Become The King | Kanemoto Yo...

Galing kay ALO-EVERA

47.3K 14.4K 5.4K

Spin off dari Ghory Series dan Zweitausend Series Yoshi akan membuktikan kalau dia pantas menjadi raja. Karen... Higit pa

Prolog
[0] Character
[1] Yoshi's Complaint
[2] Yoshi Starts To Act
[3] Jihoon's Worries
[4] Yoshi's Dream
[5] Challenge and Help
[6] Discussion
[7] Arrived In The Demon World
[9] Information
[10] Be Discovered
[11] About Death

[8] Change Is Starting To Happen

2K 711 128
Galing kay ALO-EVERA

Sang raja terlelap dengan wajah damainya seakan-akan tidak ingin bangun karena terlampau nyaman. Jihoon dan Junkyu mengerti perasaan Yoshi. Melihat ayah sendiri terbaring lemah dan tidak tahu kapan akan siuman menimbulkan perasaan sedih dan gelisah.

Kerajaan Yoshi berada di tengah konflik internal. Konflik antar keluarga. Yoshi berdiri sendiri, tidak ada keluarga yang berpihak padanya karena berhasil terhasut oleh bujukan sang kakek. Entah apa yang dia tawarkan, Yoshi tidak peduli karena keselamatan sang ayah juga kerajaannya jauh lebih penting. Masih banyak yang mendukungnya, setidaknya ia punya teman di dunia Atas sana. Siapa lagi kalau bukan pemuda blasteran itu.

Tapi, bukan itu yang membuat keduanya cemas sekarang. Seseorang berpakaian formal duduk di sofa yang ada di ruangan. Aura tak menyenangkan tidak berubah sejal mereka menginjakkan kaki di sini. Keduanya sudah siap siaga jika salah satu di antara Yoshi atau orang itu bergerak untuk menyerang.

Yoshi berdiri di sebrang orang itu. Mereka dibatasi oleh meja, tetapi Yoshi tidak dibiarkan duduk barang sedetik pun karena sang kakek juga ada di sana, memberi tatapan peringatan agar tidak bersikap santai saat ini.

Melihat wajah kakek Yoshi, mulut Jihoon gatal sekali ingin mengeluarkan kalimat-kalimat mutiara, tapi sayang sekali mulutnya dikunci oleh mantra dari Junkyu.

"Jadi, kamu melanggar peraturan dengan membawa kedua temanmu? Di saat seperti ini? Berani sekali?" Sang kakek membuka pembicaraan setelah diam hampir lima belas menit lamanya. "Calon raja macam apa yang berbuat seenaknya di saat penting."

"Kakek juga melanggar peraturan. Kenapa orang asing kayak dia dibawa ke sini? Ini kamar ayah, kamar pribadi. Siapa yang izinin dia masuk ke sini? Ingat, saya memegang kekuasaan tertinggi di istana ini. Tidak sopan sekali," balas Yoshi. Dia akui dia pun tidak sopan, tapi dia tidak peduli.

"Ohh, kamu tidak tahu? Dia adalah saudara sepupumu. Dia pintar, berbakat, dan kuat. Kami, keluarga besar, sudah mendiskusikannya. Kami akan membiarkan dia menjadi calon raja. Jadi, dia akan bersaing denganmu."

Yoshi mendengkus. "Apa itu masuk akal? Memangnya kuasa hukum sudah mengizinkan? Gak ada tuh berita kayak gitu di telinga saya."

"Berani berkata seperti itu pada kakekmu sendiri?!"

"Apa saya peduli? Sikap saya sekarang masih jauh lebih baik dari apa yang saya inginkan. Asal Anda tau, saya ingin sekali mengusir Anda dan 'tamu gak penting' itu dari sini."

Gebrakan meja terdengar di sana. Sang kakek mengeluarkan aura hitam, pertanda kalau dia sangat marah dan hendak menggunakan kekuatannya. Apakah Yoshi takut? Tentu saja tidak.

"Kalau Anda menyerang saya sekarang, Anda akan dijatuhi hukuman penjara bahkan hukuman mati karena berani menyerang calon raja kerajaan ini," ucap Yoshi. "Ayo serang, kenapa diam saja? Ada tiga saksi di sini. Kapan lagi saya lihat kakek saya sendiri-"




DUAGH!




"YOSHI!!!"

Menghantam dinding hingga retak lumayan sakit. Tak disangka kakeknya berani menyerangnya. Para pengawal sudah di ambang pintu melihat kekacauan yang terjadi, tapi tidak ada satu pun yang berani maju saat Yoshi mengisyaratkan semua orang di sana untuk diam di posisi.

"Yoshi, kepala lo..."

Junkyu cemas melihat darah mengalir di tengkuk leher Yoshi. Kepala bagian belakangnya bocor akibat hantaman keras itu.

"Aura kekuatanmu lemah sekali. Bagaimana kamu melindungi kerajaan jika kamu selemah ini?" Ejek sang kakek. Setelahnya, dia berlalu pergi bersama yang katanya calon raja keluar dari kamar raja.

Para pengawal yang menahan diminta untuk tetap tenang oleh Yoshi. Padahal para pengawal yang ada di sana geram sekali, tidak terima sang pangeran mendapat perlakuan seperti itu. Kekuatannya lemah katanya?

Kekuatan Yoshi tidak lemah, Yoshi sengaja menahannya. Yoshi tidak mau kakeknya tahu seberapa besar kekuatannya. Setidaknya untuk saat ini biarlah seperti itu. Biarlah suatu saat nanti sang kakek tahu bagaimana kekuatan dan kemampuannya.

Satu hal yang seharusnya kakeknya paham. Tidak ada satu pun yang layak, kecuali Yoshinori.







































"Sialan lo, Kyu! Harusnya lo jangan pakai mantra biar gue bisa maki-maki tuh orang tua!" Seru Jihoon begitu mantra di mulutnya sudah dihilangkan.

"Lo mau mati?! Lo lihat gimana Yoshi barusan. Kalau lo yang kena serangannya, lo langsung mati!" Balas Junkyu kesal.

"Aduh, gue kan udah bilang kalau gue mau julid ke kakeknya Yoshi. Harusnya biarin aja, kalau ditahan malah gregetan gue."

"Wong edan," gumam Yoshi pusing sendiri.

Luka di kepalanya tidak perlu waktu lama untuk sembuh. Berkat Junkyu, kepalanya kembali baik-baik saja walau pusing masih terasa. Wajar, benturan keras di kepala tidak mungkin tidak terasa.

"Eh, Yosh. Harusnya lo ajak si paranormal itu ke sini," kata Jihoon tiba-tiba.

"Ngapain ajak Yoonbin ke sini?"

"Biar kakek lo tau rasa!"

Benar-benar Jihoon ini. Pengawal Yoshi ada di sana memperhatikan mereka, tapi tidak ada takut-takutnya dia membicarakan kakek Yoshi yang mana memiliki kedudukan yang tinggi dan berpengaruh. Lebih tinggi dan berpengaruh Yoshi, sih...

"Gue gak apa-apa. Gue gak peduli dia mau ngelakuin apa. Gue harus fokus, gue gak boleh lengah. Tadi gue lengah sedikit aja langsung diserang, untung gue gak kelepasan keluarin kekuatan listrik gue. Bisa gawat kalau dia tau," kata Yoshi.

"Hah?! Kakek lo gak tau kalau lo punya kekuatan listrik?!"

"Enggak..."

"Bisa-bisanya..." Junkyu sampai tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Kakek gue cuma tau kalau gue ini iblis langka yang punya kekuatan es. Soalnya gue jarang gunain kekuatan es gue karena percuma gue pakai di sini. Esnya bakal langsung mencair, kecuali kalau gue gunain kekuatan es gue dengan kekuatan penuh, es gue bisa bertahan beberapa menit."

"Yosh... lo sehebat itu masih diraguin jadi raja? Mereka semua katarak apa gimana sih?" Celetuk Jihoon.

"Gak semua, kok. Orang-orang dari pihak kakek aja..."

"Tapi orang-orang di pihak kakek lo lebih banyak, Yoshi! Lo berdiri sendiri, tanpa bantuan dari kerajaan mana pun!" Junkyu tidak habis pikir. Ke mana arah pikiran pangeran iblis ini?

"Gue berdiri sendiri untuk buktiin kalau gue mampu." Yoshi menghela nafas panjang. "Seenggaknya, raja dari kerajaan lain masih mendukung gue. Itu udah cukup. Biarin kakek berbuat sesuka hati, gue masih punya backing-an kuat kayak lo, Kyu."

"Enteng banget lo ngomong begitu. Gue juga sendirian, woi!" Seru Junkyu.

Ah, benar juga. Junkyu kan bergerak sendiri dan sesuka hati, dia tidak memiliki kelompok, kecuali bersama sahabatnya saat ini alias Yoshi, Jihoon, dan Yoonbin.

"Hmm, menurut gue gini, Yosh. k katanya lo punya temen di dunia lain dan kemampuan mereka gak bisa dianggap remeh. Gimana kalau lo minta bantuan ke mereka, buat jaga-jaga kalau ada hal yang gak diinginkan," ucap Jihoon memberi saran.

Junkyu menggelengkan kepala. "Ji, si Yoshi emang temenan sama mereka, sama malaikat setengah guardian pula. Tapi, kalau Yoshi minta bantuan ke mereka, Yoshi gak bisa buktiin kalau dia layak jadi raja. Yoshi mau berusaha dengan tangannya sendiri."

"Ya elah, ribet amat," ketus Jihoon masih belum menerima.

"Iya, ribet. Makanya lo jangan bikin Yoshi pusing. Lo berisik, ganggu ketenangan."

"Kurang ajar lo!"

Yoshi tertawa terbahak-bahak. Kehadiran kedua temannya di sini tidak buruk. Biarkan saja melanggar peraturan, untuk apa peraturan seperti itu dipatuhi di situasi buruk seperti ini. Justru Yoshi membutuhkan mereka, Yoshi butuh sahabatnya untuk menemaninya. Hatinya menghangat, dia bahkan sempat melupakan masalah sang ayah yang belum ada titik terang.

"Eh, Yoshi," panggil Junkyu.

"Hah? Apa?"

"Ini mata gue yang salah lihat atau gimana, ya?"

"Hah? Kenapa?"

Junkyu menunjuk rambut Yoshi. "Rambut bagian bawah lo berubah jadi merah sejak kapan? Soalnya kalau itu darah gak mungkin banget, warna merahnya terlalu terang."

"HAH?!"

Ipagpatuloy ang Pagbabasa