Elano

By syyasy

2.1K 256 542

ꜱᴇᴋᴜᴇʟ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ. ʙɪꜱᴀ ᴅɪ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇʀᴘɪꜱᴀʜ ɪɴɪ ᴋᴀʀʏᴀ ᴅɪɴᴅᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪ ᴛɪʀᴜ. -- Elano Alister Danendra... More

PROLOG
1 => DARE OR TARUHAN?
2 => MINE
3 => INTEROGASI
4 => RASA NYAMAN
5 => MOVE ON
6 => ELEVAR
7 => PERTEMUAN
8 => SHEERA DAN AZA
9 => LUKA
10 => PENYERANGAN
11 => MOOD BOOSTER
12 => BULLYING
13 => MANA MATAMU?
14 => MEMBUJUK BUNDA
16 => PENGAKUAN
17 => TENTANG SAGALA
18 => REYYA
19. Bertahan Untuk Membuktikan

15 => KEMBALINYA SAGALA

55 4 0
By syyasy

Allo, assalamualaikum!

Yeayy, Dinda kembali awkwkwk^^

>HAPPY READING<

=> KEMBALINYA SAGALA

^Ada saatnya kita berubah, bukan karena diri kita sendiri yang meminta, tapi karena sikap orang-orang yang memaksa^

-Aull-

-+




"Permisi, boleh saya menanyakan sesuatu?"

Suara yang sangat familiar itu, memasuki indra pendengaran Aza. Hatinya bergemuruh, berharap apa yang Ia pikirkan tidak menjadi kenyataan. Perlahan namun pasti, Ia memutar tubuh menghadap pada sumber suara. Ketiga sahabatnya yang mendapati perubahan pada diri Aza, saling menatap satu sama lain.

Deg.

Air matanya luruh saat itu juga, setelah melihat sosok yang ada di depannya. Tubuhnya melemah, mulutnya terasa kelu, bahkan untuk mengucapkan sepatah kata saja, rasanya tidak mampu. Bukan hanya Aza, ketiga sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan juga turut terkejut dengan apa yang ada di depan matanya.

Sesosok pria tampan bertubuh tinggi semampai dengan rahang tegas serta tatapan mata tajam bak elang. Pria itu berdiri kaku saat melihat siapa gadis yang di hampirinya itu. Matanya memburam akibat cairan bening yang siap tumpah kapan saja. Aza menatap netra tajam itu dengan pandangan yang tidak bisa di definisikan.

"Zaza," lirih pria itu membuat Aza memalingkan wajah ke arah lain, setelah mendengar nama panggilan yang disebutkan oleh pria itu. Bahu Aza bergetar hebat, Ia menangis tanpa suara di depan teman-temannya.

Saat melihat pergerakan pria itu yang mulai melangkah mendekat, Aza mengangkat sebelah tangannya seraya berjalan mundur.

"Stop!" pria itu tak menghiraukan Aza dan tetap melangkah mendekatinya.

"Jangan mendekat, please!" lirihan itu sama sekali tidak di hiraukannya. Ghea, Aluna, serta Reyya, hanya bisa menyaksikan dan tidak berniat untuk ikut campur.

"Za-"

"Sagala, stop it!" sentaknya membuat pria yang di panggil Sagala itu seketika berhenti melangkah seraya menatap Aza sendu.

"Jangan pernah mencoba untuk kembali melangkah, walaupun itu hanya selangkah, Sagala!" desisnya tajam.

Hal itu membuat seluruh atensi siswa yang sedang melintas, seketika teralih pada Aza dan keempat orang lainnya. "Kontrol emosi Lo, Za. Jangan lupa kalau ini di koridor sekolah, bakalan banyak orang yang berspekulasi negatif tentang Lo!" bisik Ghea mengingatkan, agar Aza tidak sampai salah menyikapi hal ini. Ghea bisa melihat dari mata teduh Aza yang memancarkan kerinduan mendalam pada sosok di depannya ini.

Seketika, pandangan Aza menelisik sekitar. Benar saja, kali ini banyak sekali pasang mata yang terarah padanya. Bahkan ada yang terang-terangan mengabadikan momen menggunakan ponsel masing-masing.

"Zaza, aku-" lagi dan lagi, lirihan pria itu tak di indahkan oleh Aza.

"Stop panggil aku dengan sebutan itu!" tukasnya tajam. Aza memejamkan mata menikmati gejolak rasa yang ada dalam hati. Ia berusaha menahan cairan bening di pelupuk matanya, namun nihil. Cairan sebening kristal itu kembali menetes tanpa izin. Membuat semua orang yang berada disana bertanya-tanya, ada apa dengan Aza? Apa hubungan Aza dengan pria yang disebutnya Sagala itu? Tentunya masih banyak lagi.

"Listen to my explanation first, Za." ucapnya pelan.

(Dengarkan penjelasan ku dulu, Za.)

Tanpa ingin mendengar penjelasan dari pria itu, Ia beranjak dari tempatnya meninggalkan banyak sekali pertanyaan di dalam benak semua orang. Ghea segera mencekal lengan pria itu sebelum Ia menyusul Aza.

"Sagala Arrayan Abraham." Ghea tersenyum miring.

Dia, Sagala Arrayan Abraham. Sahabat sekaligus pria yang berhasil memenangkan hati seorang Aza, dan menjadikannya sebagai perisai pelindung setelah dua lelaki hebatnya, Ayah dan sang Kakak. Mempercayakan dan meneguhkan perasaannya dengan sepenuh hati pada pria bernama Sagala. Namun, entah takdir apa yang akan Tuhan beri pada Aza. Hingga suatu hari, Sagala pergi meninggalkannya dan berjanji akan kembali dalam waktu dekat.

"Maafin Gala, Za. Gala ngga bisa menolak permintaan Papa!" ujarnya sembari menggenggam erat tangan sang gadis.

"Kalau Gala pergi, siapa nanti yang akan jagain Zaza?" tanya gadis itu seraya terisak.

Sagala menatap lekat netra almond meneduhkan milik Aza dan berkata, "Gala janji, Gala akan kembali dalam waktu dekat. Zaza tau sendiri, kan, kalau Gala ngga bisa lama-lama jauh dari Zaza?!"

"Janji?" Aza mengacungkan jari kelingkingnya di depan Sagala.

Dengan keyakinan dalam hati, Sagala menautkan jari kelingkingnya, "Gala janji. Gala akan kembali dalam keadaan apapun!"

"Maaf, Za. Aku ingkar janji!"


--



Bruk.

Lengkap sudah kesialan Aza pagi ini. Setelah bertemu dengan seseorang yang pernah ada di masa lalunya dulu, kini Ia menabrak seseorang dan membuatnya terjatuh. "Ya Tuhan," ringisnya tertahan.

"Za, hei, kamu gapapa?" Aza mendongak melihat siapa orang yang di tabraknya. Seketika senyum yang terlihat di paksakan keluar dari bibirnya. Sakitnya seketika hilang dan tergantikan dengan rasa malu sampai ke ubun-ubun.

"Hei, kok melamun? Ayo aku bantu."

Aza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merutuki kebodohannya yang di ambang batas. "Baru aja aku mau ke kelas kamu." ucap El lembut.

"Kamu gapapa, kan? Kamu... habis menangis?" Aza gelagapan saat mendengar pertanyaan El yang terakhir.

"Hei, kamu kenapa?" raut khawatir tercetak jelas di wajah El. Terbukti saat Ia melihat ada bekas sisa air mata di ujung mata gadisnya.

"Gapapa, cuma kelilipan aja, kok." ujarnya tetap berusaha untuk tenang.

"Lo pikir kita ngga bisa bedain, mana nangis yang habis kelilipan dan mana yang nangis beneran?" sergah Adit yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya dari belakang. Aza memutar bola mata. Baru menyadari jika ketiga sahabat dari pacarnya itu ada disana juga.

El mengangguk membenarkan ucapan Adit. "Nangis beneran atau engga, emang kamu tau rasanya gimana? Engga juga, kan. Karena yang kelilipan itu aku bukan kamu!" tukasnya balik.

El tersenyum. Baru juga menginjakkan kakinya di sekolah, gadisnya ini sudah cerewet minta ampun, bahkan berani menjawab pernyataan yang Adit lontarkan. Biasanya, Aza tidak akan menjawab jika hal itu tidak terlalu penting. Ada yang aneh, tapi El tidak mau ambil pusing.

"Dih, bocil songong amat!" berangnya julid.

Aza mendelik tak terima. Masa dirinya di bilang bocil sama bocah ingusan seperti Adit? "Mana ada, kamu juga masih ingusan jangan belagu!"

"Dih,"

"Apa? Kamu jangan cari gara-gara deh sama aku."

"Gue ngga cari gara-gara, ya!"

"Tau ah! Bocah ingusan aja sombong banget," sarkasnya tak terima.

"Bocil diem aja pffttt-" Satria meraup kasar wajah Adit. Di susul Vino yang memukul pelan bahu cowok itu, membuat sang empu meringis.

"Apasi gaje banget!" cecarnya tak terima.

Sesaat setelahnya, mereka tertawa bersama. Bahkan Aza dengan cepat sedikit melupakan masalah yang tadi sempat menghampiri. Kegelisahan di hati sejenak bisa di lupakan melihat kelakuan random Adit.

-+





<<TO BE CONTINUE>>

Alhamdulillah, kali ini ga molor lagi yaa.


Mau tak spill pap ayang, tapi dikit aja yaww^^

Cakep yekann??

Lanjut or next?

See uu.

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 136K 52
After her mother's death Lilith gets a new legal guardian, her older brother. With no knowledge of having four other older brothers, Lilith is send...
1.5M 63K 45
She walks in like the epitome of black girl luxury, but pain follows her. She covers it with bust-down jewelry and white roses. He's quiet, but his...
16.9K 81 16
naughty girl with naughty professor. story is kind of new and interesting. read it to enjoy it!
15.9K 624 35
„You are the reason why I'm here today." _-_-_-_-_ After the truth about the relationship between Max Verstappen and Kelly Piquet came out, his world...