya lagi. dasar anak laknat! mempermalukan keluarga saja!
"Sejak kapan?"
"Saya juga gak tau"
Rahma menghembus nafas kesal. Wanita itu memberikan rantang yang berada di genggamannya pada Raffa "Yaudah. ini buat kamu"
"Makasih, eh mama mau kemana" Raffa sedikit berteriak melihat Rahma berbalik badan meninggalkan rumahnya
"Mama mau pulang. nanti kalau Fara datang, bawa dia kerumah. kalau dia tidak mau, paksa!" pintanya membuat Raffa mengangguk saja, dia takut melanjutkan bicaranya lagi saat melihat Rahma seperti nya tengah marah besar.
***
Sore hari tiba, dimana Raffa belum melihat istrinya sedari tadi, perempuan apa dia? Ini sudah jam 4 sore dan kata bi Isna perempuan itu belum pernah pulang sama sekali. ini kelewatan! biasanya pulang jam 7 pagi dan itu paling lambat, kalau ini?.., apa dia baik-baik saja?
Raffa memilih mengganti pakaiannya terlebih dahulu. setelah perempuan itu datang, dia akan langsung membawanya kemobil tanpa tele-tele, sesuai perintah mertua tercinta.
Lengkap dengan baju kaos oblong dan celana hitam, Raffa menunggu didepan tv hingga suara mobil dari luar sana membuat nya keluar, alisnya mengernyit heran saat melihat seorang laki-laki yang mengantar istrinya
Siapa dia?
"Eh dia siapa?" Tunjuk Bastian mengarah pada Raffa yang berdiri didepan pintu
Fara melihat kearah yang dituju Bastian, ia gelagapan melihat Raffa juga tengah melihatnya
"O-oh, dia asisten rumah gue.." alibinya membuat Bastian ber- oh ria "lo balik gih" lanjutnya berupa perintah
"Ngusir nih?"
"Hahha enggak sayang, cuma gue capek, pengen tidur" ucapnya manja
"Kasian pacar gue..," Bastian membaikkan anak rambut Fara yang sedikit berantakan
"Yaudah, gue balik dulu ya" pamitnya. Yang mana Fara mengangguk antusias. Bastian mengecup singkat puncuk kepala pacarnya. laki-laki yang berada disana tentu membelalakkan matanya
"Bye sayang!" Bastian melambaikan tangan tanda perpisahan. Fara tersenyum dan ikut melambaikan tangan manis
Setelah bastian pergi, dari sana Raffa berjalan kearahnya
Digapainya tangan Fara. perempuan itu mengernyit heran, ini kali kedua mereka bersentuhan, bisa Fara rasakan bagaimana dinginnya tangan laki-laki itu
"Lo mau bawa gue kemana?" tanyanya saat sampai didepan pintu mobil yang sudah dibuka oleh Raffa
"Masuk!" pintanya begitu dingin
"Gak mau. bilang dulu mau kemana?!"
"Masuk sendiri atau saya yang paksa masuk?" Fara terpaku mendengarnya, apa ini memang wujud asli Raffa? kata-katanya begitu dingin dan..
Fara menurutinya. kemana Fara yang selalu membangkang? kenapa dia menurut saja? ah payah!
Didalam mobil Raffa masih dengan wajah tak berekspresi. tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
Bagaimana jika Raffa membuangnya dikolong jembatan? atau laki-laki itu akan membuangnya dihutan lalu dia sendiri disana? dia akan diserang binatang buas, hidupnya akan berakhir. oh tidak! pacarnya baru saja kembali ke Indonesia kemarin. apa laki-laki itu tega?
Ia mendesah. fikirannya tidak bisa jernih saat ini, detik selanjutnya ia mengingat tentang semalam yang melanggar lagi
"Eh, lo jangan bilang sama orang tua kalau semalam gue keluar lagi ya" Fara membuka suara. alih-alih membalas Raffa memilih diam dan menganggap ucapannya sebagai angin lalu
Menyadarinya Fara mengumpat dalam hati
"Dasar manusia batu!" Maki nya kemudian diam, dari pada seperti orang gila yang berbicara sendiri?
"Putar lagu dong, gue mau tidur" Fara kembali bersuara, karna kebanyakan diam membuatnya mengantuk.
"Lo sebenarnya bisu atau apasih?!" terlihat santai Raffa menghiraukannya, seolah dia tak mendengar apapun
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening, laki-laki itu melirik Fara yang sudah tertidur dengan muka yang ditekuk, Raffa tersenyum tipis.
Perlu ditahu Raffa memang terkenal irit bicara jika bukan orang tertentu seperti sahabat, orang tua, dan orang yang ia cintai, Salma. Fara? haha sudah dikatakan Fara ini perempuan asing dihidupnya
Ditambah lagi Raffa sedikit kesal perihal dia pergi tanpa pamit, pulang sore pula. kembali dia bersama laki-laki dan yang paling parahnya laki-laki itu mencium keningnya. Raffa saja belum pernah, eh, maksudnya Raffa memang tak mencintai nya, tapi sebagai suami dia kesal istrinya disentuh seenaknya oleh laki-laki lain
Ia menatap lama-lama wajah cantik itu, karna mungkin setelah ini ia tak akan melihatnya beberapa waktu kedepan. Raffa, tidak adakah niat membuka hati untuk dia?
Sampai ditempat tujuan, Raffa membangunkan perempuan itu
"Bangun" pintanya menyentuh bahu perempuan itu
"Fara" detik selanjutnya Fara terbangun. dengan nyawa yang masih belum terkumpul, dia menguap lalu diam sejenak mengamati bangunan dihadapannya
"Lo kenapa bawa gue kesini?" Tanya Fara saat menyadari bangunan dihadapannya adalah rumah orang tuanya
"Ayo turun!"
"Gue gak mau. lo pasti lapor gue kemama kan? ah gak asik lo!" desahnya
"Mama yang suruh saya bawa kamu kesini"
"Gue gak mau, gue mau pulang kerumah"
"Turun dulu!"
Fara memejamkan mata nya lama-lama. ia berfikir bagaimana cara agar Raffa luluh pada bujukannya? demi apapun ia sudah nyaman bebas seperti hari-hari lalu, apalagi sekarang Bastian sudah kembali
"Kalau mereka tau, kita gak ketemu lagi dong?" Sepertinya ini alasan yang tepat! Fara harus berpura-pura tak mau berpisah dengannya
"Lalu?" tanggapannya membuat Fara cengo, setidak penting itukah dia? sampai Raffa dengan senang hati mengantarnya kembali kerumah besar ini dann, ah! tidak! Fara tidak akan mau Kembali kerumah ini lagi
"Raf, kita kan suami istri! masa iya kita pisah rumah" ucapan itu membuat Raffa menaikkan sebelah alisnya
"Sejak kapan kamu menganggapnya?" Fara tertohok mendengar itu
"Ayo turun" katanya lagi dengan nada datar
"Gak! gue gak mau pisah rumah sama lo.."
"Tidak mau pisah rumah, atau takut tidak sebebas hari-hari sebelumnya?"
Skakkmatt!!
Kenapa laki-laki itu tahu? Ah! ternyata Raffa bukan orang bodoh!
"Ayo turun!"
"Gak mau" buru-buru Fara ingin membuka pintu mobil, tapi itu terhenti saat dirinya kalah cepat dengan Raffa yang mengunci pintu itu
"Raffa kok lo jahat banget sih sama gue?! iya! emang gue gak mau gak sebebas hari-hari sebelumnya. jadi tolong ngertiin gue, gue gak mau balik ke rumah ini lagi. kalo lo gak mau anterin gue pulang, gue bisa pulang sendiri kok!" Raffa hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun, ia mengambil handphone disakunya lalu menelfon seseorang
"Halo, assalamualaikum ma. saya sudah ada didepan, mama bisa kesini?" Fara membulatkan mata mendengar itu, tega sekali setan didepannya
Belum memutus telefon, Rahma sudah berteriak dari dalam rumah itu. Fara yang sedari tadi meronta kini diam tak berkutik
"EH, KOK MASIH DIDALAM SITU AYO KELUAR" teriak Rahma dari sana.
mendengar itu Fara melirik laki-laki itu dengan lirikan yang sulit diartikan
"Gue gak nyangka lo setega ini, sekalian aja bicarain sama orang tua kita buat urus surat cerai! gue gak mau serumah sama lo lagi!"
"Buka kunci pintunya! gue gak akan kabur, ini terakhir kita ketemu, hari-hari selanjutnya gue harap nggak lagi!"
Apa dia memang tega? Raffa kini bertanya-tanya dalam hati
Setelah keluar dari mobil, Fara hanya melalui Rahma yang menyikap tangan didada, terlihat sekali jika ibunya itu marah tapi Fara tak perduli, ia ingin cepat-cepat kekamarnya dan marah disana
"Anak Laknat!" Hardik Rahma yang tak diindahkan oleh Fara yang masih terus melanjutkan langkahnya
Raffa lansung menyalami tangan Rahma dan tersenyum
"Raffa, terimakasih ya.. kamu sudah antar dia kesini. ayo masuk dulu kita tunggu papa pulang, dan bicarakan semuanya didalam"