BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOI...

By reginanurfa

2.2K 333 65

Hantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah... More

00. PROLOG
⚠️TUNGGU⚠️
01. Hal Yang Tertinggal
02. Rumah Tua
03. Hansen Terheide De Vries
04. Sebuah Pertanda
06. Pribumi Misterius
07. Menjadi Rebutan
08. Tetangga Sebrang
09. Pertanda Kedua
10. Oma Belinda
11. Terus Membuntuti
12. Pertanda Mimpi
13. Kediaman De Vries
14. Meminta Bantuan
15. Tulip Yang Manis
16. Reinkarnasi
17. Si Rambut Pirang
18. Sosok Pendamping
19. Bukan Teka-Teki
20. Sebuah Titik Terang
21. Menyelami Masa
22. Bukan Hilang Ingatan
23. Terjebak Di 1941
24. Tak Ada Jalan Pulang
25. Mereka Bukan Hantu
26. Babu Sang Gundik
27. Pangeran Kembar
28. Pesona Batari
29. Hansen vs Aryan
30. Tragedi Awalan
31. Tamu Istimewa Si Kembar

05. Gangguan Dimulai

76 13 1
By reginanurfa

Bandung, 15 Agustus 20##.

Senja yang berwarna jingga kini telah berganti menjadi malam pekat yang gelap. Semua penghuni rumah sedang terlelap diatas ranjangnya masing-masing. Begitupun dengan seorang gadis disebuah kamar. Namun tidurnya terganggu karena sesuatu. Ia menyibakkan selimut dari tubuhnya. Masih dengan kesadaran berantakan, gadis itu bangkit dan duduk ditepian ranjang.

Batari. Ya, gadis itu adalah Batari. Dengan susah payah ia berusaha membuka kedua matanya lalu melihat jam mungil yang ada diatas meja belajar. Ternyata masih pukul dua malam.

"Kenapa pingin pipis jam segini sih? Heran. Padahal kan lagi mimpi ngala jambu sama Jefri Nichol. Hahh"

Sambil bergumam, Batari terpaksa beranjak dan meninggalkan kamarnya. Ia menuruni tangga sembari terus menguap karena kantuk tidak mau pergi dari kedua matanya.

Tok. Tok. Tok.

Namun langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah ketukan. Suara apa itu? Batari mengedarkan pandangannya di area tangga. Apa ia salah dengar? Sepertinya sih begitu.

"Ck, makin kebelet kan" Decak Batari sambil melanjutkan langkahnya ke arah kamar mandi.

Setelah berada di dalam, Batari segera menyelesaikan hajatnya. Kemudian mencuci tangan di wastafel. Namun baru saja menyalakan keran, Batari terlihat kebingungan.

"Kok airnya kotor ya?"

Bagaimana tidak bingung? Warna air yang keluar bukan bening ataupun kekuningan tapi hitam seperti lumpur.

"Perasaan pas tadi sore masih bersih. Apa kerannya rusak gitu?"

Tok. Tok. Tok.

Batari langsung menoleh ke arah pintu ketika kembali mendengar ketukan. "Iya, tunggu bentar!" Serunya segera membersihkan tangan menggunakan tisu.

Tok. Tok. Tok.

"Iya iya bentar! Sabar atuh, orang sabar kuburannya leb- eh?"

Batari terdiam tak melanjutkan ucapannya. Ia celingak-celinguk saat tak menemukan siapapun ketika pintu dibuka. Masa iya kakaknya jahil tengah malam begini?

"Kak? Ma? Tadi ketok pintu ya?"

Hening, tak ada jawaban. Lampu diseluruh lantai satu juga masih mati semua, itu tandanya tidak ada orang yang berkeliaran selain dirinya. Oke. Sekarang detak jantung Batari mulai berdegup lebih cepat. Ia segera mematikan lampu kamar mandi sebelum beranjak.

Prakk!!

"Mama!!!" Pekik Batari ketika mendengar sebuah benda terjatuh dan pecah.

"Santai Batari, rileks. Positif thinking aja, mungkin suara kucing tetangga. Ya, itu cuma kucing. Engga boleh suudzon"

Batari berusaha tenang dengan menarik dan mengeluarkan nafasnya secara perlahan beberapa kali. Dengan keberanian yang tersisa, ia berlari kecil menuju tangga untuk kembali ke kamarnya. Persetan tadi itu suara apa.

Prakk!!

Suara benda pecah itu kembali terdengar. Batari yang sudah menaiki satu anak tangga terhenti, ketika merasakan seperti ada sekelebat bayangan yang lewat tepat di belakangnya.

"Batari.."

Sialan. Kedua mata Batari membulat sempurna saat mendengar suara yang memanggil namanya pelan. Bulukuduknya meremang seketika, bahkan bintik keringat mulai terlihat di dahinya. Batari menelan saliva susah payah, perlahan ia memutar kepalanya berusaha untuk menoleh ke arah dapur. Ke sumber suara yang membuat nyalinya ciut.

"Apaan itu?"

Batari memicingkan kedua matanya diantara kegelapan. Ia berusaha fokus ketika melihat ada sesuatu yang bergerak didekat meja makan sana. Tak terlalu tinggi, mungkin hanya sebatas lutut orang dewasa. Bodohnya lagi karena penasaran, perlahan Batari turun dari tangga. Ia semakin menajamkan penglihatannya.

Tunggu, apa makhluk itu tuyul?

"Bukan bukan, kalau tuyul kan botak. Tapi itu mah pake topi" Gumam Batari.

Kini Batari mendengar suara seperti seseorang sedang menguyah. Menguyah? Tunggu, memangnya hantu bisa menguyah? Ah, artinya sosok yang ada di dapur itu bukan hantu.

"Maling ini mah"

Setelah dirasa yakin, Batari mengendap-endap untuk menuju samping tangga. Seingatnya ada sapu disana. Ternyata benar masih ada. Tanpa suara sedikitpun, Batari mengambil sapu itu dan mulai menghampiri area dapur. Setelah semakin dekat, ia langsung menyalakan saklar lampu. Dan..

Cklek.

"Eh?"

Batari terlihat semakin bingung ketika dalam keadaan terang, ia sama sekali tak melihat apapun. Bahkan suara yang ia kira benda jatuh dan pecah, tidak ada tanda-tanda serpihan apapun disini.

"Batari.."

Sial. Tubuh Batari membeku seketika saat suara itu kembali terdengar. Tubuhnya semakin menegang ketika merasa ada desiran angin lembut yang menyapa leher dan pipi kirinya. Ketika hendak menoleh, tiba-tiba ada yang menarik ujung piyamanya dari bawah. Otomatis pandangnya teralih menunduk dan saat dilihat..

"Hallo.."

Tepat di hadapan Batari, ada sosok anak kecil laki-laki yang memakai topi baret dengan wajah begitu pucat. Saking pucatnya, semua urat di tubuh anak itu terlihat sangat jelas. Ditambah lagi, kedua mata sosok itu putih semua.

"Aaaaaa!!!" Batari berteriak sambil menggenggam erat sapu ditangannya.

"Boo!"

Hingga akhirnya tubuh Batari limbung ke lantai dan tak sadarkan diri. Sedangkan sosok anak kecil itu berlari sambil tertawa menembus dinding saat terdengar ada derap langkah kaki yang mendekat.

*****

"Ri.."

"Batari.."

Batari mengerutkan dahi dalam tidurnya. Ia menggeliat pelan diatas sofa tua ruang tengah. Hingga akhirnya, kedua matanya terbuka perlahan.

"Aaaa!!!"

Brukk!!

Batari menendang sosok di hadapannya hingga terjungkal ke bawah. Ia segera mengubah posisinya beringsut duduk ke ujung sofa. Dan tak lama kemudian sosok yang sempat jatuh tadi, kini muncul. Dia berdiri menatap Batari geram.

"Dek, apa-apaan sih? Sakit tau!"

Batari langsung menautkan kedua alisnya bingung. "Kakak?"

"Bukan!" Sewot Lokamandala sambil mengusap bokongnya yang sakit.

"Kok Riri disini sih? Kakak yang pindahin?"

Batari semakin bingung ketika terbangun dirinya sudah ada diatas sofa. Bukankah sebelum pingsan dirinya ada di dapur?

"Dih, ngapain juga pindahin adek dari kamar kesini? Malesin banget" Sahut sang kakak sambil meraih ranselnya.

Kamar? Itu artinya Lokamandala tak tahu kalau Batari sempat tergeletak di dapur? Lalu siapa yang memindahkannya ke sofa? Retania? Tidak mungkin. Ibunya itu pasti tidak akan kuat menggendongnya. Sialan, Batari paling tidak suka teka-teki. Membuatnya pusing saja.

"Eh dek, engga kuliah? Sekarang udah jam setengah delapan hayo" Sambung sang kakak seraya menuju ke arah dapur.

Membulatlah sudah mata Batari. "Apa? Setengah delapan? Ihh, kenapa engga bangunin lebih awal sih kak?!"

"Tuh ya! Tadinya kakak itu niat buat bangunin tau, tapi malah ditendang! Lagian punya kamar sendiri malah tidur di ruang tengah. Aneh"

Batari tak melayani omelan kakaknya, ia secepat kilat menaiki tangga dan langsung masuk ke kamarnya. Tanpa mandi terlebih dahulu, Batari langsung mengenakan kemeja moka dan celana joger hitam lalu meraih ransel diatas meja belajarnya.

"Kak, Mama mana?" Tanya Batari seraya menuruni anak tangga.

"Udah berangkat" Singkat Lokamandala sembari menyeruput habis segelas susu cokelat yang dibuatnya barusan. "Heh, mau ngapain?" Cegahnya ketika Batari hendak mengambil kotak susu.

"Bikin susu buat sarapan. Kenapa?"

Lokamandala langsung memperlihatkan jam yang bertengger di tangan kanannya. "Udah jam 07. 45, engga ada waktu buat sarapan. Kita berangkat sekarang"

"Ihh tapi kak, kan Riri belum sarapan" Rengek Batari sambil mengekori langkah kakaknya keluar dari area dapur.

"Derita sih, suruh siapa juga bangun telat. Kebiasaan. Kalau mau sarapan, silakan. Berarti engga berangkat bareng kakak"

Batari menggeram kesal walau langkahnya terus mengikuti Lokamandala hingga ke teras depan. Ia langsung menyambar kunci rumah yang kakaknya berikan.

Cklek.

Setelah mengunci pintu, Batari segera menghampiri Lokamandala yang sudah berada diatas motornya. Kemudian sang kakak langsung memasangkan helm pada kepala mungilnya.

"Cepet naik, sarapannya di kantin aja. Minta anter sama Arsa, jangan sama si kunyuk itu"

Batari yang sudah duduk di belakang Lokamandala, langsung mencubit pinggang sang kakak pelan. "Ih namanya Dudi, kak. Jangan gitu ah dia juga temen Riri tau"

"Serah. Kakak engga suka sama tuh anak"

Setelah adu mulut ringan itu, mereka berdua bergegas meninggalkan rumah untuk menuju tempat tujuan. Dan tanpa disadari, ada satu sosok yang memperhatikannya. Sosok itu hanya terdiam di samping pohon halaman rumahnya sembari tersenyum. Rambutnya yang pirang berhembus seiring dengan angin yang meniupnya sampai tak beraturan.

"Hansen, wat doe je hier?"

Anak laki-laki yang baru saja muncul sembari membawa boneka beruang kecil, langsung bertanya apa yang sedang Hansen lakukan.

Pria itu menggeleng sambil tersenyum, lalu jongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan anak lugu tersebut. "Hei, William. Kamu tau kan, kita sedang berada dimana?"

Anak laki-laki dengan kisaran umur lima tahun itu mengangguk lugu.

"Bagus. Kalau begitu, kamu harus bicara bahasa negeri ini juga. Mengerti?"

Dan untuk kedua kalinya anak yang dipanggil William itu mengangguk. Hal tersebut sukses membuat senyum Hansen kembali mengembang.

*****

Anjayy, apa jadinya coba kalau kalian ada diposisi Batari?

Malem-malem pingin pipis, malah disusuguhin pertunjukan kayak begitu. Hahahah.

Gapapa, saya juga pernah kok. 😌👍

*****

reginanurfa
-04032023-

Continue Reading

You'll Also Like

261K 17.3K 151
The Divine woman Draupadi was born as the eternal consort of Panadavas. But we always fail to treasure things which we get easily. Same happened with...
823 102 9
What lies behind you ; What lies infront of me ; Complete our moon within us, together A glamorous catwalk, That's what you see... Beautiful starry...
17.6K 667 22
An average person gets the chance to reincarnate as a tragic hero. Can he change his fate with his foreknowledge or will he meet the same fate? This...
19.9K 370 40
Y/n L/n,a ordinary girl who meets a boy,Scaramouche. He had a bad attitude,no one truly liked him.Neither did Y/n. But one day,Y/n finds Scaramouche...